Rima Rachmayani (Rime) – A PhD candidate in Universität Bremen. Has been living in Bremen, Germany for the last 7 years. A wife and a mother. Love to cook Indonesian foods, snap pictures, and gowes.
About Rime and Family
Saya menginjakkan kaki di Bremen (Jerman) 7 tahun silam untuk menempuh studi sebagai mahasiswa S3 (PhD candidate) di University of Bremen (Universität Bremen) jurusan Paleoclimate Modelling di research group Geosystem-Modelling, Fakultas Geosciences. Saya melamar posisi PhD langsung ke Universität Bremen karena mereka sedang punya project baru dan project baru tersebut membutuhkan student untuk mengerjakan projectnya. PhD candidate di sini bisa juga disebut sebagai project scientist karena kerjaannya emang ngerjain project. Sebagai imbalannya PhD candidate/Project scientist diberi upah per-bulannya, bisa juga dibilang seperti beasiswa yang turun langsung dari universitas, bukan dari institusi tertentu.
Jadi saya mendapatkan 2 status, sebagai mahasiswa dan sebagai project scientist/employee yang buat saya menguntungkan sekali dalam mendapatkan hak-hak tertentu yang tidak bisa didapatkan jika hanya berstatus sebagai student. Namun karena saya tercatat juga sebagai employee, saya harus membayar pajak kepada pemerintah. Tapi saya tidak perlu ambil pusing, karena gaji yang saya terima sudah berupa gaji bersih dipotong pajak dan lain-lain (netto) yang pada akhirnya jumlahnya mirip dengan beasiswa untuk PhD yang normalnya didapat dari institusi tertentu.
Sejak saya menginjakkan kaki di Bremen, saya sedang mengandung anak saya Khansa yang sekarang sudah berumur 6.5 tahun. In sha allah tahun ini Khansa masuk SD. Jadi usia Phd saya memang seusia dengan usia Khansa. Dua tahun sebelum saya merasakan dinginnya winter pada bulan February di Bremen, suami saya Ayi Tarya telah lebih dulu menempuh studi S3 di University of Utrecht, Belanda sejak tahun 2006. Setelah menjalani long distance marriage (LDM), alhamdulilah kami dapat kembali bersama dalam satu atap sejak tahun 2010

The Tarya, La Alhambra, Granada, Spanyol, 2012.
Kemudahan dari Pemerintah Jerman untuk Ibu Bekerja
Setelah Khansa lahir, ibu-bekerja seperti saya mendapat cuti hamil dan melahirkan dengan pilihan lamanya minimum 3 bulan (Mutterschutz) dan maximal 3 tahun (Elternzeit). Setelah berdiskusi dengan Supervisor saya, sayapun mengambil cuti paling sedikit 3 bulan. Dan karena Khansa lahir premature, saya mendapat tambahan cuti 1 satu bulan lebih lama. Pilihan cuti 3 bulan untuk cuti hamil (4 minggu sebelum due date) dan cuti melahirkan (8 minggu setelah melahirkan) sebenernya jarang diambil oleh ibu-ibu bekerja di sini, rata-rata mereka ambil cuti 6 bulan atau 1 tahun maximal dengan pertimbangan pada umur segitu si anak sudah bisa dimasukan ke daycare/krippe (mulai dari umur 6 bulan sampai 3 taun). Dan jangan salah, di sini daftarin bayi masuk daycare juga harus dari sebelom lahiran biar dapet tempat, otherwise bakal waiting list. Alasan saya mengambil cuti 3 bulan karena agar gaji/beasiswa saya tidak habis di tengah jalan, karena walopun ambil cuti, gaji nya tetap berjalan 50%. Simpelnya kalo saya ambil cuti 1 taun, maka gaji saya tinggal untuk 2,5 tahun, sedangkan kontrak kerja saya untuk 3 tahun, berarti saya harus cari sumber finansial lain untuk setengah tahun terakhir. Pilihan bekerja di tempat lain selain universitas juga tidak mungkin dikarenakan di visa saya tercatat bahwa saya hanya bisa bekerja untuk Universitas Bremen.
Selama cuti hamil 3-4 bulan, saya juga mendapatkan ‘rewards’ sebagai ibu-baru dari pihak asuransi yang disebut sebagai Mutterschaftsgeld, jika dijabarkan, kita mendapatkan 13€ per hari dari pihak asuransi selama kita cuti. Setelah merasakan menjadi ibu-baru, pemerintah memanjakan orang tua dengan mendapatkan Elterngeld/Parents Money selama 2 tahun setelah anak kita lahir. Dan satu lagih, bukan hanya orang tua, tapi si anak pun dapat gaji/tunjangan sebagai anak sampai umur 23 tahun yang disebut Kindergeld/Child Money.

Jadi tepatlah sudah peribahasa “banyak anak banyak rejeki” di negara Panzer ini. Tapi kebanyakan, hanya orang-orang pendatang lah yang memanfaatkan (in a very positive way) arti dari peribahasa ini dengan memiliki banyak anak. Kalo diperhatikan, orang Jerman maximal punya anak 4, ituh juga udah pusing kayanya, kebanyakan orang jerman punya anak 1 atau 2. Untuk mendapatkan Elterngeld dan Kindergeld, kita tinggal mendaftarkan diri dengan mengisi formulir di di Elterngeldstelle, Amt für Soziale Dienste dan di Familien Kasse der Bundesagentur für Arbeit.
Sistem Daycare di Jerman
Ketika Khansa kecil, Khansa dititipkan kepada Tagesrumutter/Daily mother/ibu-pengganti dari jam 8-14. Saya pilih Taggesmutter karena menurut saya Taggesmutter hanya memegang beberapa anak tidak sebanyak yang dipegang di daycare, sehingga bisa mendapatkan perhatian yang optimal dari Tagesmutter. Untuk mendapatkan Tagesmutter, kita bisa mendaftar ke kantor/lembaga tertentu seperti PiB (Pflegekinder in Bremen) yang memiliki list Certificated Tagesmutter. Teknisnya, kita tinggal dateng dan jemput tiap hari ke rumah Tagesmutternya buat titipin anaknya. Berapa lamanya anak dititipkan disesuai berdasar kesepakatan ibu dan Tagesmutter, tapi biasanya Tagesmutter menetapkan sampai jam 13, 14, 15, 16. Selain itu sudah ada juga Tagesmutter yang meng-iklankan dirinya sendiri tanpa bantuan lembaga tertentu. Dan pilihan terakhir kita bisa menitipkan kepada orang yang terpercaya diluar garis keluarga untuk dititipkan seperti tetangga yang tentu saja dia berkompeten untuk mengurus anak kita dan membayar upahnya sesuai tarif upah Tagesmutter yang tercatat di lembaga. Kebetulan saya ambil pilihan ke 3, saya pilih orang Indonesia untuk jadi Tagesmutter Khansa dari umur 4 bulan sampai umur 2 tahun.

Roter Sand Kindergarten, Woltmershausen-Bremen, 2015
Beruntungnya saya sebagai ‘modeller’, saya bisa bekerja dari mana saja, dan pada momenitu, saya diperbolehkan bekerja setengah hari di Universitas dan sisanya saya bisa kerja-online dari rumah. Kenangan saya dulu, biasanya baju saya sudah separuh basah oleh ASI yang ‘tumpah’ di kantor, lalu saya pun harus pulang ke rumah agar bisa memberikan ASI kepada Khansa.
Untuk pembayarannya, alhamdulilah saya mendapatkan family support dari project saya, jadi pembayarannya sudah ditanggung oleh univeritas. Tagesmutter, Daycare dan kindergarten di sini memang cukup mahal, namun kalo sudah lihat fasilitas yang diberikan saya kira sesuai saja. Price doesn’t lie 😛 Berapakah jumlah yang dibayarkan? Pembayaran per bulannya disesuaikan dengan gaji per bulan orang tuanya, semakin banyak gajinya semakin mahal bayarnya, semakin sedikit gajinya semakin murah juga bayaranya. Alhamdulilah kami bisa merasakan bahwa si ‘kaya’ dan si ‘cukup’ bisa mendapatkan hak dan fasilitas yang sama.
Setelah usia 2 tahun, Khansa sudah membutuhkan ruang gerak dan sosialisasi yang lebih luas, jadi saya putuskan untuk memasukkan Khansa di Daycare/Krippe di Universitas (UniKiTa) dari jam 8-16. Alhamdulilah, saya masih diberikan family support dari project sehingga saya juga tidak perlu bayar. Setelah Khansa berumur 3 tahun, Khansa udah bisa masuk Kindergarten/TK dari jam 8-14. Pada saat di TK, kontrak kerja saya sudah mau habis, saya tidak mendapatkan family support lagi tapi alhamdulilah karena system subsidi si ‘kaya’ dan si ‘cukup’, jadi bayarnya murah dan terjangkau oleh employee seperti saya yang kontrak kerjanya udah mau abis. Oya, posisi Daycare/Kindergarten ada di mana-mana, letaknya memang ada di setiap region/kompleks. Jadi tak perlu repot untuk mencari sampai ke kompleks lain, karena fasilitas yang diberikan juga sama di setiap kompleks/region.
Hak Anak Sebagai Citizen (atau Non-citizen) di Jerman. Selain benefits yang sudah disebutkan di atas, anak yang lahir dan tidak lahir di sini, pendatang dan pribumi di sini mendapatkan keuntungan dan fasilitas yang sama. Semua anak berhak mendapatkan Kindergeld, sekolah yang baik (daycare-kindergarten bayar, SD-kuliah gratiiis), rumah yang layak, check-up kesehatan yang terjadwal untuk umur 0-5 tahun (Untersuchung U1-U9).
Tentang Bremen dan Pengurusan Dokumen
Sesampainya di Bremen/Jerman, kita harus melaporkan diri dan keluarga kita dimana kita tinggal. Tempat untuk mendaftarkannya disebut Stadtamt. Stadtamt bisa disebut juga sebagai kecamatan kali yaa. Setelah tercatat di Stadtamt, kita akan mendapatkan ID personal number, social-number (yang dapat digunakan untuk mendapatkan hak-hak kita seperti untuk daftar Kindergeld, Elterngeld, Tax Refund dll). Selanjutnya, dengan berbekal selembar kertas (Meldebestätigung) yang tertera nama kita beserta keluarga dan alamat rumah kita, kita harus mengganti visa yang berlaku 3 bulan yang tertempel di passport menjadi visa yang berlaku sesuai kontrak kerja kita dalam bentuk seperti KTP, namanya Aufenthaltserlaubnis (AUE). Dan yang wajib dimiliki oleh setiap jiwa di sini adalah asuransi kesehatan ( Krankenversicherung) .

Kiri (atas) Buku check-up anak. 0-5 tahun, bawah: Meldebestätigung (semacam Kartu Keluarga). Kanan AUE (atas), Asuransi Kesehatan (bawah)
Setelah secara legal terdaftar, pihak kecamatan akan meneruskan informasi kita kepada pihak/dinas yang berwenang. Misalnya pihak kecamatan akan mendaftarkan anak kita ke Jugendamt/dinas sosial yang mengurus anak-anak. Mereka tidak akan membiarkan anak-anak tidak mendapatkan haknya, contohnya mereka akan secara otomatis mendaftarkan anak kita ke SD ketika waktunya sudah masuk SD, mengirimkan surat agar anak kita diperiksa secara terjadwal ke dokter anak pada usia-usia tertentu. Data orang tuanya akan dikirimkan ke Finanzamt misalnya, mereka akan mengirimkan surat untuk meminta kita untuk melaporkan pajak dll. Kita tinggal siapkan dokumen-dokumen dan menindaklanjuti apa yang sudah diinisiasi oleh pemerintah.

Posisi kota Bremen
What Makes Bremen Special.
Dibandingkan dengan kota-kota lain di Jerman; setelah 7 tahun di sini saya merasakan bahwa Allah memang sudah memikirkan sebaik-baik untuk umatNya. Allah memilihkan Bremen untuk saya merantau, dengan semua kemudahan dan kesusahan yang saya dapat di sini, alhamdulilah. Menurut saya, Bremen itu kota yang cukup dari berbagai aspek, ya CUKUP adalah kata yang tepat untuk Bremen. Jika dibandingkan dengan kota tetangga, Bremen tidak terlalu mewah seperi Hamburg dan tidak terlalu sederhana seperti Bremerhaven. Harga sewa rumah dan living cost di Bremen cukup jika dibandingkan kedua kota tetangga di atas. Populasi penduduk di Bremen juga cukup, tidak terlalu crowded dan tidak terlalu sepi. Di Bremen, saya masih bisa melakukan aktivitas saya sebagai muslim yang mungkin agak susah dilakukan ketika saya ada di sebelah timur Jerman. Di Bremen saya bisa shopping ke Factory Outlet yang tidak dapat saya lakukan kalo saya ada di Hamburg atau Bremerhaven (emak-emak banget :D).

Factory Outlet, Ochtum Park, Brinkum, 2013
Transportasi di Bremen: Salah satu kenapa saya suka Bremen, karena transportasinya cukup friendly untuk keluarga terutama para ibu dengan anak-anak. Bremen punya Buses, tram/Strassebahn, Regional Bahn, Regional bus. Di setiap armada, tersedia space yang cukup untuk penyimpanan stroller/Kinderwagen tanpa harus dilipat (they do ‘lipat’ in England karena space nya terbatas) dan juga untuk sepeda. Tidak ada U-Bahn/Subway/Metro membuat saya lebih bahagia, karena saya tidak perlu turun dan naik tangga seperti di kota besar seperti Hamburg atau Berlin atau bahkan seperti di Paris 😛

Strassebahn produk lama (kiri), Bus dengan interior terbaru (tengah), Strassebahn produk terbaru (kanan)

Bremer Straßenbahn AG (translates from German as Bremen Tramways Corporation), often abbreviated BSAG, is the public transport provider for Bremen, Germany, offering tramway and bus services. As of 2012, BSAG operated 8 tram lines in Bremen.
Bremer Straßenbahn AG (BSAG) punya motto tepat waktu, bersih, tempat yg luas untuk stoller/sepeda dan koneksi yang baik antara satu bus/tram ke bus/tram yang lain. Belom perfect banget sih tapi so far, saya sudah merasakan kenyamanan tersebut. Fasilitas transportasi yang baik dan nyaman ini tentu saja untuk mengurangi kemacetan dan membantu bumi ini untuk bernafas dengan mengurangi CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan pribadi walau sekarang udah ada bahan bakar go green. Kadang terbersit juga pengen punya mobil sendiri kalo udah ketemu kondisi terlambat, hujan, dingin, dan mau pergi ke tempat yang kurang baik dilalui oleh transportasi umum. Namun keinginan itu hilang ketika inget harga bikin SIM nya yang mahal itu Peraturan ini dibuat oleh pemerintah untuk mengurangi pengunaan kendaraan pribadi, toh pemerintah sudah memanjakan kita dengan fasilitas transportasinya yang nyaman dan friendly staff Biasanya yang banyak pake transportasi publik ituh ibu/keluarga dengan anak 1, dan yang pada punya mobil biasanya keluarga dengan anak 2 dan lebih karena mobilitas yang padat.
Tempat Favorite untuk Jalan-jalan dengan Keluarga. Seperti di negara lain, Jerman juga punya ruang publik yang cukup baik, taman-taman bermain dimana-mana, taman bunga, tempat olah raga dan lapangan terbuka untuk duduk-duduk dan leyeh-leyeh menikmati matahari (kalo summer). Jadi kalo lagih ga liburan ya maen di taman bermain, maen air di pantai buatan, indoor playground juga ada kalo cuaca lagi ga okeh. Perpustakaan kota (Stadt Bibliothek) lantai atas (children’s section) juga bagus untuk dikunjungi.

Bremen City Library
Setiap liburan spring, autumn, dan winter selalu ada yang namanya pasar hiburan yang menyajikan banyak permainan untuk anak-anak, banyak makanan khas tradisonal orang Jerman, Icha Freimarkt di bulan Oktober, Osterwiese di bulan April, Weichnachtmarkt di bulan Desember.

Osterwiese

Bremer Weihnachtsmarkt
Selebihnya kalo udah bosen di Bremen, bisa maen ke kota tetangga dan sekitarnya yang menyuguhkan temapt-tempat bermain, museum, zoo, dan akuarium. Untuk student seperti saya, saya bisa pake semerster ticket for free ke Niedersachsen area, dan untuk non-student bisa pake groupticket yang harganya lebih terjangkau untuk maximal 5 orang. Kita suka sepedaan juga bersama GoWest (baca: gowes) Group when spring and summer is coming setiap 2 minggu sekali ke kota-kota tetangga.

GoWest Group in Autumn
Beberapa Tempat Wajib Kunjung di Bremen:
Letaknya berdekatan: Town Hall – Town hall (Built between 1405 and 1410 with a Weser Renaissance facade added in the 17th century). St. Peter’s Cathedral Protestant/Lutheran church with a history spanning more than 1,200 years. Early-Gothic style from the first half of the 13th century. Bremen Town Musicians – To the west of the town hall stands the most famous representation of the Bremen Town Musicians, the bronze sculpture created in 1951 by the artist Gerhard Marcks. Roland statue: Bremen’s “statue of liberty” – a symbol of trading rights and freedom since 1404. Germany’s largest Roland statue.

Bremen Town Hall dan St. Peter Cathedral

Bremen Town Musicians – Bronze Statue

Roland Statue
Schnoor quarter Bremen’s oldest district – the Schnoor quarter, is a maze of lanes lined with little 15th and 16th century houses. Böttcherstrasse – Built in the 1920s, this fascinating 110 metre-long lane houses shops and restaurants, museums, workshops and a carillon. The Viertel (‘quarter’) – The Viertel is just a short walk from the city centre and is the most colourful and bohemian area of Bremen.

Schnoor Quarter

The Viertel Bremen
Hole of Bremen – Underground collection box. When a coin is added, you hear one of the Bremen Town Musicians thanking you. Bremen Ratskeller – 600 years of tradition, 650 German wines, grand hall with ornate wine barrels & columns, vaulted cellar, speciality Bremen fare. Drop Tower Experiments with weightlessness are conducted here; the top of the tower serves as a function room. Mühle am Wall – Mill dating back over a century in Wallanlagen Park. Market square – The market square is the focal point of Bremen. Seven Lazy Brothers fountain – The fountain by Bernhard Hoettger at the Handwerkerhof craft centre in Böttcherstrasse.

Bremen Ratskeller dan Mühle am Wall

Seven Lazy Brothers
Schlachte Embankment – Enjoy the wide range of restaurants and cafés beside the river or discover Bremen from the water on a boat. Überseestadt – Bremen’s former docklands are being transformed into a vibrant quarter for the 21st century with a great selection of cafés, bars and restaurants. Maritime Mile – Set between the Schulschiff Deutschland and exhibition shipyard are the historical Spicarium warehouse, museum harbour and much more besides. City centre – Shopping in the historical city centre of Bremen is an experience in its own right. Weser Stadium – ‘Green and white forever’ – the home of Werder Bremen! The floodlit Weser Stadium can be seen for miles around. Tabak Börse – tempat pelelangan tembakau dunia..ada di buku pintar looh 😛

Schlachte Embankment

Weser Stadium

Biar ga cape keliling-keliling sendiri, Bremen punya Mini-bus untuk para turis
Perkumpulan Orang Indonesia di Bremen.
Dari sejak 2008 sampai sekarang alhamdulilah orang Indonesia nya nambah terus, family maupun studentnya, muslim dan non-muslim nya juga. Untuk keagamaan, yang non-muslim dan yang muslim sama-sama punya pertemuan rutin. Kalo yang muslim, kita punya pengajian keluarga di minggu ke tiga setiap bulannya, terus ada pengajian remaja setiap minggu ke 2 dan ke 4 setiap bulannya, ada pengajian ibu-ibu di minggu pertama setiap bulannya, sama pengajian anak-anak (TPA) setiap sabtu. Alhamdulilah kami punya mushola, namanya musola Al- Azhar, jadi kegiatan dan pertemuan rutinnya kebanyakan dilakukan di mushola, tapi untuk pengajian ibu-ibu biasanya ngider dari rumah ke rumah biar rumahnya dapet berkah juga. Oya nama komunitas muslimnya Keluarga Muslim Bremen Indonesia (KMIB), untuk yang umat Kristiani ada PERKI (Persekutuan Kristen Indonesia). Selain untuk kegiatan keagamaan, mushola juga kadang jadi ruang serba guna bisa dipake buat latihan music, angklung, dan nari buat anak-anak, remaja dan ibu-ibu muslim.

Masjid yang sering dikunjungi buat bapak-bapak solat jumat namanya Fadhilah Moschee/Mesjid Fadhilah, Daawa Mocshee/Masjid Daawa, dan Fatih Moschee/Masjid Fatih (paling besar di Bremen), tapi ada juga masjid yang lain seperti Abu Bakar Mosque/Abu Bakar Moschee dan ada juga Masjid kecil (sejak ada Turkish Airlines) di Bremen Airport untuk para bapak muslim yang bekerja di Airbus. Kalo lagi libur kejepit di hari Jumat ato tanggal merah di hari jumat, biasanya bapak-bapak muslim Indonesia pada solat jumat di musola Al-Azhar. Untuk solat Ied, untuk orang Indonesia biasanya di musola Al-Azhar, di lantai bawah buat bapak-bapak, remaja dan anak-anak putra dan lantai dasar buat ibu-ibu, remaja dan anak-anak putri. Sebelumnya (beberapa tahun yang lalu) kita suka solat Ied di Tabak Börse (tempat pelelangan tembakau dunia) punya Indonesia karena tempatnya yang luas dan bisa menampung Jemaah lebih banyak. Sayangnya Tabak Börse harus ditutup dan tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan untuk orang Indonesia, salah satunya sholat Ied. Tahun lalu, kami juga memanfaatkan kebun luas milik orang Indonesia untuk sholat Idul Adha dengan catatan kita harus minta izin dulu ke tetangga di sekitar agar tidak kaget dan tidak terganggu dengan aktivitas yang ada.

Belanja Bumbu dan Restoran Indonesia di Bremen dan Sekitarnya.
Belanja daging halal biasanya di toko turki atau toko arab, kalo bumbu-bumbu Indonesia ada di toko Asia sama ada 2 toko kecil/kiosk Indonesia. Restoran Indonesia ada 2 di Bremen, namanya Restoran Bali sama Restoran Surabaya. Tapi ya ga bisa tiap hari ke situ ya..hehe..harganya harga restoran :P. Pilihan lainnya ada juga restoran China sama Vietnam, ada beberapa menu yang mirip sama cita rasa Indonesia. Paling deket sih ada di Hamburg juga, Cita Rasa Restoran sama Jawa Restaurant. Di Bremen juga ada café dengan menyajikan kopi dengan kopi Indonesia dan kue/cemilan khas Indonesia, namanya Café Lager. Kita malah lebih suka makan di Kebab-Haus..hehe…harganya murah dan mengenyangkan dan halal, salah satu favorit kami ada namanya Özlem.

Java Restaurant, Bremen
—————————————-
Instagram: @rrachmayani. All images provided taken by Rime and her friends and some are from www.bremen-tourism.de or directly linked to the images URL.