Rika Melissa – Indonesian woman, currently live in Kerava, Finland with two bilingual sons- Kai and Sami, a Finns husband – Mikko. Still trying (hard) to learn Suomi language. Always left her heart in Jakarta.
Ramadan tahun ini dimulai dari tanggal 18 Juni dan akan berakhir pada hari perayaan Idul Fitri di tanggal 17 Juli 2015. Untuk negara-negara di belahan utara bola dunia, hal ini berarti ibadah puasa harus dijalankan di pertengahan musim panas, di hari-hari paling panjang dalam setahun.
Terletak pada koordinat 60° LU dan 24° BT, Helsinki tercatat sebagai ibu kota negara paling utara kedua setelah Reykjavik (Islandia). Rata-rata panjang puasa tahun ini untuk daerah Helsinki dan sekitarnya berkisar di angka 20-21 jam saja! Berpatokan pada jadwal puasa yang diedarkan oleh Masjid Iman di Helsinki, waktu sholat Subuh jatuh pada pukul 01:48 dan Maghrib pada 22:52 di tanggal 1 Ramadan. Sementara di hari terakhir berpuasa jadwal ini akan bergeser sedikit sehingga waktu subuh jatuh pada pukul 2:27 dan Magrib pada 22:28.
Dibandingkan dengan berpuasa di Indonesia, berpuasa di sini memang terasa sangat menantang. Saya yang dulunya terbiasa berpuasa 13-14 jam di Indonesia, sekarang harus berpuasa 7 jam lebih lama.
Keistimewaan yang ditemukan selama bulan puasa di Indonesia juga tidak ditemukan di sini. Tidak ada jam kerja yang dipersingkat, jam pulang kantor yang lebih awal, atau toko makanan yang bersembunyi di balik tirai di siang hari. Jadinya, yah…sering harus menjaga pandangan kalau tidak mau ludah mengumpul di pangkal mulut ketika lewat di depan toko es krim.
Fatwa-fatwa terkait durasi puasa yang panjang di kawasan utara
Sebenarnya ada beberapa perdebatan dalam menyikapi panjangnya durasi berpuasa tahun ini di kawasan utara. Secara garis besar ada dua fatwa yang umumnya beredar di kalangan warga muslim. Fatwa pertama adalah yang menyatakan bahwa ibadah puasa harus dijalankan sesuai dengan waktu setempat, yang berarti umat Islam di Helsinki dan sekitarnya harus menjalankan puasanya selama 21 jam dalam sehari. Fatwa kedua beranggapan bahwa umat muslim dengan durasi puasa yang sangat panjang (lebih dari 18 jam) diperkenankan mengikuti jadwal puasa di Arab Saudi, mengambil waktu imsak dan magrib seperti di Mekkah atau Madinah.
Ada banyak fatwa dan teori lain yang beredar seputar permasalahan ini. Imam Komunitas Islam Finlandia, dan Imam Masjid Iman di Helsinki sendiri menganjurkan warga muslim untuk berpuasa mengikuti waktu setempat, kecuali untuk mereka yang tinggal di daerah utara, seperti di Lapland – the land of the midnight sun, di mana matahari tidak pernah terbenam sepanjang bulan Juni dan Juli. Untuk daerah-daerah seperti itu, warganya dianjurkan untuk mengambil jadwal ibadah kota Helsinki.
ECFR (The European Council for Fatwa and Research) juga mengeluarkan fatwa baru di awal Ramadan tahun ini yang sama-sama menetapkan bahwa lokasi dengan tanda waktu yang jelas – lokasi di mana matahari terbit dan terbenam dapat diobservasi dengan jelas, seberapapun singkat jeda waktunya, harus menjalankan ibadah puasa sesuai waktu setempat, walaupun berarti umat Islam harus menahan lapar dan haus untuk jangka waktu yang sangat lama. Hanya saja fatwa ini mengizinkan kita untuk berbuka sebelum waktunya TAPI untuk digantikan puasanya di kemudian hari.
Ada fatwa lain juga yang mengizinkan umat Islam di daerah dengan waktu berpuasa yang ekstrim untuk mempersingkat puasanya sesuai dengan waktu ibadah di negara muslim terdekat. Dalam kasus ini biasanya negara Turki dijadikan kiblat untuk waktu imsak dan magrib. Fatwa lain menganjurkan untuk berpuasa sesuai dengan durasi waktu di Arab Saudi tapi tetap mengikuti waktu imsakiyah atau waktu magrib setempat. Misalnya, jika subuh jatuh pada pukul 02:00 di Helsinki, dan durasi puasa di Mekkah berlangsung selama 15 jam, maka umat Islam di Helsinki dapat berbuka pada pukul 17:00 (02:00 ditambah 15 jam).
Dengan banyaknya fatwa yang beredar, penerapan durasi puasa di kalangan umat muslim Finlandia menjadi beragam. Ada yang berpuasa mengikuti waktu di Mekkah, ada yang mengikuti waktu Turki, ada juga yang mengikuti waktu di tanah air masing-masing. Tentunya banyak juga yang menjalankan puasanya sesuai waktu setempat – berpuasa selama 21 jam. Buat saya pribadi, fatwa yang walaupun berbeda-beda tersebut, sama-sama dihasilkan melalui hasil riset dan pemikiran yang panjang, jadi hasilnya harus dihormati. Demikian pula pengikut-pengikutnya, harus ingat untuk tetap saling menghormati perbedaan yang ada. Durasi puasa yang lebih panjang bukan alasan untuk merasa superior atau lebih benar dari yang lain.
Tantangan lain yang harus dihadapi muslim di Finlandia pada bulan puasa kali ini bukan saja soal lapar dan hausnya. Buat saya dan suami, siklus tidur yang berantakan juga cukup jadi masalah. Di bulan Ramadan ini saya biasa terjaga hingga lewat pukul 2 pagi dan baru tidur setelah sholat subuh. Sekitar jam 8 kami sudah harus bangun meladeni dua anak kami yang masih kecil-kecil. Karena musim panas juga berarti musim liburan sekolah (dan libur day care juga!), saya harus menemani anak bermain sepanjang hari.
Pada kenyataannya sih, seringnya saya terlalu lemas untuk main-main dan menjelang malam saya suka ambil jalan pintas, alias menyodorkan papan ajaib (ipad) ke anak-anak. Jam ‘kritis’ saya biasanya di sekitar pukul 13-15 dan sekali lagi di antara pukul 19-21, masa-masa di mana perut paling ribut main keroncong dan tenaga saya habis meluap entah kemana. Gak heran, ya, kalau rumah saya berantakan melulu selama bulan puasa ini, dan biarpun puasanya super lama tapi berbukanya dengan menu seadanya saja karena ibu koki lemah letih loyo untuk masak yang enak-enak. Untungnya sih, dengan berpuasa selama 21 jam lidah saya jadi bisa menerima makanan apapun. Nasi dan nugget ayam jadi berasa makanan restoran bintang lima. Alhamdulillah 😉
Untungnya juga, musim panas kali ini saya jadi pengangguran. Sekolah bahasa sudah selesai di bulan April dan sekolah berikutnya baru mulai di bulan Agustus. Kegiatan fisik (dan kognitif) saya bisa dibilang sangat minimal. Tapi buat mereka yang bekerja, tantangan puasanya tentu bertambah. Bayangkan saja bagaimana rasanya tidur jam setengah tiga pagi tapi tetap harus bangun di pukul tujuh untuk bekerja. Beberapa orang mengatakan konsentrasi di kantor jadi menurun akibat kombinasi lapar dan kurang tidur padahal produktifitas tetap harus tinggi untuk dapat bersaing dengan rekan-rekan sekantor yang tidak berpuasa. Dan bagi suami saya, pulang kerja artinya harus menghadapi anak-anak yang selalu penuh energi, sering rewel dan sering berantem. Makanya sebulanan ini muka kami mirip seperti panda.
Kegiatan KBRI di Helsinki Selama Bulan Ramadan
Berbuka puasa di tengah malam juga berarti minimnya acara bukber dan tarawih bersama. Selain transportasi yang sulit buat pengguna kendaraan umum seperti kami, restoran di kota juga sudah tutup di jam seperti itu. Sementara masjid juga tidak umum ditemui di negara ini.
Untung sekali warga Indonesia di Finlandia dapat mengandalkan KBRI sebagai wadah acara seru-seruan. Setiap malam minggu di bulan puasa, acara buka puasa bersama digelar di KBRI atas prakarsa IMMI (Ikatan Masyarakat Muslim Indonesia). Siapa saja boleh datang dan acaranya pun bertemakan ‘dari kita untuk kita’. Makanan berbuka merupakan sumbangan dari banyak warga Indonesia untuk disantap beramai-ramai.
Rangkaian acara kegiatan berbuka puasa di KBRI ini cukup lengkap. Dimulai dari acara belajar mengaji baik untuk anak dan dewasa di pukul 8 malam, berlanjut dengan ceramah Islami menjelang bedug Magrib dan pastinya sholat berjamaah mulai dari sholat Magrib, Isya dan tarawih. Kebanyakan tamu yang datang baru beranjak setelah sholat subuh karena waktu yang lumayan sempit dari berbuka hingga imsak. Makan buka puasanya juga tidak bisa lama-lama karena waktu isya dan tarawih sudah terburu datang. Setelah tarawih cuma ada sedikit waktu tersisa untuk bersahur. Minggu kemarin saya datang ke acara ini untuk sekedar berbuka dan kemudian terburu-buru pulang ke Kerava. Begitu sampai rumah ternyata sudah hampir subuh!
Datang ke acara buka puasa IMMI ini memang cukup jadi tantangan buat kami yang tinggal agak jauh dari KBRI, tapi buat saya, sungguh nikmat yang tak terkira untuk bisa berbuka dan bertarawih bersama teman dan kerabat.
Kemudahan Menjalani Ibadah Puasa di Finlandia
Selain tantangan-tantangan di atas, ada juga kok kemudahan puasa yang didapatkan di Finlandia. Persis seperti janji Tuhan: dibalik tiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Kemudahan yang paling utama yang saya rasakan adalah cuaca yang sangat bersahabat selama bulan puasa ini. Musim panas di Finlandia memang umumnya jauh dari kata ‘panas’. Temperatur selama bulan Juni-Juli tahun ini berkisar di angka 15-20 derajat celcius dan sering kali diiringi oleh hujan. Adem sepoi-sepoi! Memang bukan musim panas yang ceria untuk banyak orang tapi suatu berkah untuk yang berpuasa. Kalau durasi puasanya disamakan dengan Indonesia, puasa di cuaca seperti ini sama sekali bukan masalah.
Kemudahan lain yang juga bisa didapat adalah kemudahan untuk bisa lebih fokus beribadah. Maksud saya, kalau saya di Jakarta seriangnya esensi berpuasa berkutat di seputar acara buka puasa bersama bareng grup ini itu, geng ini itu yang bikin kantong bolong dan jarang ke masjid. Dengan minimnya acara bukber di sini, hari-hari bisa lebih dimanfaatkan untuk lebih banyak menjalankan ibadah walaupun, memang, rentetan kegiatan berbuka-sholat magrib-sholat isya-tarawih-sahur-sholat subuh terasa seperti lomba lari karena waktunya yang sungguh mepet. Dan terus terang saja, tidak setiap hari saya bisa rutin berkegiatan seperti di atas. Ada saat-saat saya super lemas dan sangat mengantuk jadinya setelah isya langsung tidur tanpa tarawih dulu, bangun sebentar untuk sholat subuh, dan kemudian tidur lagi sampai dibangunkan oleh bocah-bocah cilik.
Terus terang yang kedua, saya tidak selalu perkasa dan bisa berpuasa 21 jam setiap hari. Ada beberapa hari di mana saya merasa lemas dan terlalu lapar sehingga memutuskan untuk berbuka mengikuti waktu magrib di kota Mekkah. Bagi saya 21 jam berpuasa itu sulit TAPI MUNGKIN DILAKUKAN (atau jika kalimatnya dibalik: bisa dilakukan TAPI SULIT). Tentu saja ini pandangan saya pribadi karena banyak orang lain yang menjalankan puasanya dengan ringan tanpa kesulitan.
Berpuasa adalah cara terbaik untuk mendetoksifikasi tubuh kita secara natural tapi memang banyak polemik mengenai dampak kesehatan dari durasi puasa yang terbilang ekstrim seperti yang saat ini saya jalani. Saya sendiri tidak tahu banyak mengenai teori-teori puasa dan kesehatan, apalagi ketika dihadapkan dengan masalah kurang tidur dan badan lemas berkepanjangan seperti saat ini. Tampaknya ibadah puasa memang bukan sekedar untuk mencari kesehatan . tapi juga sebagai pelatihan untuk tunduk dan taat pada aturanNya, sebagai pelajaran untuk mencari ikhlas di dalam hati.
Tips menjalani durasi puasa yang panjang
Walaupun tidak setiap hari saya sanggup menjalankan puasa yang sangat panjang di tahun ini, ada sedikit tips yang bisa saya bagikan di sini. Tips ini saya saya dapat dari teman-teman di sini yang lebih sukses dalam berpuasa 21 jam dan, saya rasa, ibadah puasanya juga dilakukan dengan hati yang sangat ikhlas sehingga Ramadan tahun ini berlangsung dengan penuh kemudahan.
Beberapa tips dari saya dalam menghadapi durasi puasa yang panjang:
– Kurangi konsumsi gula. Kelaparan untuk waktu lama memang membuat tubuh dan lidah kita mendambakan makanan manis, tapi konsumsi gula yang berlebihnan justru membuat tubuh mudah lemas saat berpuasa. Berbuka sih tetap dengan yang manis tapi sebaiknya manisnya ini didapat dari buah-buahan
– Jangan lupa makan sayur dan makanan berserat. Awal-awal puasa saya fokus di makanan berkarbohidrat dan berprotein tinggi dengan niat menyumpal perut sampai magrib. Eh, ternyata saluran pencernaan yang kemudian malah tersumpal. Perut jadi gampang begah. Setelah banyak makan sayur dan protein nabati pencernaan jadi lebih lancar dan badan juga lebih segar
– Hindari berbuka puasa dengan terlalu banyak menu. Waktu berbuka yang sangat singkat jika dipakai untuk makan campur-campur – buah, kue, nasi, daging, sea food, krupuk, sambal, es krim dan lain-lainnya cuma akan berujung di perut kembung, Intinya sih untuk tidak kalap makan baik saat berpuasa ataupun tidak. Easier said than done, I know!
– Go outside! Saat sedang berpuasa mungkin ada kecenderungan untuk menghemat tenaga dengan cara tidak banyak bergerak dan berdiam diri di rumah. Tapi, saat menghadapi puasa yang sangat panjang seperti di Finlandia, sudah di rumah sampai lumutan, sudah tidur-bangun-tidur-bangun berkali-kali tapi kok magribnya belum datang juga? Kebanyakan di rumah justru bikin badan tambah lemas kekurangan udara segar. Berada di luar dan menghirup udara segar akan membuat tubuh kita berenergi kembali. Apalagi jika udaranya seperti di Finlandia yang tetap sejuk dan segar di musim panas.
– Mencari kegiatan atau kesibukan pengisi waktu, sebisa mungkin di luar rumah. Ini penting sekali dilakukan terutama untuk ibu rumah tangga seperti saya. Kalau berada di rumah terus, menghadapai hal-hal yang sama terus, waktu berjalan dengan sangat lambat. Akhirnya malah jadi stress menghitung waktu Magrib yang masih teramat lama. Sebisa mungkin cari kegiatan yang menyenangkan tapi tidak terlalu banyak makan tenaga. Puasa saya terasa lebih mudah saat saya punya jadwal berlatih gamelan di KBRI. Latihannya dimulai pukul 5 sore hingga lewat dari jam 8 malam. Sampai di rumah sudah hampir jam 10, sudah dekat dengan waktu berbuka. Horeeeee..!
Semoga tips di atas dapat membantu untuk mereka yang akan menghadapi puasa panjang di tahun berikutnya. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, berpuasa dalam waktu yang panjang memang sulit tapi sangat mungkin dilakukan. Perasaan takut dan gentar di awal-awal adalah biasa tapi selalu ada kemudahan dalam Islam. Dan ingat saja, durasi puasa yang sangat panjang di musim panas berarti durasi yang sangat singkat di musim dingin nanti. Di bulan Desember, di Kerava sini, matahari baru terbit jam 9 pagi dan terbenam jam 3 sore 🙂
——-
Untuk kisah lainnya tentang kehidupan di Finlandia, Rika menulis di http://seerika.wordpress.com/ atau untuk keseharian, bisa follow IG @seerika.
Disclaimer: foto-foto pada laman ini adalah karya Rika dan keluarga – dan beberapa diambil dari URL yang terhubung langsung dengan image gambar.
Masya Allah mbak Rika, semoga Allah selalu memberikan kemudahan dalam menjalankan puasa dan menjalankan ibadah2 lainnya untuk mbak Rika sekeluarga disana.
dan semoga amal ibadah kita semua diterima Allah SWT, Aamiin.
Salam kenal ya mbak Rika.
-Retno Pertiwi-
LikeLike
Salam kenal juga mbak Retno, Selamat berpuasa dan sebentar lagi berlebaran ya
LikeLike
Hai Rika, salam kenal yaa… Thanks sudah berbagi cerita tentang Ramadan. Aku dari dulu mau mampir blog Rika ga jadi2 mulu. Cuman follow IGnya 🙂 senang baca-baca pengalaman Ramadan diseluruh dunia seperti ini. Kalau aku di Den Haag puasa 19 jam 🙂
-Deny-
LikeLike
Halo Deny, aku kan silent reader di blog mu :D. Di Belanda lagi heat wave ya? Puasanya berat dong ya?
LikeLike
Waahh, jadi malu ternyata sudah baca2 tho :D. Thanks Rika. Seminggu ini kembali ke cuaca semula. Hujan, mendung, angin kencang. Jadi Alhamdulillah tertolong sekali puasanya 🙂
LikeLike
Salam kenal mb Rika…
Saya sungguh ingin bs berbincang2 dengan mbak rika, mungkin berbagi pengalaman, bisa?
LikeLike
Sy emy, sy baru 2 minggu lebih menikah dengan warga negara Finlandia..tapi sekarang karena suatu hal kami harus berpisah, dia di Finkand, saya di indo, tapi sy berencana mencoba hidup di Finland untuk sekitar 3 mingguan, bagaimana menurut mbak?
Maksud saya, apakah orang2 sana akan wellcome dngan kita orang indo?
Mohon infonya
Salam
Emy
LikeLike
Membantu sekali informasinya mba rika, salam kenal ya….
LikeLike
Hi mba Rika, salam kenal
Sukaaa deh baca pengalaman2 mba rika di blog heheheee…
LikeLike
Salam kenal mba Rika,
Saya lagi cari2 info karena rencana mo ke Helsinki nanti pasca Lebaran. Kebetulan kena racun temen jadi pertama kali ke Eropa dapet tiket murahnya langsung ke Helsinki. Yang ingin ditanyakan maaaaaf basic banget, kita di Helsinki cukup nda 2 malam ? Setelahnya kita masih mau ke Talinn, nyebrang dg Cruise dan stay di Denmark sekitar 3 malam dan 3 malamnya mo ke Norwey kemudian balik ke Helsinki untuk pulang ke JKt.
Atau mungkin ada pencerahan rekomendasi utk itin yg lebih pas …?
LikeLike
Great ppost thank you
LikeLike