Kolaborasi dengan Kampus Keuangan Keluarga

Kali ini Mamarantau berkolaborasi dengan Kampus Keuangan Keluarga (IG: @kampus.keuangankeluarga) untuk berbagi pengalaman dan tips mengelola keuangan di rantau, terutama untuk mereka yang berencana pindahan ke negara lain. Kolaborasi ini dilakukan melalui zoom meeting yang diselenggarakan pada 14 Maret 2022.

Sebelum acara, Tim Mamarantau (Safitri) mewawancarai tim KKK (Kampus Keuangan Keluarga) untuk mengenal lebih jauh pada foundernya yakni Rizki Laila Harahap (Kiky Harahap) dan Dian Mariesta. Berikut hasil obrolan kami.

Dian Mariesta: Aktivitasku saat ini sebagai penulis buku anak, co Founder Kampus Keuangan Keluarga, Font Designer di Tigadestd dan Ketua Komunitas Ibu Profesional Asia. Suami seorang software engineer dan Font Designer di Tigadestd. Aku, suami dan 1 anak perempuanku tinggal di Malaysia. Sejak 2005, aku sudah tinggal di Malaysia sebagai mahasiswa S1 lalu lanjut S2. Kemudian bekerja selama 2 tahun dan memutuskan untuk resign dari kantor. Sampai saat ini, rezeki keluarga kami masih di Malaysia.

Kiky Harahap: Pekerjaan suami yang membuat kami harus berpindah dari satu negara ke negara yang lainnya. Saat ini domisili di Kuwait. Perjalanan merantau dimulai dari tahun 2011 hingga sekarang. Melakukan sesuatu yang rutin membuat proses adaptasi di setiap tempat menjadi lebih mudah untuk dilewati. Saat ini aku memilih untuk menjadi Financial Trainer dan mengasuh Kampus Keuangan Keluarga secara profesional. Pernah beraktivitas sebagai pelajar dan kemudian berprofesi sebagai guru ketika berdomisili di Malaysia ternyata membuat aku menemukan kalau mengajar dan berkegiatan di bidang edukasi menjadi pilihan yang cukup menyenangkan hati.

Apa sih latar belakang didirikannya KKK dan boleh dishare ga apa mimpi besar KKK?

Kampus Keuangan Keluarga (@kampus.keuangankeluarga) merupakan sebuah platform e-learning yang mengedepankan semangat berbagi dan menularkan habit baik dalam mengelola keuangan. Lebih dari 800 orang sudah belajar bersama kami sejak 2020 hingga saat ini.

Perubahan tata atur hidup, cara memaknai sehat, dan betapa kecilnya kemampuan manusia melalui satu seri pandemi, mengawali perjalanan Kampus Keuangan Keluarga. Tahun 2020 menjadi pembukti akan banyak hal. Salah satunya adalah rendahnya literasi keuangan dan lemahnya fondasi keuangan keluarga Indonesia. Cerita tentang sandwich generation masih seperti gulungan benang kusut yang sulit diurai. Jatuh ke pangkuan tengkulak yang berkedok kredit kekinian belum juga terbendung. Bahkan investasi bodong masih beramai-ramai didatangi orang. Ditambah dengan dunia yang sedang menekan tombol pause-nya, memutiplikasi nominal kesulitan keuangan. Keresahan ini yang kemudian membawa kami (Kiky Harahap dan Dian Mariesta) untuk mengajak orang di sekitar agar bisa meningkatkan literasi keuangan mereka.

Tujuan utama KKK adalah untuk bisa meningkatkan literasi keuangan keluarga dengan berbagai cara. Mulai dari menciptakan zona belajar keuangan yang menyenangkan, mendobrak stigma bahwa belajar keuangan itu sulit dan membosankan, dan menularkan habit baik mengelola keuangan melalui berbagai media. Mimpi besar kami adalah untuk bisa menciptakan 1000 keluarga Indonesia cerdas atur uang.

Podcast Minggu Mikir

Setelah satu setengah tahun berdiri, siapa audience dari komunitas KKK? Feedback apa yang berasal dari audience yang membuat tim KKK makin bersemangat memberikan literasi?

Pada awalnya, kami terfokus kepada keuangan keluarga saja. Kami ingin meningkatkan literasi keuangan keluarga Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, kami juga melihat bahwa anak muda juga mulai tertarik untuk belajar perencanaan keuangan. Saat ini, peserta di berbagai kelas KKK cukup beragam mulai usia remaja hingga lanjut usia.

Hal paling membuat kami terus hadir sebagai ruang belajar keuangan adalah melihat testimoni teman-teman setelah mengikuti kelas di KKK. Banyak teman-teman merasakan manfaat yang luar biasa setelah mereka belajar bersama kami. Mulai dari semakin rapinya pencatatan keuangan, tahu apa saja hal yang membuat keuangan mereka bocor, memiliki komunikasi terkait keuangan yang baik dengan pasangan, hingga bagaimana pada akhirnya mereka bisa terlepas dari jeratan utang.

Apakah kalian punya pengalaman kurang menyenangkan saat mengelola finansial sehingga menginspirasi berdirinya KKK?

Meskipun komunikasi keuangan tidak pernah menjadi masalah dalam pernikahan kami, tapi karena keduanya baik saya maupun suami tidak pernah membekali diri dengan cara mengelola keuangan dengan baik, banyak sekali keputusan keuangan yang diambil menjadi bumerang bagi kami pada tahun-tahun awal pernikahan. 

Seringkali emosi yang menjadi penentu dalam keputusan yang diambil. Contohnya emosi ketika akan mengganti mobil, mengambil keputusan dengan asumsi akan ada uang yang diterima beberapa bulan kemudian. Atau merenovasi rumah tapi di luar dari kemampuan keuangan yang ada. Ya hal-hal semacam itu, yang ternyata akibatnya bisa fatal. Kami terlilit dengan utang kartu kredit bukan hanya pada satu atau dua kartu, tapi kurang lebih enam sampai tujuh kartu. Bisa dibayangkan bagaimana hidup dari gajian ke gajian tapi hanya untuk melunasi tagihan kartu kredit. 

Kami menyadari kalau tidak cepat diselesaikan, maka keuangan tidak akan pernah sembuh. Dari kejadian ini kami belajar dan juga ingin agar orang lain bisa belajar, untuk menyadari kalau memiliki masalah keuangan dan bisa keluar darinya. Ini lah yang membuat besar keinginan untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga-keluarga lainnya.

Apa tantangan Dian dan Kiky dalam mengatur keuangan di perantauan?

Dian Mariesta:

  • Harus cermat dan smart dalam mengatur pos mudik. Walaupun Malaysia-Indonesia tidak terlalu jauh tapi pos untuk mudik harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin.
  • Di Malaysia ini, banyak sekali orang Indonesia yang tinggal. Sejak pandemi ini, banyak ibu-ibu rantau membuka usaha PO makanan Indonesia. Wah, kalo gak punya pos khusus untuk jajan, bisa-bisa keuangan bolong!
  • Harus tau aturan di negara domisili. Terutama terkait aturan dana pensiun yang diberikan perusahaan dan perpajakan.

Kiky Harahap:

  • Mencari tempat belanja groceries yang masuk akal dengan perbedaan bahasa. PR terbesar setiap kali pindah negara adalah melakukan pencatatan belanja selama 3 bulan pertama dan memilih tempat mana yang paling sesuai untuk belanja rutin mingguan dan bulanan.
  • Biaya transportasi yang lumayan mahal, karena di Kuwait sarana transportasi umumnya kurang memadai, sementara untuk housewife mendapatkan SIM sangatlah sulit. Hal ini mengakibatkan perlu pos tambahan biaya taxi untuk mobilisasi.
  • Summer yang luar biasa panasnya membuat hidup di Kuwait menjadi lebih mahal, karena tempat-tempat outdoor yang gratis jadi tidak bisa diakses. Jadi, hiburan di kala weekend hanyalah ke mall, dan tentu kalau sudah di mall biaya yang dikeluarkan jadi lebih banyak. Selain ini, Kuwait juga negara kecil, jadi ketika summer orang pun berlomba-lomba untuk escape ke luar negeri mencari cuaca yang lebih menyenangkan.
Daftar di bit.ly/kelasmamarantau ya!

Pengalaman apa yang paling berkesan selama memberikan edukasi melalui literasi finansial? 

Dian Mariesta:

Bertemu dengan anak SMP yang mau belajar keuangan. Semangat yang luar biasa! Kebayang dulu waktu aku SMP masih sibuk jajan di warung sekolah tanpa mikirin apa-apa.

Kiky Harahap:

Sebenarnya pengalaman yang selalu berbekas di hati itu kalau ada orang yang aku sendiri gak ingat, mengirimkan pesan dan menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah bisa terlepas dari utang yang selama ini melilitnya. Padahal aku sama sekali gak bantuin untuk melunasi utangnya. 

Pertanyaan terakhir, apa rencana/goals KKK di tahun 2022? 

  • Memperluas dampak.
  • Berkolaborasi dengan berbagai pihak.
  • Membangun sebuah sistem pembelajaran keuangan yang lebih komprehensif.
Advertisement