Merantau di New Plymouth, New Zealand

Reziana Mauliena

Salam kenal Mantau semua! Saya Reziana Mauliena, biasa dipanggil Eji. Sejak awal tahun 2020, tepat saat awal pandemi Covid-19 dimulai, saya, suami, dan kedua anak kami merantau ke New Zealand. Ini merupakan kali kedua bagi saya merantau ke luar negeri. Sebelumnya pada tahun 2015, berdua bersama anak pertama saya yang berusia 1 tahun pada saat itu, saya merantau ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi master di University of Illinois at Urbana Champaign, sementara suami saya bekerja di Jakarta, Indonesia. Walaupun judulnya sama-sama merantau jauh, namun dengan kondisi dan tanggung jawab yang relatif berbeda, tentu pengalamannya pun berbeda.

Mudah-mudahan lain waktu saya bisa berbagi pengalaman menjadi mahasiswi di luar negeri, sambil mengasuh bayi 1 tahun dengan status solo parent alias having long distant marriage. Untuk saat ini, saya akan berbagi pengalaman tinggal di New Zealand bersama keluarga yang lengkap, yaitu saya, suami dan kedua anak kami. 

New Plymouth, New Zealand

Di New Zealand, kami tinggal di kota New Plymouth. New Plymouth merupakan kota kecil di pantai barat pulau utara New Zealand dengan jumlah penduduk sekitar 58.400 orang. Posisinya cukup strategis karena berada di tengah-tengah dua kota utama New Zealand yaitu Wellington, yang merupakan Ibu Kota New Zealand, serta Auckland, yang merupakan kota terbesar dan pusat bisnis di New Zealand. Walaupun kota kecil, namun New Plymouth cukup unik, letaknya di pesisir pantai dengan jarak hanya 30 menit perjalanan darat ke Mount Taranaki, gunung yang sangat cantik mirip Mount Fuji.

Dalam satu hari yang sama, kita bisa hiking, ski, snowboarding di gunung, kemudian lanjut surfing, berenang atau sekedar bersantai di pantai. 

Tak hanya New Plymouth, setiap sudut negara New Zealand sangat cantik dan terjaga kelestarian alamnya. Kelestarian alam yang terjaga inilah yang menjadikan New Zealand istimewa. Sesungguhnya Indonesia sendiri tidak kalah cantik, bahkan dalam salah satu artikel media berita di New Zealand baru-baru ini, NZHerald, diulas bahwa Indonesia dinobatkan menjadi satu-satunya negara yang dapat mengalahkan New Zealand dalam jumlah titik keindahan alamnya. Sayangnya, kemudian dijelaskan bahwa secara kualitas ternyata sulit memang mengalahkan New Zealand karena negara ini mampu mengelola dengan baik keindahan alamnya menjadi destinasi wisata yang lestari dan bersih. 

Banyak cara untuk menikmati pesona alam New Zealand yang indah. Bagi kami sekeluarga, cara terbaik menikmati keindahan alam New Zealand adalah dengan berpetualang menggunakan campervan

Campervan di New Zealand

Walaupun tak lama setelah kedatangan kami ke New Zealand diberlakukan lockdown selama kurang lebih 7 minggu, namun setelah itu kehidupan di New Zealand relatif kembali normal. Kasus Covid-19 pasca lockdown berangsur terkendali hingga New Zealand dinyatakan bebas covid karena pada saat itu selama berbulan-bulan tidak ada kasus di komunitas atau NOL kasus. Maka dari itu, penduduk New Zealand dapat dengan bebas melakukan perjalanan domestik dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Oiya, kalau ditanya gimana status Covid-19 saat ini? sayangnya New Zealand tidak bisa menghindar dari varian Omicron. Setiap harinya terdapat kasus baru hingga mencapai ribuan. Namun dengan persentase penduduk yang sudah divaksin mencapai lebih dari 95 persen, maka pemerintah New Zealand tidak lagi menerapkan kebijakan lockdown, bahkan tahun ini secara berangsur New Zealand akan membuka perbatasan dan siap menyambut kembali warga dunia.

Kembali ke topik campervan. Selama tinggal di New Zealand sejak 2 tahun lalu, Alhamdulillah kami sudah berkeliling ke hampir seluruh penjuru New Zealand, dan 2 kali diantaranya kami berkeliling menggunakan campervan. Dengan berkeliling menggunakan campervan, kita bisa menyusuri sudut-sudut negeri yang memang seindah itu setiap jengkalnya, bermalam di tempat-tempat tersembunyi yang unik dan sangat indah, dan mendapatkan pengalaman berpetualang yang sangat luar biasa.

Dua kali perjalanan dengan campervan kami lakukan di pulau selatan New Zealand. Mengapa di pulau selatan? Karena kebetulan kami tinggal di pulau utara, sehingga berkeliling di pulau utara bisa dilakukan secara “nyicil” ketika long weekend atau liburan singkat saja. Selain itu, karena pulau selatan memang terkenal sangat cantik dan menarik. It is just magically attractive. Dikelilingi dengan pegunungan bersalju ketika musim dingin, dipercantik dengan sungai dan danau berwarna biru, hijau, dan tosca, serta diperkaya dengan percikan aliran air terjun dan savanna yang membentang luas. Sungguh keindahan alamnya begitu lengkap dan addictive.

New Zealand merupakan salah satu negara yang sangat campervan friendly. Campsite tersebar di seluruh penjuru negeri, mulai dari Commercial Campsites yang berbayar dan dikelola oleh swasta, hingga yang murah dan bahkan gratis yang disediakan oleh Department of ConservationCampsite berbayar merupakan campsite dengan fasilitas lengkap, yaitu toilet dan kamar mandi umum yang bersih, dapur umum, laundry, powersite listrik, pengisian air bersih, serta pembuangan air kotor. Campervan dan segala fasilitas di dalamnya berjalan dengan menggunakan energi baterai, gas, dan bahan bakar minyak. Maka dari itu, walaupun campervan yang kita gunakan berjenis self-contain, namun tetap perlu bermalam di campsite berbayar untuk mengisi baterai dan air bersih, serta membuang air kotor. Adapun bahan bakar minyak dan gas bisa diisi di gas station.

Sementara itu, low cost dan free campsite biasanya dilengkapi dengan toilet umum, tapi tidak ada kamar mandi, aliran listrik, air bersih, ataupun pembuangan air kotor. Meski demikian, low cost dan free campsite justru merupakan favorit para traveler karena biasanya lokasinya sangat “mahal” dengan pemandangan yang sangat cantik. Trully hidden gems karena lokasinya biasanya cenderung tersembunyi di pinggir pantai, pinggir danau, “nyempil” di belakang pegunungan, hutan yang tanpa sinyal telepon/internet, dan jauh dari keramaian namun aman dan damai. Tinggal satu malam di suatu freedom campsite yang indah selalu merasa tidak cukup. 

Plan Your Campervan Trip

Kapan waktu terbaik untuk menikmati keindahan alam pulau selatan di New Zealand? jawabannya relatif karena setiap musim memiliki keunikan masing-masing. Musim favorit untuk berlibur bagi masyarakat lokal sendiri adalah pada musim panas. Namun, bagi keluarga kami musim semi adalah yang terbaik. Mengapa musim semi? karena kami ingin menikmati pegunungan yang ditutupi salju tapi suhu udara sudah tidak terlalu dingin. Selain itu, mengingat musim panas merupakan musim paling favorit maka biasanya harga sewa campervan juga mahal. Berbeda dengan negara-negara 4 musim di belahan utara ekuator, musim semi di New Zealand, yang terletak di bagian selatan ekuator, jatuh pada Bulan September sampai dengan Bulan November.

Sementara itu, musim panas jatuh pada Bulan Desember sampai dengan Bulan Februari. Pada musim semi terkadang jalanan dan destinasi wisata masih dihujani dan ditutupi salju. Maka mengemudi di musim semi juga tetap harus berhati-hati dan dilengkapi dengan perlengkapan keamanan mengemudi di musim dingin, misalnya wajib membawa snow chains, yaitu rantai untuk dipasang melilit di roda kendaraan agar dapat berjalan dengan aman di atas jalanan bersalju yang licin.

Lama perjalanan ideal dengan campervan sebetulnya semakin lama semakin seru ya selama memang tidak ada constraints waktu dan biaya. Namun dengan rata-rata jatah cuti yang bisa diambil dalam sekali waktu adalah antara 1-2 minggu, maka memang perlu memilih rute perjalanan yang paling cocok. Rute perjalanan bisa disesuaikan dengan hobi dan ketertarikan. Tapi ada jalur favorit perjalanan di pulau selatan karena memang melewati destinasi-destinasi “must visit”.

Berikut 2 rute berbeda yang kami lewati yang relatif merupakan rute favorit: 

Jalur pantai barat: Christchurch – Lake Taupo – Mt.Cook/Aoraki – Lake Pukaki – Queenstown – Milford Sound – Wanaka – Christchurch.
Jalur pantai timur: Christchurch – Timaru – Oamaru – Dunedin – Invercargill – Queenstown – Wanaka – Lake Pukaki – Mt.Cook/Aoraki – Lake Taupo – Castle Hill – Christchurch.

Sepanjang rute ini kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang beragam dan sungguh cantik. Tak henti kami mengagungkan nama Allah dan memuji ciptaanNya.

Persiapkan Budget

Budget yang harus disiapkan dalam merencanakan perjalanan dengan campervan akan bergantung pada:

  • Pilihan penyedia sewa campervan dan asuransinya. Harga sewa campervan juga akan bergantung pada jumlah penumpang yang inline dengan kapasitas tempat tidur dalam campervan, serta fasilitas kamar mandi dan toilet (self-contain). Bisa dicek di di beberapa penyedia campervan yang family friendly berikut ini yaa sebagai gambaran harga sewa campervan di New Zealand: https://www.wilderness.co.nz/; https://www.maui-rentals.com/nz/en; https://www.britz.com/nz/en; https://www.mightycampers.com/nz/en.
  • Campsite tempat bermalam yang berbayar, low cost atau free. Ada beberapa aplikasi yang sangat berguna dalam mencari campsite, serta berbagai tempat yang dibutuhkan bagi para traveler, yaitu diantaranya CamperMate dan Rankers Camping NZ. 
  • Bahan bakar minyak dan gas.
  • Makan. Biaya makan selama perjalanan relatif hemat karena kita bisa masak sendiri. Campervan dilengkapi dengan kompor gas, perlengkapan masak dan makan, bak cuci piring, kulkas, oven, hingga perlengkapan barbecue dan meja kursi lipat untuk outdoor. Jajan di restoran bisa jadi boros karena mahal. Satu porsi makan orang dewasa rata-rata mengeluarkan biaya NZD15 – NZD25 atau Rp.145.000,00 – Rp.245.000,00. Jadi, dengan fasilitas lengkap di dalam campervan, lebih baik belanja saja di supermarket dan masak sendiri menu yang sehat dan mudah.
  • Destinasi wisata. Rata-rata destinasi wisata alam tidak berbayar. Namun jika ingin menikmati pengalaman petualangan berbayar juga banyak pilihannya. Informasi tentang destinasi wisata dapat dengan mudah didapat dari situs tripadvisor atau situs lainnya melalui google.com.

Penduduk New Zealand sangat ramah serta memiliki ritme kehidupan yang cukup slow dan tidak konsumtif. Jadi, kalau para Mantau berencana berkunjung ke New Zealand jangan terlalu berharap untuk wisata belanja, karena selain serba mahal, toko-toko juga sudah tutup jam 5 sore. Lebih baik fokus pada menikmati petualangan alamnya yang cantik dan seru.

Oiya satu hal penting lainnya, walaupun campervan merupakan jenis kendaraan berukuran besar, tapi untuk mengemudikannya cukup dengan menggunakan SIM kendaraan roda empat ukuran normal. SIM yang dapat digunakan oleh para traveler dari luar New Zealand adalah SIM yang berlaku Internasional dan berbahasa Inggris/diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. 

Tips Perjalanan Campervan Bersama Anak

Bepergian jauh dan lama bersama anak-anak tentu butuh persiapan yang lebih lengkap. Berikut beberapa tips perjalanan kami bersama anak-anak:

  • Mencari informasi sebanyak-banyaknya. Informasi bisa didapat melalui blog, youtube, ataupun bertanya kepada keluarga dan teman yang memiliki pengalaman bepergian dengan campervan.
  • Membawa pakaian yang cukup tapi juga lengkap. Mulai dari pakaian renang, pakaian sehari-hari, hingga pakaian musim dingin. Karena memang cuaca di New Zealand ini perubahannya terkadang ekstrim. Bisa tiba2 sangat terik matahari dan hangat, tapi tiba-tiba malam hari atau esok harinya turun hujan, salju, dan angin kencang sehingga sangat dingin. Begitupun pada musim panas, bisa tiba-tiba turun hujan dan angin kencang sehingga tetap perlu membawa jaket. 
  • Membuat daftar menu makanan (meal plan) yang mudah dimasak. Membuat daftar menu dapat memudahkan kita untuk menyiapkan makanan kesukaan anak-anak dengan relatif cepat. Berhubung kami tinggal di New Zealand, maka ransum kami dapat berupa ayam ungkep, rendang, siomay, bakso, bahkan pempek yang sudah disiapkan sebelumnya di rumah. Karena perlindungan biosecurity di New Zealand sangat ketat, maka makanan yang dibawa oleh traveler dari luar New Zealand harus berupa makanan dalam kemasan yang rapi, terdapat merek dagang resmi yang memperlihatkan makanan tersebut diproduksi dan dikemas secara komersial. Makanan juga harus dalam kemasan aslinya yang belum dibuka, dan tercantum negara produsen dengan jelas pada kemasannya. Semua makanan yang dibawa harus di-declare ketika tiba di bandara, jika tidak maka bisa terkena denda sebesar NZD400
  • Menerapkan jadwal makan yang teratur. Kita bisa berhenti dan beristirahat di tengah perjalanan disesuaikan dengan jadwal makan anak-anak. Dengan jadwal makan yang teratur akan membantu anak-anak tetap happy dan sehat.
  • Membawa obat-obatan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan perlengkapan P3K.
  • Menyiapkan hiburan dan ide-ide aktivitas selama dalam campervan dan perjalanan. Meskipun padat aktifitas dan petualangan, namun perjalanan darat yang cukup panjang  dan lama terkadang membuat anak-anak bosan. Kita bisa menyiapkan activity book, board games, membawa mainan kesukaan anak-anak, mainan pantai, serta melakukan family games yang sederhana namun seru seperti main tebak-tebakan. Jika Mantau memberikan jatah screen time, maka bisa juga dengan menyiapkan serial/film anak di Netflix yang bisa diputar secara offline.
  • Memastikan anak-anak tetap duduk di carseat masing-masing jika campervan dalam keadaan berjalan. Walaupun di dalam campervan ada tempat tidur yang sungguh jika dibayangkan akan sangat nyaman tidur diatasnya ketika campervan berjalan, namun sebaiknya tetap menjaga dan memastikan anak-anak selalu berada di carseat masing-masing. Bukan hanya sekedar menghindari sanksi jika terkena tilang, namun yang utama demi keamanan bersam

Kecelakaan itu hal yang kadang kita pikir tidak akan terjadi, namun sesungguhnya kita tidak pernah tahu bahwa itu sangat mungkin terjadi. Contohnya kami mengalami kecelakaan yang tidak pernah kami sangka, yaitu tabrakan dengan burung yang sedang terbang hingga menyebabkan kaca depan campervan retak. Alhamdulillah saat itu kami sedang menuju perjalanan pulang dan akan segera mengembalikan campervan, sehingga kami tidak perlu melakukan penggantian mobil. 

Bisa dibayangkan jika kecelakaan yang terjadi lebih besar dan anak-anak tidak duduk di carseat masing-masing. Tentu kita akan menyesal jika kondisi buruk menimpa mereka.

  • Perjalanan bersama anak-anak seringkali tidak bisa memenuhi rencana perjalanan/itinerary yang sudah disiapkan. Kita perlu menyesuaikan waktu perjalanan dengan mood dan kesiapan anak-anak dalam beraktifitas. Maka dari itu, usahakan untuk tidak terlalu ambisius menyelesaikan itinerary yang padat. Fokuslah pada pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Biarkan mereka menikmati petualangan di alam sampai merasa cukup dan happy, tidak terburu-buru sehingga mood mereka tidak rusak. Jika mood anak-anak rusak maka biasanya berdampak pada mood orang tua jua. Sayang kan kalau mood kita rusak saat perjalanan yang seharusnya semua happy. Toh kalau dirasa kurang maksimal memenuhi itinerary, kapan-kapan InsyaaAllah ada rezeki lagi untuk kembali.

Demikian pengalaman perjalanan kami, semoga mantau semua suatu hari nanti bisa punya kesempatan untuk berkunjung dan berpetualang menggunakan campervan di New Zealand atau mungkin di negara lainnya. A lifetime experience which is worth every penny and every second

***

Temui Eji di Instagram @reziana

Advertisement

Merantau di Auckland

Kia Ora…! – yang artinya ‘hai’ atau ‘hello’ dan berasal dari bahasa asli Māori. Salam kenal dari keluarga rantau di Auckland, Selandia Baru atau New Zealand (NZ). Namaku Nurhayati (Yanti), tapi sapaan akrabku sejak menjadi ibu adalah ‘Amih’ so hampir semua orang memanggilku dengan sebutan Amih Yanti.

Kepindahan ke Auckland

Hijrahku ke ujung dunia ini sesuatu yang sepertinya tidak pernah terpikirkan oleh aku yang anak mama papa banget (boro-boro kepikiran merantau ke luar negeri, ke luar pulau waktu masih tinggal di Indonesia aja ngga deh). Kami merantau kurang lebih sudah 3 tahun sejak 2017 (suami sudah 5 tahun karena duluan pindah ke sini). Lalu kenapa harus ke New Zealand? Kenapa gak negara lain? dan apa latar belakang kami harus kesini? apakah sekolah S2, S3, atau??? Yess jawabannya yang atau itu hehe…

Suami awal ke sini hanya untuk belajar Bahasa Inggris (otomatis mendapat visa student). Nah, awal kisah hidup merantau bermula di sini (cerita lengkap ada di KALA Podcast, berikut jika mau menyimak:

Kenapa NZ? Tepatnya Auckland? Awalnya karena sudah ada sepupu yang tinggal di Auckland, pikirku setidaknya suami tidak akan merasa sendirian banget di sini, dan setelah banyak cari tahu tentang NZ, negara ini memang menarik hati. Singkat cerita, akhirnya suamiku bisa mendapatkan working visa (Alhamdulillah ada tempat kerja yang mau kasih sponsor).

Long Distance Marriage

Lalu bagaimana nasibku? Aku dan anakku tinggal di Bogor, artinya kami menjalani Long Distance Married selama 2 tahun (jangan ditanya susah ga jauh ama suami? jawabannya susah bangeet hihi) dan aku masih bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta.

Setelah 2 tahun LDM, akhirnya aku memutuskan menyusul suami ( saat itu statusku Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan selama 2 tahun), masih galau melepaskan status ibu yang berkarir, hehe.

Tapi sejak kedatanganku di Auckland pada saat usia anakku 5,5 tahun, baru kuketahui bahwa anakku kesulitan belajar spesifik (dyslexia minor) akhirnya karena alasan untuk dapat fokus kepada tumbuh kembang anak, maka aku putuskan untuk pensiun dini menjelang masa cutiku berakhir.

Kehidupan di Perantauan

Syukurnya aku dapat menikmati peran menjadi IBU seutuhnya untuk mengurus anak, di mana hal ini tidak aku alami selama di Indonesia. Karena di Indonesia ada support system (keluarga besarku) dan ada yang selalu siap membantu, tapi kini selama tinggal di luar negeri mengajarkanku bahwa value hidup yang berharga adalah menjadi mandiri (yang merantau pasti tau rasanya mandiri di luar negeri hehe) dan aku sangat bersyukur karenanya.

Lalu apa aktivitasku selama di Auckland? Sejak dulu selalu beraktivitas dan berkarir sepertinya membuatku menjadi seseorang yang aktif, dan aku tetep pada prinsipku bahwa aku akan mengurus anakku, tapi tidak dipungkiri jiwa aktifku ini membuatku ingin berperan lebih di ranah publik, dan Qadarulloh Allah mudahkan aku menemukan pekerjaan yang jam nya mengikuti jadwalku (jadi aku bekerja saat anakku sekolah, sehingga nyaris anakku tidak menyadari bahwa ibunya bekerja, karena di pagi hari aku mengantarkannya, lalu pulang sekolah aku sudah siap menunggunya di depan kelas, dan aku juga aktif menjadi volunteer di sekolah).

Jenis pekerjaannya adalah menjadi asisten supervisor di salah satu hotel yang lokasinya 3 menit jalan kaki dari apartmentku (ini tips mau cari kerja, gak usah apply yang jauh, selain irit ongkos juga tidak menghabiskan waktu kita)

Lalu bagaimana jika school holiday ( setiap 1 term akan selalu ada libur 2 minggu lalu di akhir tahun liburnya 6 minggu), apakah aku bekerja? Yes, aku tetep mendollar (istilahnya), yakni dengan cara menjadi salah satu orang yang bersedia menjaga anak-anak (baby-sitting) di area apartementku saat orang tua mereka sibuk bekerja atau berkuliah.

New Zealand

Negeri di ujung dunia dengan keindahan alam yang selalu membuatku tak berhenti berdzikir atas ciptaanNya, kadang hasil foto tidak bisa mewakili karya nyata sesungguhnya yang sangat indah. Menghirup udara sejuk setiap hari membuatku bersyukur tiada henti. Kami tinggal di New Zealand bagian North tepatnya di kota Auckland dan ini saja tiap hari selalu dibuat takjub dengan birunya langit dan indahnya alam, apalagi kalo berkunjung ke southnya New Zealand seperti Queenstown aduhaaaai mata seakan dimanjakan dengan lukisan alam yang dijamin bikin speechless.

Auckland

  • Auckland ini dikenal dengan city of sails (kota pelayaran)
  • Auckland adalah kota yang bisa dibilang penduduknya lebih banyak dari kota lainnya di NZ karena disini adalah kota bisnis 
  • Auckland terkenal dengan Sky Tower yang menjulang tinggi di tengah kota
  • Auckland itu multi etnis ( beragam sekali pokoknya, jadi ga aneh kenapa toleransi disini menurutku bisa dibilang cukup tinggi, karena mereka menerima dengan baik keberagaman dan perbedaan)
  • Auckland juga terkenal dengan pantai pantai yang indah dan gunung gunung

Alasan Memilih untuk Tinggal di Auckland

Setiap bertanya kepada siapapun yang kutemui kenapa memilih Auckland? jawabannya hampir seragam, karena pendidikan sekolah dan tempat untuk tinggal bagus untuk tumbuh kembang anak.

Yap betul, itu jadi alasan utama akhirnya memutuskan tinggal di Auckland, karena :

  • Lingkungan nya bagus untuk sekolah anak
  • Playground dan regional park banyak sekali
  • Park luas sangat mudah ditemui
  • Banyak FREE FAMILY EVENT yang diselenggarakan disini
  • Pantai tersebar dimana mana
  • Ada tempat berenang yang dibawah auckland council untuk usia anak dibawah 17 th FREE, untuk spectator (cuma mengawasi) cukup 1 dollar
  • Water fountain yang banyak ditemui di public place, jadi ga hanya perlu bawa botol kosong untuk selalu refill air minum
  • Library yang selalu punya daya tarik untuk semua pengunjungnya karena design dan atmosphere yang bikin betah berdiam lama lama
  • Sekolah untuk anak bisa dibilang FREE, karena sistem bayar sekolahnya adalah donasi
  • Lokasi sekolah dan rumah dekat ( karena pemilihan sekolah disini berdasarkan area tempat tinggal)
  • Ruangan di kelas sekolah selalu di design dengan FUN (kelas primary tapi suasana kelasnya kaya anak TK fikirku di awal awal), anak belajar bukan di kursi mereka bisa berbaur duduk di bawah dan melakukan aktifitas yang kreatif.
  • Tidak ada ranking di sekolah, anak tidak dibandingankan dengan anak lain, tapi kualitas anak dibandingkan dengan diri nya sendiri ( jadi no pressure kan ya)

Alasan lain :

  • Family time yang banyak ( sang ayah kerja nya 8 jam dimulai 5 subuh jam 1 or 2 siang sudah dirumah )
  • Sistem kesehatan yang sudah terintegrasi dengan baik
  • Kesehatan untuk anak gratis
  • Sistem transportasi yang terintegrasi baik di bawah AT 
  • Toleransi yang tinggi
  • Hangatnya warga lokal
  • Alam yang bersih ( pelestarian alamnya yang bagus, contoh dilarang membuang sampah sembarangan), awan yang indah dan langit biru hampir setiap harinya
  • Mudah ditemukan makanan halal
  • Penduduk yang ramah
  • Komunitas muslim yang cukup banyak tersebar ( contoh ada kegiatan TPQ untuk anak anak dan ada pengajian untuk family)

Kendala Hidup di auckland : Biaya hidup yang mahal dibandingkan dengan kota lainnya.

Contoh : Sewa apartment di city area sepertiku 450 dollar per minggu (beruntung kami tinggal di apartment yang terkenal paling murah di City area karena sudah termasuk air dan listrik) tapi di sekitar sini banyak sekali yang d iatas 500 dollar per minggu. Pilihan lain adalah tinggal di sub urban (agak jauh dari city) sewa per minggu itu dengan harga 600 dollar bisa dapetnya sewa rumah

Contoh lain harga cabai untuk musim tertentu bisa 1 biji cabai itu 1 dollar alias Rp9.000-an. Untuk biaya makan diusahakan masak sendiri, karena kalo sering makan diluar dompet bisa tongpes hehe.

Untuk yang tinggal di city area kendala adalah di parkiran mobil, sulit mendapatkan tempat parkir jadi rata rata memilih untuk menggunakan bus atau kereta dan jika masih dekat berjalan kaki

Tapi untuk kami sekeluarga, sangat favorite menggunakan scooter listrik (anter jemput anak aja menggunakan scooter)

  • Semisal pengen les in anak, nah ini harus jeli hitung-hitungan karena semua les itungannya itu per jam atau kadang per 30 menit (contohnya les renang hitungannya 14 dollar per 30 menit)
  • Barber shop alias cukur rambut yang bisa dibilang mahal sekitar 20 s.d 25 dollar NZ (selama 3 th disini pak suami jadi tukang cukur untuk dirinya dan anak hehehe, pinter-pinter kita ngirit aja sih, hehe, dan jadi menemukan bakat terpendam kan yaaa)

Keunikan Kota Auckland

  • Penduduk asli aktif melestarikan budaya asli suku Maori
  • Pejalan kaki yang jarang menggunakan alas kaki (jadi ga aneh liat orang jalan gak pake sepatu or sandal, cuek aja gitu)
  • Masih adanya pasar tradisional yang bukanya seminggu sekali
  • Toko-toko akan tutup sekitar jam 4 or 5 sore 
  • Cuaca yang mudah berubah dalam satu hari ( hujan ibaratnya bisa kita tunggu, setelahnya sering muncul pelangi, lalu panas sepanas-panasnya. Dan ini cuaca dalam 1 hari loh!)
  • Kontur jalanan yang unik, jadi naik turun naik turun gitu deh 

Tempat Unik di Auckland

  • 10 Golden Frame yang tersebar di Auckland
  • Stasiun yang dijadikan apartment dan namanya adalah Apartment Railway (heritage building), jadi apartment ini memang dahulunya adalah stasiun dan sepertinya bangunanya tidak banyak dirubah jadi tetap berasa aura stasiunnya, unik bukan? Dan di tempat ini banyak sekali mahasiswa Indonesia bersama keluarganya tinggal di sini jadi kadang suka dibilang kampungnya orang Indonesia hehe..
  • Harbour bridge (swtiap ada kapal yang lewat jembatan akan berubah naik ke atas seakan-akan patah, ini jadi kesukaan anak-anak hehe)

Tips merantau ala kami :

1 . Jangan semua hal di convert dari dollar ke Rupiah bisa pusing kepala Barbie, bayangin aja 1 biji cabai kalo lagi musim summer begini harganya 1 dollar sebiji (kurang lebih kalo di kurs kan ke rupiah 9000, puarah kan :D)

2. Jangan lupa kemana-mana di tas selain banyak perlengkapan wajib yang aku yakini setiap ibu punya senjata wajib versi masing masing, nah sempilin juga botol kosong, kalo kalo mau kebelet ke toilet dibawa deh si botol itu, karena di sini kan toiletnya tidak ada spray airnya (kurang afdol aja gitu rasanya kalo ga dibasuh air, LOL)

3. Sebagai Muslim jika pada saat waktu shalat tiba, jika tidak menemukan tempat shalat biasanya kita mampir ke mall lalu cari parents room (disini kan parents room nya dibuat kaya kamar kamar gitu, nah bisa ikut shalat di situ deh karena kan kamarnya ditutup hehe), atau bisa juga shalat di taman.

Sekian kisah singkat dari keluarga rantau di Auckland, NZ. Adakah yang tertarik ingin mencicipi tinggal di Auckland, NZ?


Instagram: @nurhayatiachyarudinroi

Merantau di Onewhero

profil foto-arfi binstedArfi Binsted – A housewife, live in Onewhero, Tuakau, Districts Waikato, New Zealand. Home educators (Home Schooling) for her children, love to gardening, sketching, and painting, an artist at heart, freelance illustrator and food photographer. Founder of Klub Berani Baking (KBB) and coauthor Food Photography Made Easy by EmpatRana. Continue reading