Vina Mubtadi – is an International-Broadcaster who has been living in the Washington DC metropolitan area since 2010. During her spare time, she enjoys having educational playdates with her toddler daughter, Lana.
Saya merantau sejak tahun 2007, awalnya bekerja di Singapura, lalu ketemu jodoh di sana. Tidak lama setelah menikah tahun 2010, saya dan suami pindah ke Amerika karena saya diterima bekerja sebagai broadcaster di sebuah badan penyiaran internasional yang berkantor di Washington DC. Seru juga memulai periode sebagai pengantin baru, di tempat baru, sistem baru, teman baru, dan profesi baru. Beberapa bulan kemudian, setelah menjalin network kesana kemari, suami pun meneruskan profesi yang sebelumnya dijalani di Singapura, yaitu sebagai pelatih badminton.

The United States Capitol at the eastern end of the National Mall in Washington, D.C., is the seat of the United States Congress, the legislative branch of the U.S. federal government, completed in the year 1800.
Saya masih ingat hari pertama menginjakkan kaki di AS, 1 Mei 2010, kami diajak teman ke restoran Indonesia, Satay Sarinah. Saat itu masih pukul 5 sore, tapi saya dan suami ngantuk berat! Ternyata itu toh yang namanya jet lag hehehe. Sejak itu, setiap bulan Mei setiap tahun, saya dan suami punya tradisi untuk mengunjungi restoran tersebut untuk makan sekaligus mengenang momen-momen kepindahan kami dari Singapura ke Amerika.

With Lana, our first daughter who was born in 2011 – In front of Washington Monument, built to honor George Washington, the United States’ first president, the 555-foot marble obelisk towers over Washington, D.C.
Sekarang, kami bertiga menetap di kota Silver Spring, negara bagian Maryland yang letaknya sekitar 45 menit dari ibukota AS, Washington DC.
Menjadi Broadcaster di Voice of America
Saya menggeluti profesi sebagai penyiar sejak usia 19 tahun, kemudian merambah jadi jurnalis. Mulai di radio anak muda dan radio perempuan di Jakarta, infotainment TV, berita nasional di TV Indonesia, sampai radio lokal dan internasional di Singapura, dan sekarang di VOA Indonesia di Washington DC. Jabatan dan tempatnya beda-beda tapi intinya sama: “telling a story.”

Vina (kanan) dan rekan Vivit Kavi (kiri) saat syuting di tengah cuaca dingin di downtown Silver Spring
Pernah mendengar acara VOA di radio atau melihat di TV Indonesia? Nah, semua program-programnya diproduksi di kantor pusat di Washington DC oleh para broadcaster yang berbahasa Indonesia, termasuk saya. Di sini, seorang broadcaster tidak hanya siaran, tapi juga jadi reporter, riset, menulis naskah, mengedit berita, mengoperasikan kamera, dll. Harus bisa multi-tasking intinya.

World Record Angklung Ensemble-Washington, DC 2011 – Thousands (around 5,182) of people responded to an invitation by the Indonesian Embassy in Washington to join in the world record breaking feat. The throng included Indonesians, Washingtonians, friends of Indonesia and a handful of tourists. They played angklung for 30 minutes – under the summer sun and heat.
Salah satu pengalaman berharga adalah sewaktu meliput upacara inagurasi Barack Obama sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya di gedung Kongres. Jutaan warga AS memadati lapangan The Mall di tengah cuaca dingin untuk mengikuti momen bersejarah itu lewat layar raksasa.
Sebagai wartawan, saya bisa menyaksikan pelantikan itu dari jarak sangat dekat sambil melakukan peliputan. Video liputan pelantikan Obama bisa dilihat di sini.
Mengurus Dokumen Anak Yang Lahir di Amerika Serikat
AS menganut asas jus-soli, maka semua bayi yang lahir di AS otomatis mendapat kewarganegaraan AS. Ada juga bayi yang berhak memiliki kewarganegaraan ganda kalau lahir dari orangtua yang kewarganegaraannya menganut asas keturunan atau jus-sanguinis, seperti Indonesia atau Singapura.
Seingat saya… proses pengurusan akta kelahiran dimulai dari Rumah Sakit sewaktu melahirkan. RS memberikan semacam formulir yang harus diisi dan ditandatangani untuk mereka simpan. Sepertinya data ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak bernama xxx benar-benar lahir di RS ini pada tanggal sekian. Jadi, nama bayi sebaiknya sudah harus ditentukan sebelum meninggalkan RS. Lalu ada formulir kedua yang harus diisi dan dikirim ke instansi pencatatan akta kelahiran. Instansi itu kemudian akan mencocokkan data pemohon dengan data dari pihak RS. Mereka kemudian akan mengirimkan akta kelahiran dan SSN (Social Security Number) yang semua dilakukan lewat pos.
Untuk membuat paspor AS, bisa dilakukan di kantor pos (USPS). Mereka akan mengambil foto dan menahan akta kelahiran asli sebagai dokumen persyaratan. Beberapa minggu kemudian, paspor dan akta pun dikirim lewat pos ke rumah. Untuk biaya tergantung prosesnya ada yang biasa atau kilat. Sedangkan untuk membuat paspor Indonesia atau negara lain sesuai asas keturunan tadi, bisa mengecek persyaratannya di situs kedutaan terkait, melengkapi formulir dan biasanya ada biaya yang harus dibayar.
cuti bagi Ibu Bekerja di Amerika Serikat
AS memang maju dalam banyak hal, tapi sayangnya masih sangat ketinggalan soal cuti melahirkan. AS adalah satu-satunya negara maju di dunia yang tidak mewajibkan instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan untuk memberikan cuti berbayar kepada ibu melahirkan. Maka, terserah kepada kebijakan instansi masing-masing apakah mereka mau memberikan cuti melahirkan berbayar atau tidak. Memang banyak perusahaan-perusahaan besar yang menawarkan cuti melahirkan berbayar, tapi banyak juga yang tidak.
Bagi yang tidak dapat fasilitas cuti melahirkan berbayar, seperti saya, bisa memanfaatkan Family Medical Leave Act tahun 1993. Intinya, UU ini memperbolehkan seorang pegawai untuk cuti sampai tiga bulan, dibayar atau tidak dibayar, biasanya karena alasan medis. Tapi… cutinya harus menggunakan cuti tahunan atau cuti sakit, boleh sebanyak-banyaknya sampai maksimal tiga bulan.
Sewaktu saya melahirkan, cuti tahunan atau cuti sakit saya belum banyak. Untungnya saya bisa mendapat sumbangan cuti dari pegawai lain. Di kantor federal, cuti bisa ditransfer ke orang lain selama memenuhi persyaratan tertentu.
Meski sudah dikumpulkan dari cuti tahunan, cuti sakit dan cuti sumbangan, tetap saja tidak terkumpul sampai 3 bulan. Setelah 2 bulan mengurus anak, saya langsung kerja lagi karena jatah cuti sudah habis. Untung waktu itu ada mertua yang datang untuk membantu mengurus Lana.
Keringanan dari Pemerintah AS bagi Kelas Menengah
Ada banyak kemudahan di AS kalau kita rajin riset dan mencari peluang. Satu hal yang kami alami dan sangat kami syukuri adalah keringanan dalam hal housing. Sebagai keluarga kelas menengah, kami berhak mengikuti program Moderately Priced Dwelling Unit (MPDU). Intinya, pemohon yang memenuhi syarat bisa menyewa apartemen bagus di lokasi strategis dengan harga sewa yang lebih murah. Lumayan banget! Tapi persaingannya sangat ketat. Persyaratan utamanya adalah penghasilan – tidak boleh kerendahan dan tidak boleh ketinggian pada waktu mendaftar. Sedang-sedang lah, sesuai judulnya, karena program ini menarget keluarga kelas menengah. Misalkan, untuk keluarga dengan 3 orang untuk menyewa 2 bedroom apartment maksimum income sekitar $59,000 per tahunnya (bervariasi tergantung daerah di mana MPDU berada). Namun demikian, cek income ini hanya dilakukan saat mendaftar saja – jika sudah menempati unit dan ada kenaikan pendapatan, kita tetap dianggap eligible untuk tinggal di MPDU, jadi sekalian bisa menabung..!

Komplek apartemen di kota Rockville, MD yang sempat kami tinggali selama tiga tahun. Kami tinggal di lantai 4.
Program ini sangat populer dan persyaratannya juga sangat ketat, seperti surat keterangan dari kantor, slip gaji, bukti bayar pajak, kartu identitas dan lain-lain. Kalau sudah memenuhi syarat, kita akan diberikan semacam sertifikat tanda bahwa kita ‘eligible.’ Lalu kalau ada unit yang tersedia, kita harus dulu-duluan mendaftar dan membayar deposit karena siapa cepat dia dapat!

Lana bermain di playground dekat komplek tempat tinggal kami di kota Rockville, MD
Untuk apartemen 2 kamar tidur di kota Rockville, Maryland yang rata-rata $1,800 per bulan, kami cukup membayar $1,200 per bulan. Lumayan, jadi bisa menabung buat beli rumah. Sejak Oktober 2014 kami tinggal di rumah sendiri di kota Silver Spring.
Yang Perlu diketahui sebelum merantau ke Amerika Serikat
Memberi Tip (Tipping)
Sewaktu diajak teman ke restoran pada hari pertama di AS, hal pertama yang mereka ajarkan adalah: tipping. Di sini wajib memberi tip kepada pelayan restoran, kapster salon, petugas valet, sampai pengantar makanan. Jumlahnya bervariasi. Kalau makan di restoran antara 15%-20% tergantung kepuasan layanan. Kalau di salon, 20% dari total bill. Pengantar makanan atau petugas valet $2-5.
Kalau tidak yakin harus kasih tips atau tidak atau berapa jumlahnya, Mr. Google selalu punya jawabannya karena tiap-tiap negara bagian ada “peraturan”nya sendiri.
Credit Score
Bagi yang hendak merantau ke AS untuk waktu yang lama, sangat penting untuk mempelajari Credit Score dan cara membangunnya. Ibaratnya Credit Score ini adalah nilai rapor keuangan kita, yang memperlihatkan credit history, kedisiplinan kita dalam membayar hutang, dan apakah kita termasuk orang yang berisiko secara keuangan atau tidak.
Jadi begini… Di masa mendatang mungkin Anda ingin membeli mobil atau rumah atau kapal yang harganya mahal sehingga perlu minta pinjaman KPR dari bank atau lender. Sebelum memberi pinjaman, bank akan mengecek rapor Credit Score tadi. Bank ingin melihat pola penggunaan kartu kredit atau kredit lain, pola pembayaran, pernah nunggak atau tidak, dan lain-lain. Kalau rapor kita bagus, kita dikasih pinjaman dengan bunga rendah. Kalau kurang bagus, kita dikasih pinjaman dengan bunga tinggi atau bahkan ditolak.
Tricky-nya, untuk mengajukan kartu kredit pun perlu credit history! Nah, bagaimana mau punya credit history kalau baru datang di AS kan? Saya dulu pernah iseng apply kartu kredit 2x tapi ditolak 2x, rupanya karena tidak punya credit history.

Syarat untuk membuat kartu kredit di AS adalah dengan membangun credit history
Lalu saya dianjurkan teman untuk membuka secured credit card. Jadi kita menaruh uang di bank dengan jumlah tertentu, dan jumlah itulah yang menjadi limit kredit kita. Singkatnya, kita berhutang dengan uang kita sendiri. Perlahan-lahan, pola penggunaan dan pembayaran pun terbentuk sehingga kita mulai membangun credit score.
mencari komunitas di DC
Sejak punya anak, kehidupan sosial lantas berubah. Bukan berkurang loh, hanya menyesuaikan dengan situasi. Misalnya, kalau dulu rajin nonton film-film blockbuster di bioskop, sekarang cukup nunggu di Netflix atau On Demand. Kalaupun ke bioskop, ya nonton film Disney. Kalau jalan-jalan sebisa mungkin cari kegiatan yang bisa dilakukan bertiga.
Sebenarnya teman Indonesia yang saya kenal cukup banyak, tapi yang punya anak seumuran dengan Lana hanya sedikit. Kalaupun ada, rumahnya jauh, atau jadwalnya kurang cocok. Saya ingin playdate dimana baik orangtua maupun anak sama-sama bisa bersosialisasi dan having fun. Ketika sedang browsing online untuk mencari tempat aktivitas anak, saya menemukan Meet Up, situs yang mempertemukan orang-orang dengan interest yang sama. Iseng, saya bergabung dengan grup Playdates in Montgomery County yang anggotanya lebih dari 400 ibu dengan balita.
Berhubung kerja full-time, saya jarang menghadiri event yang diadakan. Untungnya, dari sedikit pertemuan yang saya ikuti, saya bertemu dengan orang-orang yang tepat dan cocok! Kami pun berteman baik sampai sekarang, sering janjian playdate, saling mengundang pesta ulang tahun anak, bikin baby shower sampai ladies night!
Kini kelompok PIMC semakin aktif dan berkembang. Tidak hanya playdate, kami pun tergabung dalam forum di Facebook yang membahas banyak hal, mulai dari sleep training, jual beli mainan, sampai berbagi resep makanan. Proyek baru kami adalah membuat newsletter bulanan yang berisi ulasan yang bermanfaat bagi para ibu. Saya pun terlibat sebagai salah seorang kontributor yang membuat review acara atau tempat. Salah satu tulisan saya adalah mengenai tempat panjat dinding yang super seru di Climb Zone.
Childcare Anak
Saya dan suami sama-sama memiliki jadwal kerja yang tidak lazim; tidak selalu Senin sampai Jumat, dan tidak selalu 9 to 5. Sebisa mungkin kami bergantian dalam menjaga anak. Terkadang saya berangkat super pagi, supaya bisa pulang sore sebelum Malik berangkat melatih. Tapi tidak selalu demikian. Terkadang kita sama-sama harus kerja, sehingga perlu bantuan pihak ketiga untuk menjaga anak selama beberapa jam saja.
Daycare kurang cocok buat kami karena jadwal. Hampir semua daycare hanya buka Senin-Jumat dan tutup pukul 6:30pm. Karena itu kami lebih prefer dengan babysitter yang dibayar per jam. Kami mencari babysitter lewat rekomendasi teman, jadi terpercaya. Sekarang kami lagi sibuk mencari preschool untuk Lana. Nanti kami update kalau sudah ketemu yang cocok!
Berkeliling di washington DC
Surga Museum
Washington DC adalah kota AS yang populer bagi para turis. Selain karena ada Gedung Putih dan Gedung Capitol yang ikonik, juga karena banyaknya bangunan bersejarah dan berbagai museum. Kalau saya bilang, DC adalah surganya pencinta museum. Bayangkan, 17 museum Smithsonian yang dikelola pemerintah, gratis!

Smithsonian National Museum of Natural History. Henry the Elephant in the Rotunda.

Smithsonian National Air and Space Museum

Bao Bao’s and his father Tian Tian – the famous Pandas at National Zoo
Selain itu, ada juga museum-museum yang tidak kalah informatif yang dikelola swasta.Museum favorit saya adalah Spy Museum di sekitar Chinatown, dimana pengunjung bisa melihat gadget-gadget yang digunakan mata-mata di masa lampau, persis kaya di film James Bond, tapi asli! Simak deh liputan saya tentang Spy Museum..!

Spy Museum

Jika mampir ke DC, sempatkan juga mampir ke The Library of Congress yang merupakan federal cultural institution tertua di AS dan juga perpustakaan terbesar dan terlengkap di dunia dengan jutaan koleksi buku, recordings, foto, peta, dan manuscripts.
Cherry Blossoms
Sekitar akhir Maret hingga awal April, wajib mengunjungi salah satu event kebanggaan DC yakni Festival Bunga Sakura (Chery Blossoms Festival) yang diadakan setiap musim semi. Selama seminggu perayaan, downtown DC dijamin ramai sama turis…! Tumplek blek. Macet. Karena itu disarankan kalau mau kemana-mana naik Metro saja.

Hundreds of Thousands of tourists flock to the Tidal Basin near the Jefferson Memorial every spring to watch the annual blooming of the cherry blossoms.
Kalau tidak mau sumpel-sumpelan lihat bunga Sakura di Tidal Basin, ada loh pemandangan serupa yang lebih sederhana namun tidak kalah indahnya. Yaitu di perumahan Kenwood, di kota Bethesda, negara bagian Maryland tidak jauh dari DC.
Mencari Souvenirs
Nah, kalau mau beli oleh-oleh, sebaiknya jangan di toko souvenir di spot-spot turis, kecuali kalau ngga punya waktu. Kalau punya waktu luang, sempetin deh ke toko-toko yang jual souvenir grosiran, jadi harganya jauuuuh lebih murah. Letaknya seblok dari Union Market. Jadi habis berburu souvenir, bisa ngupi-ngupi cantik di Union Market. Saran: Kalau mau ke Union Market sebaiknya jangan pas akhir pekan karena ramai!
Menonton Fireworks 4th of July
Pilihan lain untuk merasakan keseruan yang khas Washington DC adalah kumpul di lapangan the Mall, nonton konser perayaan kemerdekaan 4th of July, kemudian menyaksikan penyalaan kembang api besar-besaran.

Ribuan orang piknik untuk menonton konser dan penyalaan kembang api – bawa makanan, selimut dan kamera..!

Pesta kembang api yang sangat indah
Mencari bumbu dan restaurant indonesia di DC
DC adalah kota yang banyak imigrannya, termasuk dari Asia, jadi menemukan barang-barang Asia tidak susah di sini. Toko yang jual bumbu-bumbu Indonesia atau toko yang menjcdual daging halal sangat mudah ditemukan. Kalau kangen snack Indonesia, bisa juga pesan online lewat koperasi Indonesian Consumer Cooperative (www.youricc.com) yang menjual aneka camilan, bumbu, kopi, dan lain-lain.
Restoran yang menyajikan menu Asia juga cukup banyak, tapi memang restoran Indonesia yang paling dekat dengan DC hanya satu, yaitu Satay Sarinah di negara bagian Virginia. Kini, sate andalannya juga dijajakan lewat food truck yang mangkal di downtown DC setiap hari.
Satay Sarinah di DC
Di sini juga banyak loh orang Indonesia yang berbisnis katering masakan Indonesia, jadi kalau lagi kangen masakan tertentu, tinggal pesan saja. Seringkali mereka juga berpartisipasi dalam acara bazaar atau festival Indonesia yang sering diadakan di sini.
Ditunggu yaa kedatangannya di Washington DC…!
——-
Twitter dan Instagram: @vinamubtadi. Blog: vinamubtadi.wordpress.com. Foto-foto terlampir adalah karya Vina dan Malik. Beberapa foto pendukung terhubung langsung dengan link image.
ya allah, sekian lama ngeblog, nyeseeeeel bangeet-banget, baru ketemu blogg keren ini. hallo kakak reporter. hehehe. wah, berkesan sekali aku bacanya mbak. khas tulisan wartawa, bergisi dan kayaaaa riset.
salim.
ttd;
notedcupu.com
LikeLike
Terima kasih atas tulisannya yang bermakna dan bermanfaat ini Kakak reporter yang cantik.
Sekalian ingin bertanya, bagaimana caranya untuk bisa kerja di Washington DC dan adakah information agency yang bisa membantu proses berangkat kerja ke Washington DC.
Mohon jawaban dan bantuannya kakak reporter cantik.
Terima kasih.
LikeLike
Terima kasih infonya mbak. Toko grosiran souvenir di dekat union market itu tepatnya dimana ya?tks
LikeLike
terima kasih informasinya mba….meskipun postingan lama tp sangat bermanfaat, karena saya berencana ke washington DC April ini…
LikeLike