Pengalaman Hamil dan Melahirkan di Belanda

Oleh Karina Miatantri-Kienast

Disclaimer: Info tentang kehamilan dan melahirkan yang saya bagikan adalah murni pengalaman saya di Nieuw-Vennep dan Haarlem. Sistem dan pengalaman mungkin saja berbeda di kota lain atau periode yang berbeda.

Awal perjalanan hidup saya menjadi Mamarantau juga adalah awal saya menjadi seorang Mama, karena Freya adalah anak pertama saya dan suami. Praktis ketika saya hamil, saya harus mencari tahu tentang kehamilan dan melahirkan di Belanda. Untungnya sistem kesehatan di Belanda sangat meringankan dan sederhana bagi ibu hamil. Semuanya terstandardisasi sehingga saya tidak perlu bingung mencari di mana dokter kandungan atau rumah sakit yang terbaik. 

Secara umum, asuransi di Belanda sudah mencakup biaya kehamilan dan persalinan yang mendasar. Tapi rekomendasi saya, jika berencana hamil di Belanda, bisa mengambil asuransi yang cakupannya lebih prokehamilan, karena asuransi dasar tidak mencakup biaya seperti persalinan di rumah sakit tanpa kebutuhan medis, kursus kehamilan, kraampakket, konsultan laktasi. Ketika hamil, saya baru mengetahui ternyata asuransi saya tidak mencakup beberapa hal di atas. Memang bukan hal yang signifikan, tapi alangkah baiknya kalau sudah dicakup. Sayangnya saya baru tahu informasi tentang asuransi prokehamilan ini setelah melahirkan, karena awalnya saya kira semua asuransi sama saja. Untuk membandingkan cakupan antarasuransi, bisa menggunakan situs seperti ZorgKiezer atau Independer. 

First Thing First

Langkah pertama yang dilakukan setelah mengetahui kehamilan adalah menghubungi dokter keluarga yang kemudian merujuk saya ke bidan terdekat, yang jaraknya hanya 4 menit naik mobil dari rumah. Bidan lalu menjadwalkan saya untuk pertemuan pertama dan echo/USG minggu ke-11. Pada pertemuan pertama, saya agak kaget karena hampir semua bidan sangat muda dan tampil santai. Tim di klinik tersebut terdiri dari sekitar 10 orang yang mencakup bidan, echoscopist/sonografer, dan bidan magang. Mereka cukup dipanggil dengan nama depan saja dan berpakaian santai memakai jeans dan boots, tidak ada yang memakai atribut seperti jubah dokter. Saya dan suami diwawancara menyeluruh tentang latar belakang keluarga, kesehatan, gaya hidup dan riwayat penyakit. Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan echo, hari perkiraan lahir bayi dikalkulasi. 

Setahun sebelum kehamilan, saya menjalani operasi endometriosis untuk 2 kista saya dengan proses pemulihan yang lumayan traumatis. Setengah takut saya bertanya apakah masih bisa melahirkan per vaginam? Bidan menjawab, karena operasi hanya di ovarium dan tidak membuka rahim, masih bisa per vaginam. Lega sekali rasanya karena teman saya yang melakukan operasi yang sama di tahun 2020 lalu hamil disarankan untuk operasi caesar dengan alasan luka operasi yang masih tergolong baru.

Pemeriksaan kehamilan di Belanda dilakukan sebulan sekali, dan echo hanya di minggu 11, 20, 30 dan 36. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan di Jakarta. Setelah memasuki 36 minggu, pemeriksaan menjadi sekali seminggu, tetap tanpa echo. Kalau observasi lebih lanjut diperlukan, akan dirujuk ke dokter kandungan di rumah sakit. Karena saya sering sekali mendengar pengalaman teman di Jakarta yang melakukan operasi caesar terkait tali pusar yang melilit leher/badan bayi, saya bingung ketika bidan tidak pernah membahas hal ini di setiap echo. Akhirnya saya bertanya, apakah tali pusarnya melilit? Mereka menjawab kemungkinan besar iya, karena bayi bergerak aktif setiap hari. Tapi ini adalah sesuatu yang normal atau tidak menjadi pertimbangan mereka untuk melakukan operasi caesar. Lagi-lagi saya bersyukur dengan pendekatan Belanda yang memandang kehamilan sebagai proses kehidupan yang alami dan tidak memerlukan intervensi medis, kecuali diperlukan.

Memasuki trimester kedua, saya diminta memilih mau melahirkan di mana, di rumah sakit atau di rumah. Ibu saya sempat protes ketika saya ingin melahirkan di rumah. Masak mau di rumah? Kan tidak steril, tidak ada alatnya dan pasti berantakan? Sejalan dengan pendekatan alami Belanda terhadap kehamilan, sekitar 30% wanita di Belanda melahirkan bayinya di rumah. Ibu yang sebelumnya tinggal di rumah kami pun melahirkan bayinya di dalam rumah yang sekarang kami tinggali. Dengan usia rumah yang sudah lebih dari 120 tahun, entah berapa bayi yang sudah lahir di rumah kami. 

Meskipun lumayan populer, melahirkan di rumah bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan semua ibu hamil, karena kondisi ibu dan bayi harus sehat dan tidak ada kondisi medis yang menghalangi. Karena saya mendapatkan lampu hijau dari bidan dan kondisi janin sehat, akhirnya kami mantap memilih melahirkan di rumah. Pertimbangan kami adalah melahirkan di rumah adalah hal yang wajar di Belanda dan bidan berpengalaman dalam hal ini, nyaman karena tidak perlu pulang cepat-cepat dari rumah sakit (kalau tidak ada komplikasi, 3-4 jam setelah melahirkan di rumah sakit, kita sudah disuruh pulang), dan kalau saya perlu ke rumah sakit pun, jaraknya dekat. 

Untuk pantangan selama hamil, Belanda juga berbeda dengan Indonesia. Saya masih sering bersepeda selama hamil dan berkebun di Groenste Tuin. Makanan yang dilarang untuk ibu hamil di Indonesia seperti sayuran mentah justru diperbolehkan, tapi udang, tuna dan kerang tidak diperbolehkan. Saat trimester kedua, saya ngidam usus dan paru sapi, yang agak susah didapatkan di toko daging biasa. Untungnya banyak orang Indonesia yang menjual makanan jadi via internet, termasuk bacem usus dan paru. Jadilah jabang bayi kesampaian makan jeroan.

Trimester ketiga

Menyusun Birth Plan

Memasuki trimester ketiga, saya mulai menyusun birth plan yang isinya di mana saya ingin melahirkan, posisi melahirkan, suasana ruangan (misalnya ada musik atau lilin), dukungan bidan seperti apa, siapa yang hadir selama proses melahirkan, siapa yang memotong tali pusar, dll. Bidan memberikan banyak kebebasan bagi ibu hamil untuk menentukan proses kelahiran.

Contoh Birth plan

Pada hari kelahiran, saya diminta untuk menelpon mereka kalau kontraksi sudah berjarak 1 menit atau air ketuban pecah. Lalu, 1 bidan piket akan datang dengan 1 orang suster. Jadi, saya tidak tahu bidan mana dari klinik tersebut yang akan menemani proses kelahiran. Saya memilih 2 opsi persalinan, water birth di bath tub rumah atau menggunakan birth stool, kursi khusus melahirkan dengan lubang di tengah tempat duduknya. Kami juga meminta teman baik Holger yang kebetulan punya latar belakang pendidikan kebidanan untuk ikut hadir menemani. Untuk posisi mendorong bayi, ibu hamil bisa memilih mau jongkok, rebahan, berdiri dengan satu kaki naik ke kursi, posisi merangkak, bersender ke suami… Ganti-ganti posisi pun boleh, sesuai kenyamanan ibu.

Birth stool
Contoh penggunaan birth stool

Memilih Perlengkapan Bayi: Barang Seken, Mengapa Tidak?

Dalam memenuhi perlengkapan bayi, orang Belanda tetap memegang prinsip memakai ulang barang yang masih layak pakai. Teman-teman saya yang memiliki bayi menanyakan apakah saya mau memakai barang atau baju bayinya yang sudah tidak diperlukan, karena banyak barang yang hanya dipakai beberapa bulan. Begitu juga baju yang kadang hanya dipakai 1-2 kali sudah kesempitan. Tips lainnya adalah mencari perlengkapan bayi di Marktplaats, Facebook Marketplace atau pasar King’s day dengan harga yang sangat miring atau gratis. Selain itu, banyak supermarket, drugstore dan toko bayi yang menawarkan baby box gratis bagi ibu hamil, isinya popok, dot, botol susu, makanan bayi, sabun, sampo, dll. Alhasil, kami tidak membeli satu mainan pun, co-sleeper, baby nest dan kursi dipinjamkan teman, tempat tidur, lemari dan berbagai perlengkapan lainnya gratis dan dalam kondisi sangat baik. Beberapa barang ada yang beli baru, supaya tidak perlu memikirkan transpornya. Bukannya tidak sayang anak, tapi saya ingin menghindari konsumsi berlebihan karena barang bayi itu bagus dan menggemaskan semua. Kalau tidak ingat harga atau ukuran rumah yang kecil, rasanya semua barang mau dibeli.

Salah satu baby box gratis, isinya mulai dari popok, kaus kaki, botol susu sampai bir 0% Alkohol

My Birth Story: Beda 180o dari Birth Plan

Manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Rumah sudah kami bersihkan menyeluruh, lebih tepatnya suami yang sibuk gosok bath tub dan lantai ruang keluarga sampai bersih karena saya sudah susah (baca: malas) bergerak. Kraampakket yang berisi perlengkapan persalinan di rumah sudah siap di depan pintu. Pada pagi hari tanggal 9 Mei 2022, setelah tidak tidur sama sekali pada malam harinya, di usia kehamilan 39 minggu 5 hari, ketuban saya pecah di rumah dan warnanya hijau. Bidan piket langsung datang ke rumah untuk mengecek kondisi saya. Saya dan suami kemudian diberi penjelasan bahwa karena air ketuban hijau atau meconium, artinya ada peningkatan risiko persalinan, dan saya tidak boleh melahirkan di rumah, harus di rumah sakit. Sempat kecewa tidak jadi melahirkan di rumah, tapi saya dan suami berusaha tenang. Kami juga masih bisa ketawa senang dalam perjalanan ke rumah sakit karena sebentar lagi putri kami lahir.

Di rumah sakit yang jaraknya sekitar 30 menit dari rumah, saya dan suami diantar ke ruang persalinan yang bentuknya seperti kamar rawat inap biasa. Tim dokter dan bidan jaga memperkenalkan diri dan memberitahu bahwa kondisi vital bayi dimonitor dan saya akan mulai diinduksi untuk mempercepat kelahiran. Teman Holger datang dan kami semua masih bisa mengobrol santai, saya belum merasakan kontraksi yang signifikan. Awalnya saya mencoba menghafal nama bidan dan suster yang datang mengecek setiap 30 menit sekali, tapi ternyata mereka berganti shift setiap 3-4 jam. Jadi dari awal kedatangan sampai Freya lahir, mungkin saya bertemu dengan 5-6 bidan dan suster berbeda. Samar-samar dari kamar sebelah kanan dan kiri ibu-ibu yang teriak kesakitan sudah bukan seperti suara manusia lagi, ya ampun sesakit itu kah… Saya pasang lagu kencang dan birth affirmation audio untuk menjaga mood tetap santai dan siap menyambut bayi. 

A person lying in a hospital bed

Description automatically generated

Awal proses induksi, masih bisa senyum

Sekitar jam 8 malam, saya memasuki fase active labour dengan kontraksi yang wow, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata haha… Kadang 10 menit tanpa jeda. Tentunya sudah tidak bisa ketawa lagi, tapi menangis juga tidak. Saya berusaha sekuat mungkin untuk melakukan teknik pernapasan Lamaze yang saya pelajari di kursus pranatal. Suami memegang tangan kiri, dan Eva teman kami memegang tangan kanan saya. Ajaibnya sampai Freya lahir saya tidak pernah sekalipun teriak seperti adegan melahirkan di film, karena dalam hati saya terus berpikir, “Mungkin setelah ini ada yang lebih sakit dari ini. Tahan ya, napas saja terus. Napas terus. Simpan tenaganya, nanti habis kalau teriak.” Sedang melahirkan pun saya sempat overthinking, pemirsa. Suami saya bingung, istrinya yang mudah mengaduh kalau tergores atau terbentur sesuatu kok ya sanggup melalui 9 jam kontraksi tanpa berteriak atau menangis. Kalau diingat kembali, sungguh salut dan terharu dengan diri sendiri.

Waktu menunjukkan jam 3 pagi. Sampai saat ini, sudah lebih dari 40 jam saya belum tidur. Kontraksi meningkat dan mereda terus menerus seperti ombak. Akhirnya saya mencapai bukaan 10, tapi urgensi untuk mendorong bayi masih lemah. Setelah mencoba mendorong dengan posisi rebahan selama 15 menit, bidan menanyakan apakah saya ingin mencoba mendorong di birth stool. Ternyata posisi duduk ini sangat memudahkan karena terbantu gravitasi ketika mendorong bayi secara vertikal ke bawah. Recommended banget posisi melahirkan ini.  Tiga puluh menit kemudian, pada pukul 4.55 pagi, lahirlah Freya dengan tali pusar yang melilit lehernya sampai 4 lilitan! Bidan sigap melepas lilitan tali pusar dan meletakkan Freya di lengan saya. Waktu serasa berhenti… Saya dan suami bergeming takjub memandang bayi mungil di gendongan saya, tangisnya memenuhi ruangan kamar yang temaram, dingin dan hening.

Bersama suster, asisten bidan, Freya, suami dan teman

Setelah Holger memotong tali pusar Freya dan kondisi bayi dipastikan sehat, Freya dikembalikan ke pangkuan saya dan tim bidan meninggalkan kami bertiga saja di dalam kamar untuk inisiasi skin to skin. Dipikir-pikir, jika hamil di Indonesia, bisa jadi saya harus operasi Caesar, karena ada 4 faktor risiko sebagai berikut pada kehamilan saya:

  1. Operasi endometriosis 1 tahun sebelum kehamilan;
  2. Tali pusar melilit leher 4 kali;
  3. Usia kehamilan (hampir) 40 minggu; dan
  4. Meconium atau air ketuban hijau.

Pascanatal dan Kraamzorg

Bidan menjelaskan, setelah sarapan selesai saya bisa mandi dan dipersilakan pulang. Sekitar jam 10 pagi, 5 jam setelah kelahiran Freya, kami sudah kembali di rumah. Rasanya luar biasa lelah dan mengantuk, sampai saat ini saya belum tidur 48 jam. Di rumah, hanya ada saya dan suami karena kedua orang tua belum datang ke Belanda dan tidak tahu selanjutnya harus bagaimana. Hanya bisa setengah tertawa, “Now what do we do with this baby?”

Muka-muka kurang tidur

Breastfeeding anytime anywhere

Untungnya perawat kraamzorg datang tidak lama kemudian. Bersyukur sekali Belanda punya fasilitas unik pascanatal yang disubsidi pemerintah, apa lagi bagi kami yang first time parents dan jauh dari keluarga. Kraamzorg adalah perawatan yang khusus membantu ibu dan bayi pada 7-8 hari pertama setelah melahirkan. Fungsi utamanya adalah memastikan pemulihan ibu secara efektif dan efisien serta bayi tumbuh dengan baik. Bantuan yang diberikan mulai dari, tapi tidak terbatas kepada:

  • mengecek kondisi fisik ibu dan bayi dan menghubungi bidan/dokter jika diperlukan;
  • mengajarkan cara merawat bayi seperti mengganti popok dan memandikan;
  • memasak sarapan dan makan siang untuk ibu;
  • membantu proses menyusui supaya lancar;
  • menjaga bayi ketika bapak dan ibu perlu istirahat;
  • menjaga area rumah tetap bersih dan higienis.

Perawat kraamzorg yang membantu masa postpartum

Berkat perawat kraamzorg, masa postpartum yang seperti roller coaster rasanya lebih ringan dan banyak terbantu. Di bulan pertama setelah kelahiran, kami tidak perlu banyak keluar rumah karena tim bidan dan posyandu pun melakukan check up ibu dan bayi ke rumah. Cuma kurang tukang pijat seperti di Indonesia yang bisa ke rumah, hanya bisa mengandalkan suami untuk pijat badan yang rasanya remuk setelah melahirkan.

Tradisi Jerman dan Belanda, memasang burung bangau di depan rumah kami saat Freya baru lahir

Berkaca ke pengalaman hamil dan melahirkan di Belanda, sebagai orang awam saya memandang Belanda menganggap kehamilan sebagai proses alami, dengan intervensi medis seminimal mungkin. Walaupun kadang terkesan sederhana dalam mengecek kehamilan, bidan sigap melakukan eskalasi ke dokter spesialis jika ada kekhawatiran tentang kondisi janin. Masa postpartum cukup menenangkan karena adanya kraamzorg dan kunjungan bidan ke rumah yang tidak hanya mengutamakan kondisi fisik, tapi juga dukungan mental bagi ibu. 

Satu hal yang saya dan suami sangat apresiasi di Belanda adalah betapa tingginya kebebasan bagi ibu hamil dan orang tua dalam merencanakan kelahiran dan merawat anak. Bidan atau dokter siap membantu tapi akan mundur teratur kalau kami tidak setuju dengan suatu hal. Untuk isu ini, pembahasannya mungkin perlu artikel Mamarantau lanjutan. Sementara sampai sini dulu. Terima kasih sudah membaca. Semoga sehat dan semangat selalu semua Mamarantau!

Groetjes uit Nieuw-Vennep,

Tantri

Advertisement

Merantau di Nieuw-Vennep, Belanda

Karina Miatantri-Kienast

Hoi allemaal, nama saya Karina Miatantri-Kienast, biasa dipanggil Tantri. Ibu 1 anak yang saat ini tinggal di kota kecil Nieuw-Vennep. Jarang sekali yang pernah mendengar nama kota ini di Belanda, meskipun lokasinya sangat strategis, dengan kereta hanya 10 menit ke Bandara Schiphol dan 25 menit ke Amsterdam atau Den Haag. Dengan sepeda juga bisa dengan mudah gowes ke Keukenhof, kebun tulip favorit turis yang selalu ramai setiap musim semi tiba.

Salah satu dari 3 jembatan ikonik Nieuw-Vennep rancangan Calatrava

Kota Kecil Nan Strategis

Di Nieuw-Vennep saya tinggal dengan Holger, suami saya yang berasal dari Jerman, dan Freya, putri kami yang lahir di musim semi 2022. Sebelum tinggal di sini, saya pernah merantau di beberapa kota Belanda pada 2 periode berbeda, yaitu Groningen dan Utrecht (2015-2016) dan Rotterdam (2020).

Namun, di luar periode waktu itu saya tinggal dan bekerja sebagai Analis Infrastruktur di kota kelahiran saya, Jakarta. Sebagai big city girl dari Jakarta, jujur saya mati gaya tinggal di kota kecil. Di ketiga kota Belanda tempat tinggal sebelumnya, banyak sekali pilihan konser musik, kelas tari, seni, festival dan area kota yang bisa dieksplor.

Setelah menikah dan pindah ke Nieuw-Vennep pada pertengahan 2021, saya sempat stres karena kotanya sangat sepi. Kota ini memang lebih ramah anak dan cocok untuk keluarga dibandingkan kota besar. Banyak ruang terbuka hijau dan aktivitas olahraga yang bisa dicoba.

Amsterdamse waterleidingduinen, hutan cagar alam dekat rumah yang penuh dengan hutan liar

Karena saya memutuskan untuk fokus mengurus anak dan berhenti bekerja kantoran tapi tetap ingin punya aktivitas di luar rumah, beberapa bulan pertama saya aktif mencari inisiatif lokal dan aktivitas yang sesuai minat saya. Ternyata di kota kecil dengan penduduk 31.000 jiwa ini, banyak kegiatan sukarela dan inisiatif yang menarik untuk berbagai usia. Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang saya ikuti.

Berkebun Organik di De Groenste Tuin

Orang Belanda senang sekali berkebun dan merawat tanaman. Kebanyakan rumah di sini penuh dengan berbagai macam bunga dan tanaman hias warna-warni. Selain itu, banyak lahan tidur yang dimanfaatkan sebagai volkstuin (kebun rakyat). Lahan dibagi menjadi petak-petak kecil yang ditanami sayuran dan buah-buahan. Suatu hari saya tidak sengaja menemukan De Groenste Tuin, kebun organik yang mencari sukarelawan. Wah, kapan lagi bisa belajar menanam sayuran dan buah-buahan secara gratis. Lucu kan, saya yang dari negara agraris tropis tidak tahu cara menanam makanan sehari-hari.

Rumah kaca tempat menanam tomat, cabai, basil, dll.

Bersama sukarelawan kebun yang kebanyakan oma-oma Belanda, saya belajar cara menyiapkan tanah untuk musim tanam tahun depan, menutup lahan dengan daun supaya terlindungi dari salju dan embun es, mencabut rumput liar, hingga panen wortel, kentang, labu, cabe, akar seledri (celeriac), bawang perai (leek), arugula, bunga-bungaan yang bisa dimakan, dll. Setiap akhir hari, oma-oma selalu menawarkan sayuran hasil panen untuk saya bawa pulang. Jadi saya bisa mencicipi hasil kebun juga, yang beberapa belum pernah saya lihat atau makan sebelumnya. Selain sehat fisik dan mental karena seharian jongkok mengolah tanah di udara terbuka, saya pun bisa latihan Bahasa Belanda dengan para oma dan pengunjung kebun.

Pertama kali Freya bertemu dengan para Oma di Groenste Tuin
Setiap hari Minggu, hasil kebun yang semuanya organik dijual dengan harga terjangkau
Open day tahunan dengan live music dan olahan hasil kebun

Ketting Kledingruil: Tampil Modis dan Ramah Lingkungan

Sejak kuliah di Bandung di awal tahun 2000-an, saya senang thrifting ke Tegalega untuk belanja baju atau tas vintage. Saya juga salah satu pelanggan Chicalega, merek baju co-founder Mamarantau kita tercinta 😀 Bahkan sudah seperti personal buyer saja, Chica hafal model-model baju yang saya suka.

Saat kuliah S2 di Groningen, untuk pertama kalinya saya mengenal konsep clothing swap, yaitu acara dimana setiap peserta bisa membawa sejumlah pakaian untuk ditukar dengan pakaian peserta lain. Intinya, tukaran baju. Acara ini selalu super seru, karena bisa kenalan dengan peserta lainnya dan saling kasih saran. Namanya juga perempuan ya… Rumpi banget.


Lockdown akhirnya memunculkan versi baru clothing swap, yang dalam Bahasa Belanda disebut dengan ketting kledingruil (ketting = rantai, kleding = pakaian, ruil = tukar). Inisiatif ini menawarkan cara mudah untuk bertukar pakaian dengan orang lain di lingkungan/kota yang sama tanpa berkumpul di satu tempat. Ide ini muncul di Amsterdam pada tahun 2020, dan saking suksesnya, saat ini sudah berkembang menjadi 410 rantai aktif di seluruh Belanda. Cara bergabungnya mudah.

Pertama-tama, saya mencari dan mendaftar ke admin rantai yang berlokasi di Nieuw-Vennep. Lalu, nama, alamat dan nomor telepon saya dicantumkan di suatu app yang berisi daftar peserta rantai berikut dimana tas pakaian berada dan tanggal tas diperoleh. Peserta sebelum saya akan mengantarkan tasnya ke saya, setelah 3-4 hari saya akan mengantarkan tas tersebut ke peserta berikutnya. Setiap anggota harus menjaga kebersihan isi tas, dan kerahasiaan data pribadi anggota lainnya. Baju yang diperoleh pun tidak boleh dijual kembali. Semuanya bersifat sukarela dan saling percaya.

Di Grup Facebook Ketting Kledingruil Nieuw-Vennep, anggota bisa berinteraksi dan mengirimkan foto baju yang mereka peroleh dari tas atau yang dimasukkan ke dalam tas. Berkat ketting kledingruil, saya hampir tidak pernah membeli baju baru. Setiap tas datang, rasanya seperti kejutan kecil karena saya tidak tahu isinya apa. Mulai dari gala dress, sweater, celana jogging, syal, banyak sekali pakaian unik yang mungkin tidak pernah terpikirkan untuk dibeli kalau lihat di toko. Tapi ketika dicoba, eh ternyata bagus juga. Mulai dari Zara, H&M, sampai jaket Adidas pernah saya temukan di tas. Ketika saya ingin decluttering atau mengembalikan baju yang tidak ingin saya pakai lagi, saya masukkan ke tas berikutnya. Belanda bisa dibilang surganya pasar dan toko vintage. Di setiap kota ada kringloop (toko yang menjual barang bekas) atau weggeefwinkel (toko giveaway/gratis). Orang-orang di sini peduli dengan isu minimalisme, 3R (Reduce – Reuse – Recycle), konsumerisme berlebihan, zero waste, dan mereka tidak segan untuk membeli atau menggunakan barang, baju atau mebel bekas yang kondisinya masih bagus. Semakin vintage, malah semakin mahal!

Nomor tas ditandai dengan gantungan kunci

Beberapa contoh baju di dalam tas

Taalwandeling & Taalcafe

Banyak orang nonBelanda yang tinggal bertahun-tahun di Belanda tanpa bisa Nederlands/Bahasa Belanda, karena menurut data EF (English First) di tahun 2022, Belanda adalah negara dengan tingkat profisiensi Bahasa Inggris nomor 1 di dunia. Hampir semua orang bisa berbahasa Inggris, dan banyak yang mumpuni dalam bahasa Eropa lainnya seperti Jerman, Prancis atau Spanyol. Yang bisa Bahasa Indonesia juga banyak, lho! Jangan sembarangan julid di tempat umum, siapa tau mas/mbak bule di samping mengerti. Hehe.

Meskipun bisa Bahasa Inggris, saat saya pindah permanen ke Nieuw-Vennep, saya memutuskan ingin lancar berbahasa Belanda, hitung-hitung menambah keterampilan dan memperluas network. Lantaran sehari-hari selalu bicara dalam Bahasa Inggris dengan suami, maka saya harus latihan di luar rumah. Awalnya admin Ketting Kledingruil yang mengetahui bahwa saya ingin belajar Nederlands, merekomendasikan Taalwandeling (taal = bahasa, wandeling = jalan-jalan). Seperti namanya, kegiatan ini mempertemukan sukarelawan Belanda dan pemelajar/peserta, sambil berjalan santai keliling kota dan latihan Nederlands selama 1 jam setiap minggunya.

Kebetulan peserta dan sukarelawan Taalwandeling semuanya wanita. Kebanyakan sukarelawan adalah pensiunan, dan umurnya ada yang mencapai 80an tahun tapi masih segar bugar dan awet muda. Lansia di Belanda memang berbeda dengan stereotipe lansia yang mulai pikun atau kurang sehat. Saya sering bertemu dengan lansia yang sudah berumur 70-90 tahun tapi masih bergaya
muda, memakai sepatu boots, jalan dan bicara dengan lancar. Sebisa mungkin mereka akan melakukan semua aktivitas sendiri, dan tetap menjaga hubungan sosial dengan warga lain melalui kegiatan sukarela, berkumpul di senior centre yang ada di setiap lingkungan atau mengikuti klub-klub olahraga lansia, seperti jogging dan renang. Dalam hal kesehatan, saya salut sekali dan semoga bisa mencontoh orang Belanda yang cenderung aktif dan sehat sampai usia lanjut.

Peserta Taalwandeling yang antara lain berasal dari Kazakhstan, Turki, Belarusia, India, Kroasia, Eritrea dan tentunya Indonesia 😉

Setiap Taalwandeling diakhiri dengan kopi atau teh di Perpustakaan Nieuw-Vennep

Peserta Taalwandeling juga merekomendasikan saya ke kegiatan belajar bahasa lainnya, yaitu Taalcafe atau kafe bahasa. Taalcafe Nieuw-Vennep mengajak pesertanya untuk pertama-tama menonton berita mingguan dari NOS Journal, acara berita dengan Bahasa Belanda yang sederhana dan mudah dimengerti. Setelah itu, peserta dibagi menjadi 3 grup dengan fokus yang berbeda: 1)
membaca artikel berita dengan tingkat bahasa yang cukup tinggi; 2) belajar kalimat dan tata bahasa sehari-hari; atau 3) yang ingin mengobrol santai saja. Kita bebas memilih grup yang ingin diikuti di setiap pertemuan.

Taalcafe dijalankan oleh 3 sukarelawan antusias, Hans, Rob dan Anita dan diikuti oleh peserta dari berbagai negara. Takjub sekali rasanya ketika pertama kali mengikuti Taalcafe, ternyata Nieuw-Vennep yang sekecil ini penduduknya sangat beragam.

Taalcafe edisi Paskah bersama anak-anak yang sedang libur sekolah

Melalui kedua aktivitas ini, saya mendapat teman baru dari berbagai penjuru dunia, antara lain Polandia, Rusia, Kroasia, India, Kazakhstan dan Turki, dan juga negara-negara yang jarang didengar, seperti Ghana, Mauritius, Belarusia, Georgia, dan Eritrea.

Di Taalcafe saya juga berkenalan dengan Fezanne dari Mauritius yang baru melahirkan anak keduanya. Fezanne banyak memberi saran dan tips sebagai ibu hamil di Belanda dengan segala seluk beluk dan tradisinya yang berbeda. Di mana sebaiknya mencari perlengkapan bayi, merek popok yang murah meriah, memilih tempat melahirkan (di rumah atau di rumah sakit), apa yang dimaksud dengan consultatiebureau, kraamzorg dan berbagai istilah asing seputar kehamilan. Kami berdua berusaha keras untuk berkomunikasi dengan kosa kata Bahasa Belanda yang terbatas. Setelah 2 jam mengobrol, saya bertanya, “Kamu bisa Bahasa Inggris nggak, sih?”, “Bahasa Inggris itu salah satu bahasa resminya Mauritius, say.”, jawab Fezanne. “Lah dari tadi kita ribet banget ngobrol pakai Bahasa Belanda ya!”, tawa kami berdua.

Cerita lucu dengan Fezanne ini saya sampaikan di Taalcafe, dan akhirnya saya diminta jadi perwakilan untuk berbagi tentang Taalcafe pada acara ulang tahun Taalhuis Haarlemmermeer yang ke-5 di bulan Maret 2022 dengan penonton yang jumlahnya 100-200 orang. Wah, deg-degan sekali rasanya harus pidato Nederlands di depan banyak orang. Bersama Hans, administrator Taalcafe
Nieuw-Vennep, saya bercerita tentang aktivitas Taalcafe, suka dukanya pindah dari megapolitan ke kota kecil di Belanda, dan manfaat yang saya peroleh sejak bergabung di Taalcafe, terutama sebagai ibu hamil. Meskipun keringat dingin dan di atas panggung saya banyak nge-blank, tapi penonton terhibur dan (sepertinya) mengerti apa yang saya sampaikan. Setelah pidato, beberapa penonton mengapresiasi usaha saya dan ada juga yang bicara dengan Bahasa Indonesia. Belanda memang tidak kekurangan inisatif untuk berkenalan dengan sesama warga atau belajar bahasa. Masih banyak kegiatan lainnya yang bisa disesuaikan dengan waktu luang dan minat kita.

Pidato Bahasa Belanda pertama kalinya setelah 9 bulan tinggal di Nieuw-Vennep

Menari Tradisional dan Kontemporer

Ada beberapa skill orang Indonesia yang menguntungkan jika dimiliki di Belanda, antara lain memasak dan menari. Masakan dan budaya Indonesia sangat digemari masyarakat Belanda. Warung dan restoran Indonesia ada di mana-mana, bahkan supermarket di sini menjual makanan jadi seperti nasi kuning, soto medan, atau rendang. Berhubung saya tidak jago masak tapi hobi menari, saya berjodoh dengan grup tari Indonesia yang tidak jauh dari rumah. Tidak cuma tradisional, tapi tari kontemporer dan a la Las Vegas Gala juga kami sanggupi. Grup tari Indonesia di Belanda cukup banyak dan laris manis hingga ke negara-negara tetangga. Saat musim panas adalah periode tersibuk bagi grup-grup tari karena banyaknya pasar malam dan festival. Jadi, untuk yang suka menari, bisa mencari grup tari terdekat atau bahkan memulai grup sendiri.

Mewakili Indonesia di Embassy Festival 2022 dengan gabungan tari-tari nusantara

Ceritanya bersambung di part berikut tentang menjalani kehamilan dan persalinan di Belanda ya!

Liputan: Cerita World Cup Qatar 2022

Assalammualaykum wr wb,

Saya Danar WS Wulandari akrab disapa Beqi. Saat ini tinggal di Doha, Qatar sejak April 2018 karena ikut suami yang dipindahtugaskan dari Dubai ke Doha. 

Saat ini di Qatar sedang berlangsung event sepakbola paling dinantikan pecinta bola seluruh dunia, FIFA World Cup 2022. Menarik banget penyelenggaraan piala dunia kali ini karena Qatar adalah negara kecil yang penduduknya hanya 3 juta jiwa (itu pun 90% di antaranya adalah expatriate!).

Apa dampak persiapan piala dunia bagi residen?

Bagi residen yang menetap di Qatar, ajang piala dunia ini tentu saja berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Overall, pembangunan pesat terjadi di Qatar untuk menambah tingkat kenyamanan hidup warganya. Banyak taman dengan rumput hijau dan pepohonan dibangun serta dilengkapi dengan playground dan barbeque area. Hampir semua taman menyediakan toilet umum dan mushola. Sistem transportasi umum dibenahi dengan dibangunnya highway, MRT dan menambah armada bus. Sebelumnya kami harus mengandalkan mobil pribadi dan taksi untuk mobilitas dalam kota. 

Qatar juga membangun beberapa mall, hotel, apartment, restoran, dan museum.

Qatar Olympic and Sports Museum opened earlier this year at the Khalifa national stadium
Yayoi Kusama’s Ascension of Polka Dots on the Trees (2002/2022) Installation view, My Soul Blooms Forever, Museum of Islamic Art, Doha, Qatar.

Di bidang telekomunikasi, perusahaan telkom Qatar, Ooredoo, membangun sistem jaringan 5G yang bisa dinikmati bahkan ketika kita berada di tengah-tengah gurun.

Tentu saja sisi negatif penyelenggaraan Piala Dunia juga dirasakan residen. Kami termasuk yang harus pindah rumah karena apartemen kami dipakai untuk penginapan para fans bola. Pembongkaran jalan karena perbaikan sistem gorong-gorong juga sempat membuat kami kesulitan berkendara di Qatar. Namun, semua itu seakan hilang bersama euforia piala dunia sejak kick off pertama tanggal 20 November lalu.

Kami berbaur dengan seluruh fans dari berbagai negara dan bersuka cita menyambut datangnya event ini. Hampir di setiap sudut kota dipasangi kemeriahan piala dunia. Pemerintah Qatar dan pengusaha menggelar tempat nonton bareng yang dilengkapi dengan layar besar, hiburan-hiburan, kursi yang nyaman, toilet dan food truck. Di Corniche, setiap malam para fans dimanjakan dengan kembang api yang dipadukan dengan atraksi drone dan water fountain.

Football supporters watch a fireworks display during the Fifa Fan Festival opening day at the Al Bidda park in Doha on 19 November 2022 

Yang perlu diacungi jempol dalam penyelenggaraan piala dunia oleh Qatar adalah ajang ini kids friendly dan muslim friendly. Dengan adanya keputusan FIFA yang melarang penjualan minuman beralkohol di stadium, banyak fans datang bersama keluarga (bahkan bayi dan balita diajak juga). Banyak fans wanita mengakui merasa aman berada di stadium karena penjagaan yang ketat dan tidak ada yang mabuk-mabukan.

Di dalam fan festival ada museum anak-anak yang terisolir dari gegap gempita after match party. Di setiap stadium disediakan mushola dan jika pertandingan diadakan hari jumat siang, maka ada penyelenggaraan solat jumat juga di stadium tersebut. MasyaAllah ya!

Untuk kami pribadi, momen piala dunia ini sangat istimewa. Hayya card (kartu pengganti visa masuk Qatar selama piala dunia) dapat digunakan juga sebagai pengganti visa masuk Arab Saudi. Kami memanfaatkan momen ini untuk pergi umroh ke Mekkah dan berziarah ke Madinah.

Sekarang Piala Dunia sudah hampir menuju final. Sebagian atlet dan fans sudah pulang ke negaranya masing-masing. Bagi kami yang menetap di sini, tentu kami akan rindu dengan kemeriahan dan keramaian jalanan seperti saat world cup berlangsung. Ini juga menyisakan harapan bagi saya agar semua fasilitas dan kenyamanan yang sudah dibangun tetap dapat dirasakan seterusnya.

Salam dari Qatar!

Merantau di New Plymouth, New Zealand

Reziana Mauliena

Salam kenal Mantau semua! Saya Reziana Mauliena, biasa dipanggil Eji. Sejak awal tahun 2020, tepat saat awal pandemi Covid-19 dimulai, saya, suami, dan kedua anak kami merantau ke New Zealand. Ini merupakan kali kedua bagi saya merantau ke luar negeri. Sebelumnya pada tahun 2015, berdua bersama anak pertama saya yang berusia 1 tahun pada saat itu, saya merantau ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi master di University of Illinois at Urbana Champaign, sementara suami saya bekerja di Jakarta, Indonesia. Walaupun judulnya sama-sama merantau jauh, namun dengan kondisi dan tanggung jawab yang relatif berbeda, tentu pengalamannya pun berbeda.

Mudah-mudahan lain waktu saya bisa berbagi pengalaman menjadi mahasiswi di luar negeri, sambil mengasuh bayi 1 tahun dengan status solo parent alias having long distant marriage. Untuk saat ini, saya akan berbagi pengalaman tinggal di New Zealand bersama keluarga yang lengkap, yaitu saya, suami dan kedua anak kami. 

New Plymouth, New Zealand

Di New Zealand, kami tinggal di kota New Plymouth. New Plymouth merupakan kota kecil di pantai barat pulau utara New Zealand dengan jumlah penduduk sekitar 58.400 orang. Posisinya cukup strategis karena berada di tengah-tengah dua kota utama New Zealand yaitu Wellington, yang merupakan Ibu Kota New Zealand, serta Auckland, yang merupakan kota terbesar dan pusat bisnis di New Zealand. Walaupun kota kecil, namun New Plymouth cukup unik, letaknya di pesisir pantai dengan jarak hanya 30 menit perjalanan darat ke Mount Taranaki, gunung yang sangat cantik mirip Mount Fuji.

Dalam satu hari yang sama, kita bisa hiking, ski, snowboarding di gunung, kemudian lanjut surfing, berenang atau sekedar bersantai di pantai. 

Tak hanya New Plymouth, setiap sudut negara New Zealand sangat cantik dan terjaga kelestarian alamnya. Kelestarian alam yang terjaga inilah yang menjadikan New Zealand istimewa. Sesungguhnya Indonesia sendiri tidak kalah cantik, bahkan dalam salah satu artikel media berita di New Zealand baru-baru ini, NZHerald, diulas bahwa Indonesia dinobatkan menjadi satu-satunya negara yang dapat mengalahkan New Zealand dalam jumlah titik keindahan alamnya. Sayangnya, kemudian dijelaskan bahwa secara kualitas ternyata sulit memang mengalahkan New Zealand karena negara ini mampu mengelola dengan baik keindahan alamnya menjadi destinasi wisata yang lestari dan bersih. 

Banyak cara untuk menikmati pesona alam New Zealand yang indah. Bagi kami sekeluarga, cara terbaik menikmati keindahan alam New Zealand adalah dengan berpetualang menggunakan campervan

Campervan di New Zealand

Walaupun tak lama setelah kedatangan kami ke New Zealand diberlakukan lockdown selama kurang lebih 7 minggu, namun setelah itu kehidupan di New Zealand relatif kembali normal. Kasus Covid-19 pasca lockdown berangsur terkendali hingga New Zealand dinyatakan bebas covid karena pada saat itu selama berbulan-bulan tidak ada kasus di komunitas atau NOL kasus. Maka dari itu, penduduk New Zealand dapat dengan bebas melakukan perjalanan domestik dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Oiya, kalau ditanya gimana status Covid-19 saat ini? sayangnya New Zealand tidak bisa menghindar dari varian Omicron. Setiap harinya terdapat kasus baru hingga mencapai ribuan. Namun dengan persentase penduduk yang sudah divaksin mencapai lebih dari 95 persen, maka pemerintah New Zealand tidak lagi menerapkan kebijakan lockdown, bahkan tahun ini secara berangsur New Zealand akan membuka perbatasan dan siap menyambut kembali warga dunia.

Kembali ke topik campervan. Selama tinggal di New Zealand sejak 2 tahun lalu, Alhamdulillah kami sudah berkeliling ke hampir seluruh penjuru New Zealand, dan 2 kali diantaranya kami berkeliling menggunakan campervan. Dengan berkeliling menggunakan campervan, kita bisa menyusuri sudut-sudut negeri yang memang seindah itu setiap jengkalnya, bermalam di tempat-tempat tersembunyi yang unik dan sangat indah, dan mendapatkan pengalaman berpetualang yang sangat luar biasa.

Dua kali perjalanan dengan campervan kami lakukan di pulau selatan New Zealand. Mengapa di pulau selatan? Karena kebetulan kami tinggal di pulau utara, sehingga berkeliling di pulau utara bisa dilakukan secara “nyicil” ketika long weekend atau liburan singkat saja. Selain itu, karena pulau selatan memang terkenal sangat cantik dan menarik. It is just magically attractive. Dikelilingi dengan pegunungan bersalju ketika musim dingin, dipercantik dengan sungai dan danau berwarna biru, hijau, dan tosca, serta diperkaya dengan percikan aliran air terjun dan savanna yang membentang luas. Sungguh keindahan alamnya begitu lengkap dan addictive.

New Zealand merupakan salah satu negara yang sangat campervan friendly. Campsite tersebar di seluruh penjuru negeri, mulai dari Commercial Campsites yang berbayar dan dikelola oleh swasta, hingga yang murah dan bahkan gratis yang disediakan oleh Department of ConservationCampsite berbayar merupakan campsite dengan fasilitas lengkap, yaitu toilet dan kamar mandi umum yang bersih, dapur umum, laundry, powersite listrik, pengisian air bersih, serta pembuangan air kotor. Campervan dan segala fasilitas di dalamnya berjalan dengan menggunakan energi baterai, gas, dan bahan bakar minyak. Maka dari itu, walaupun campervan yang kita gunakan berjenis self-contain, namun tetap perlu bermalam di campsite berbayar untuk mengisi baterai dan air bersih, serta membuang air kotor. Adapun bahan bakar minyak dan gas bisa diisi di gas station.

Sementara itu, low cost dan free campsite biasanya dilengkapi dengan toilet umum, tapi tidak ada kamar mandi, aliran listrik, air bersih, ataupun pembuangan air kotor. Meski demikian, low cost dan free campsite justru merupakan favorit para traveler karena biasanya lokasinya sangat “mahal” dengan pemandangan yang sangat cantik. Trully hidden gems karena lokasinya biasanya cenderung tersembunyi di pinggir pantai, pinggir danau, “nyempil” di belakang pegunungan, hutan yang tanpa sinyal telepon/internet, dan jauh dari keramaian namun aman dan damai. Tinggal satu malam di suatu freedom campsite yang indah selalu merasa tidak cukup. 

Plan Your Campervan Trip

Kapan waktu terbaik untuk menikmati keindahan alam pulau selatan di New Zealand? jawabannya relatif karena setiap musim memiliki keunikan masing-masing. Musim favorit untuk berlibur bagi masyarakat lokal sendiri adalah pada musim panas. Namun, bagi keluarga kami musim semi adalah yang terbaik. Mengapa musim semi? karena kami ingin menikmati pegunungan yang ditutupi salju tapi suhu udara sudah tidak terlalu dingin. Selain itu, mengingat musim panas merupakan musim paling favorit maka biasanya harga sewa campervan juga mahal. Berbeda dengan negara-negara 4 musim di belahan utara ekuator, musim semi di New Zealand, yang terletak di bagian selatan ekuator, jatuh pada Bulan September sampai dengan Bulan November.

Sementara itu, musim panas jatuh pada Bulan Desember sampai dengan Bulan Februari. Pada musim semi terkadang jalanan dan destinasi wisata masih dihujani dan ditutupi salju. Maka mengemudi di musim semi juga tetap harus berhati-hati dan dilengkapi dengan perlengkapan keamanan mengemudi di musim dingin, misalnya wajib membawa snow chains, yaitu rantai untuk dipasang melilit di roda kendaraan agar dapat berjalan dengan aman di atas jalanan bersalju yang licin.

Lama perjalanan ideal dengan campervan sebetulnya semakin lama semakin seru ya selama memang tidak ada constraints waktu dan biaya. Namun dengan rata-rata jatah cuti yang bisa diambil dalam sekali waktu adalah antara 1-2 minggu, maka memang perlu memilih rute perjalanan yang paling cocok. Rute perjalanan bisa disesuaikan dengan hobi dan ketertarikan. Tapi ada jalur favorit perjalanan di pulau selatan karena memang melewati destinasi-destinasi “must visit”.

Berikut 2 rute berbeda yang kami lewati yang relatif merupakan rute favorit: 

Jalur pantai barat: Christchurch – Lake Taupo – Mt.Cook/Aoraki – Lake Pukaki – Queenstown – Milford Sound – Wanaka – Christchurch.
Jalur pantai timur: Christchurch – Timaru – Oamaru – Dunedin – Invercargill – Queenstown – Wanaka – Lake Pukaki – Mt.Cook/Aoraki – Lake Taupo – Castle Hill – Christchurch.

Sepanjang rute ini kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang beragam dan sungguh cantik. Tak henti kami mengagungkan nama Allah dan memuji ciptaanNya.

Persiapkan Budget

Budget yang harus disiapkan dalam merencanakan perjalanan dengan campervan akan bergantung pada:

  • Pilihan penyedia sewa campervan dan asuransinya. Harga sewa campervan juga akan bergantung pada jumlah penumpang yang inline dengan kapasitas tempat tidur dalam campervan, serta fasilitas kamar mandi dan toilet (self-contain). Bisa dicek di di beberapa penyedia campervan yang family friendly berikut ini yaa sebagai gambaran harga sewa campervan di New Zealand: https://www.wilderness.co.nz/; https://www.maui-rentals.com/nz/en; https://www.britz.com/nz/en; https://www.mightycampers.com/nz/en.
  • Campsite tempat bermalam yang berbayar, low cost atau free. Ada beberapa aplikasi yang sangat berguna dalam mencari campsite, serta berbagai tempat yang dibutuhkan bagi para traveler, yaitu diantaranya CamperMate dan Rankers Camping NZ. 
  • Bahan bakar minyak dan gas.
  • Makan. Biaya makan selama perjalanan relatif hemat karena kita bisa masak sendiri. Campervan dilengkapi dengan kompor gas, perlengkapan masak dan makan, bak cuci piring, kulkas, oven, hingga perlengkapan barbecue dan meja kursi lipat untuk outdoor. Jajan di restoran bisa jadi boros karena mahal. Satu porsi makan orang dewasa rata-rata mengeluarkan biaya NZD15 – NZD25 atau Rp.145.000,00 – Rp.245.000,00. Jadi, dengan fasilitas lengkap di dalam campervan, lebih baik belanja saja di supermarket dan masak sendiri menu yang sehat dan mudah.
  • Destinasi wisata. Rata-rata destinasi wisata alam tidak berbayar. Namun jika ingin menikmati pengalaman petualangan berbayar juga banyak pilihannya. Informasi tentang destinasi wisata dapat dengan mudah didapat dari situs tripadvisor atau situs lainnya melalui google.com.

Penduduk New Zealand sangat ramah serta memiliki ritme kehidupan yang cukup slow dan tidak konsumtif. Jadi, kalau para Mantau berencana berkunjung ke New Zealand jangan terlalu berharap untuk wisata belanja, karena selain serba mahal, toko-toko juga sudah tutup jam 5 sore. Lebih baik fokus pada menikmati petualangan alamnya yang cantik dan seru.

Oiya satu hal penting lainnya, walaupun campervan merupakan jenis kendaraan berukuran besar, tapi untuk mengemudikannya cukup dengan menggunakan SIM kendaraan roda empat ukuran normal. SIM yang dapat digunakan oleh para traveler dari luar New Zealand adalah SIM yang berlaku Internasional dan berbahasa Inggris/diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. 

Tips Perjalanan Campervan Bersama Anak

Bepergian jauh dan lama bersama anak-anak tentu butuh persiapan yang lebih lengkap. Berikut beberapa tips perjalanan kami bersama anak-anak:

  • Mencari informasi sebanyak-banyaknya. Informasi bisa didapat melalui blog, youtube, ataupun bertanya kepada keluarga dan teman yang memiliki pengalaman bepergian dengan campervan.
  • Membawa pakaian yang cukup tapi juga lengkap. Mulai dari pakaian renang, pakaian sehari-hari, hingga pakaian musim dingin. Karena memang cuaca di New Zealand ini perubahannya terkadang ekstrim. Bisa tiba2 sangat terik matahari dan hangat, tapi tiba-tiba malam hari atau esok harinya turun hujan, salju, dan angin kencang sehingga sangat dingin. Begitupun pada musim panas, bisa tiba-tiba turun hujan dan angin kencang sehingga tetap perlu membawa jaket. 
  • Membuat daftar menu makanan (meal plan) yang mudah dimasak. Membuat daftar menu dapat memudahkan kita untuk menyiapkan makanan kesukaan anak-anak dengan relatif cepat. Berhubung kami tinggal di New Zealand, maka ransum kami dapat berupa ayam ungkep, rendang, siomay, bakso, bahkan pempek yang sudah disiapkan sebelumnya di rumah. Karena perlindungan biosecurity di New Zealand sangat ketat, maka makanan yang dibawa oleh traveler dari luar New Zealand harus berupa makanan dalam kemasan yang rapi, terdapat merek dagang resmi yang memperlihatkan makanan tersebut diproduksi dan dikemas secara komersial. Makanan juga harus dalam kemasan aslinya yang belum dibuka, dan tercantum negara produsen dengan jelas pada kemasannya. Semua makanan yang dibawa harus di-declare ketika tiba di bandara, jika tidak maka bisa terkena denda sebesar NZD400
  • Menerapkan jadwal makan yang teratur. Kita bisa berhenti dan beristirahat di tengah perjalanan disesuaikan dengan jadwal makan anak-anak. Dengan jadwal makan yang teratur akan membantu anak-anak tetap happy dan sehat.
  • Membawa obat-obatan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan perlengkapan P3K.
  • Menyiapkan hiburan dan ide-ide aktivitas selama dalam campervan dan perjalanan. Meskipun padat aktifitas dan petualangan, namun perjalanan darat yang cukup panjang  dan lama terkadang membuat anak-anak bosan. Kita bisa menyiapkan activity book, board games, membawa mainan kesukaan anak-anak, mainan pantai, serta melakukan family games yang sederhana namun seru seperti main tebak-tebakan. Jika Mantau memberikan jatah screen time, maka bisa juga dengan menyiapkan serial/film anak di Netflix yang bisa diputar secara offline.
  • Memastikan anak-anak tetap duduk di carseat masing-masing jika campervan dalam keadaan berjalan. Walaupun di dalam campervan ada tempat tidur yang sungguh jika dibayangkan akan sangat nyaman tidur diatasnya ketika campervan berjalan, namun sebaiknya tetap menjaga dan memastikan anak-anak selalu berada di carseat masing-masing. Bukan hanya sekedar menghindari sanksi jika terkena tilang, namun yang utama demi keamanan bersam

Kecelakaan itu hal yang kadang kita pikir tidak akan terjadi, namun sesungguhnya kita tidak pernah tahu bahwa itu sangat mungkin terjadi. Contohnya kami mengalami kecelakaan yang tidak pernah kami sangka, yaitu tabrakan dengan burung yang sedang terbang hingga menyebabkan kaca depan campervan retak. Alhamdulillah saat itu kami sedang menuju perjalanan pulang dan akan segera mengembalikan campervan, sehingga kami tidak perlu melakukan penggantian mobil. 

Bisa dibayangkan jika kecelakaan yang terjadi lebih besar dan anak-anak tidak duduk di carseat masing-masing. Tentu kita akan menyesal jika kondisi buruk menimpa mereka.

  • Perjalanan bersama anak-anak seringkali tidak bisa memenuhi rencana perjalanan/itinerary yang sudah disiapkan. Kita perlu menyesuaikan waktu perjalanan dengan mood dan kesiapan anak-anak dalam beraktifitas. Maka dari itu, usahakan untuk tidak terlalu ambisius menyelesaikan itinerary yang padat. Fokuslah pada pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak. Biarkan mereka menikmati petualangan di alam sampai merasa cukup dan happy, tidak terburu-buru sehingga mood mereka tidak rusak. Jika mood anak-anak rusak maka biasanya berdampak pada mood orang tua jua. Sayang kan kalau mood kita rusak saat perjalanan yang seharusnya semua happy. Toh kalau dirasa kurang maksimal memenuhi itinerary, kapan-kapan InsyaaAllah ada rezeki lagi untuk kembali.

Demikian pengalaman perjalanan kami, semoga mantau semua suatu hari nanti bisa punya kesempatan untuk berkunjung dan berpetualang menggunakan campervan di New Zealand atau mungkin di negara lainnya. A lifetime experience which is worth every penny and every second

***

Temui Eji di Instagram @reziana

Kolaborasi dengan Kampus Keuangan Keluarga

Kali ini Mamarantau berkolaborasi dengan Kampus Keuangan Keluarga (IG: @kampus.keuangankeluarga) untuk berbagi pengalaman dan tips mengelola keuangan di rantau, terutama untuk mereka yang berencana pindahan ke negara lain. Kolaborasi ini dilakukan melalui zoom meeting yang diselenggarakan pada 14 Maret 2022.

Sebelum acara, Tim Mamarantau (Safitri) mewawancarai tim KKK (Kampus Keuangan Keluarga) untuk mengenal lebih jauh pada foundernya yakni Rizki Laila Harahap (Kiky Harahap) dan Dian Mariesta. Berikut hasil obrolan kami.

Dian Mariesta: Aktivitasku saat ini sebagai penulis buku anak, co Founder Kampus Keuangan Keluarga, Font Designer di Tigadestd dan Ketua Komunitas Ibu Profesional Asia. Suami seorang software engineer dan Font Designer di Tigadestd. Aku, suami dan 1 anak perempuanku tinggal di Malaysia. Sejak 2005, aku sudah tinggal di Malaysia sebagai mahasiswa S1 lalu lanjut S2. Kemudian bekerja selama 2 tahun dan memutuskan untuk resign dari kantor. Sampai saat ini, rezeki keluarga kami masih di Malaysia.

Kiky Harahap: Pekerjaan suami yang membuat kami harus berpindah dari satu negara ke negara yang lainnya. Saat ini domisili di Kuwait. Perjalanan merantau dimulai dari tahun 2011 hingga sekarang. Melakukan sesuatu yang rutin membuat proses adaptasi di setiap tempat menjadi lebih mudah untuk dilewati. Saat ini aku memilih untuk menjadi Financial Trainer dan mengasuh Kampus Keuangan Keluarga secara profesional. Pernah beraktivitas sebagai pelajar dan kemudian berprofesi sebagai guru ketika berdomisili di Malaysia ternyata membuat aku menemukan kalau mengajar dan berkegiatan di bidang edukasi menjadi pilihan yang cukup menyenangkan hati.

Apa sih latar belakang didirikannya KKK dan boleh dishare ga apa mimpi besar KKK?

Kampus Keuangan Keluarga (@kampus.keuangankeluarga) merupakan sebuah platform e-learning yang mengedepankan semangat berbagi dan menularkan habit baik dalam mengelola keuangan. Lebih dari 800 orang sudah belajar bersama kami sejak 2020 hingga saat ini.

Perubahan tata atur hidup, cara memaknai sehat, dan betapa kecilnya kemampuan manusia melalui satu seri pandemi, mengawali perjalanan Kampus Keuangan Keluarga. Tahun 2020 menjadi pembukti akan banyak hal. Salah satunya adalah rendahnya literasi keuangan dan lemahnya fondasi keuangan keluarga Indonesia. Cerita tentang sandwich generation masih seperti gulungan benang kusut yang sulit diurai. Jatuh ke pangkuan tengkulak yang berkedok kredit kekinian belum juga terbendung. Bahkan investasi bodong masih beramai-ramai didatangi orang. Ditambah dengan dunia yang sedang menekan tombol pause-nya, memutiplikasi nominal kesulitan keuangan. Keresahan ini yang kemudian membawa kami (Kiky Harahap dan Dian Mariesta) untuk mengajak orang di sekitar agar bisa meningkatkan literasi keuangan mereka.

Tujuan utama KKK adalah untuk bisa meningkatkan literasi keuangan keluarga dengan berbagai cara. Mulai dari menciptakan zona belajar keuangan yang menyenangkan, mendobrak stigma bahwa belajar keuangan itu sulit dan membosankan, dan menularkan habit baik mengelola keuangan melalui berbagai media. Mimpi besar kami adalah untuk bisa menciptakan 1000 keluarga Indonesia cerdas atur uang.

Podcast Minggu Mikir

Setelah satu setengah tahun berdiri, siapa audience dari komunitas KKK? Feedback apa yang berasal dari audience yang membuat tim KKK makin bersemangat memberikan literasi?

Pada awalnya, kami terfokus kepada keuangan keluarga saja. Kami ingin meningkatkan literasi keuangan keluarga Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu, kami juga melihat bahwa anak muda juga mulai tertarik untuk belajar perencanaan keuangan. Saat ini, peserta di berbagai kelas KKK cukup beragam mulai usia remaja hingga lanjut usia.

Hal paling membuat kami terus hadir sebagai ruang belajar keuangan adalah melihat testimoni teman-teman setelah mengikuti kelas di KKK. Banyak teman-teman merasakan manfaat yang luar biasa setelah mereka belajar bersama kami. Mulai dari semakin rapinya pencatatan keuangan, tahu apa saja hal yang membuat keuangan mereka bocor, memiliki komunikasi terkait keuangan yang baik dengan pasangan, hingga bagaimana pada akhirnya mereka bisa terlepas dari jeratan utang.

Apakah kalian punya pengalaman kurang menyenangkan saat mengelola finansial sehingga menginspirasi berdirinya KKK?

Meskipun komunikasi keuangan tidak pernah menjadi masalah dalam pernikahan kami, tapi karena keduanya baik saya maupun suami tidak pernah membekali diri dengan cara mengelola keuangan dengan baik, banyak sekali keputusan keuangan yang diambil menjadi bumerang bagi kami pada tahun-tahun awal pernikahan. 

Seringkali emosi yang menjadi penentu dalam keputusan yang diambil. Contohnya emosi ketika akan mengganti mobil, mengambil keputusan dengan asumsi akan ada uang yang diterima beberapa bulan kemudian. Atau merenovasi rumah tapi di luar dari kemampuan keuangan yang ada. Ya hal-hal semacam itu, yang ternyata akibatnya bisa fatal. Kami terlilit dengan utang kartu kredit bukan hanya pada satu atau dua kartu, tapi kurang lebih enam sampai tujuh kartu. Bisa dibayangkan bagaimana hidup dari gajian ke gajian tapi hanya untuk melunasi tagihan kartu kredit. 

Kami menyadari kalau tidak cepat diselesaikan, maka keuangan tidak akan pernah sembuh. Dari kejadian ini kami belajar dan juga ingin agar orang lain bisa belajar, untuk menyadari kalau memiliki masalah keuangan dan bisa keluar darinya. Ini lah yang membuat besar keinginan untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga-keluarga lainnya.

Apa tantangan Dian dan Kiky dalam mengatur keuangan di perantauan?

Dian Mariesta:

  • Harus cermat dan smart dalam mengatur pos mudik. Walaupun Malaysia-Indonesia tidak terlalu jauh tapi pos untuk mudik harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin.
  • Di Malaysia ini, banyak sekali orang Indonesia yang tinggal. Sejak pandemi ini, banyak ibu-ibu rantau membuka usaha PO makanan Indonesia. Wah, kalo gak punya pos khusus untuk jajan, bisa-bisa keuangan bolong!
  • Harus tau aturan di negara domisili. Terutama terkait aturan dana pensiun yang diberikan perusahaan dan perpajakan.

Kiky Harahap:

  • Mencari tempat belanja groceries yang masuk akal dengan perbedaan bahasa. PR terbesar setiap kali pindah negara adalah melakukan pencatatan belanja selama 3 bulan pertama dan memilih tempat mana yang paling sesuai untuk belanja rutin mingguan dan bulanan.
  • Biaya transportasi yang lumayan mahal, karena di Kuwait sarana transportasi umumnya kurang memadai, sementara untuk housewife mendapatkan SIM sangatlah sulit. Hal ini mengakibatkan perlu pos tambahan biaya taxi untuk mobilisasi.
  • Summer yang luar biasa panasnya membuat hidup di Kuwait menjadi lebih mahal, karena tempat-tempat outdoor yang gratis jadi tidak bisa diakses. Jadi, hiburan di kala weekend hanyalah ke mall, dan tentu kalau sudah di mall biaya yang dikeluarkan jadi lebih banyak. Selain ini, Kuwait juga negara kecil, jadi ketika summer orang pun berlomba-lomba untuk escape ke luar negeri mencari cuaca yang lebih menyenangkan.
Daftar di bit.ly/kelasmamarantau ya!

Pengalaman apa yang paling berkesan selama memberikan edukasi melalui literasi finansial? 

Dian Mariesta:

Bertemu dengan anak SMP yang mau belajar keuangan. Semangat yang luar biasa! Kebayang dulu waktu aku SMP masih sibuk jajan di warung sekolah tanpa mikirin apa-apa.

Kiky Harahap:

Sebenarnya pengalaman yang selalu berbekas di hati itu kalau ada orang yang aku sendiri gak ingat, mengirimkan pesan dan menyampaikan rasa terima kasihnya karena sudah bisa terlepas dari utang yang selama ini melilitnya. Padahal aku sama sekali gak bantuin untuk melunasi utangnya. 

Pertanyaan terakhir, apa rencana/goals KKK di tahun 2022? 

  • Memperluas dampak.
  • Berkolaborasi dengan berbagai pihak.
  • Membangun sebuah sistem pembelajaran keuangan yang lebih komprehensif.

Merantau di Logan, Utah, Amerika Serikat

Ludia 

Hallo! Saya Ludia, ibu dari 3 anak laki-laki (Evan-5 tahun, Erik-2 tahun, & Edgar-1 bulan). Saat ini saya dan keluarga tinggal di Logan, Utah, karena mengikuti suami yang melanjutkan studi di sini. Sebelum pindah ke Logan, saya dan suami sempat merantau di Korea Selatan selama 11 tahun.

Pengalaman Merantau di Seoul, Korea Selatan

Tahun 2009 merupakan kali pertama saya pergi merantau jauh dari keluarga. Pada tahun itu saya berangkat  untuk melanjutkan studi S2 di Seoul, Korea Selatan. Setahun sebelumnya, suami – Nanang Mahardika – (yang pada waktu itu masih berstatus pacar) sudah lebih dulu memulai studi S2-nya di Seoul. Jadi, itu adalah salah satu alasan kenapa saya memilih Korea sebagai negara tujuan melanjutkan studi lanjutan yaitu supaya bisa bertemu kembali dengan pacar. Hehe.

Pada awalnya saya dan suami hanya berencana untuk kuliah S2 di Korea, lalu setelah lulus kami ingin kembali ke tanah air untuk bekerja dan berkumpul lagi dengan keluarga. Namun, rencana tersebut berubah total karena setelah lulus S2, kami  berdua mendapat kesempatan untuk bekerja di Korea. Tidak terasa kami pun tinggal di Korea hingga lebih dari 10 tahun lamanya. Setelah 11 tahun tinggal di Korea, akhirnya pada tahun 2020 kami memutuskan untuk pindah merantau ke Amerika Serikat karena suami saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi doktoral di Utah State University. 

Utah State University

Suami melanjutkan pendidikan S3 di jurusan Mechanical & Aerospace Engineering, Utah State University.

Kepindahan ke Amerika Saat saat Pandemi COVID-19

Kami pindah dari Korea ke AS pada masa  pandemi, jadi ada beberapa hal khusus yang perlu dipersiapkan sebelum keberangkatan. Pertama, melakukan check up kesehatan dan melengkapi vaksin untuk anak-anak. Tidak lupa mempersiapkan obat-obatan umum yang diperlukan untuk antisipasi apabila terkena sakit pada saat perjalanan. Kedua, memilih rute perjalanan yang minim kontak dengan banyak orang. Dalam hal ini kami memilih maskapai yang ketat dalam menjalankan prosedur kesehatannya, bandara dan tempat transit yang tidak terlalu ramai, juga kota yang tingkat kasusnya tidak terlalu tinggi.

Suasana di Airport Incheon – Dari Busan kami menggunakan flight pagi ke Seoul (Incheon), lalu dari Seoul transit di Seattle(Tacoma) baru lanjut ke SLC Utah. Saat itu transitnya ada pilihan LAX (Los Angeles, CA), tapi waktu itu di LA kasus COVID-nya sedang tinggi dan bandaranya lebih ramai, sehingga aku pilih transit di SEA (Seattle-Tacoma International Airport) yang lebih sepi.

Terakhir, mempersiapkan akomodasi untuk karantina setelah tiba di AS. Kami membawa dua anak balita, jadi tempat yang kami pilih harus sesuai dengan kebutuhan kami tersebut serta aman dengan standar prosedur kesehatan yang baik. Kondisi pandemi ini sempat membuat kami berpikir untuk membatalkan kepindahan kami, tapi pada akhirnya kami jadi berangkat juga.

Ketika transit di Tacoma, Seattle

Proses perpindahan kami dari Korea ke AS tergolong cukup cepat dan lancar. Anak-anak untungnya tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya. Mereka senang sekali karena banyak aktivitas outdoor yang bisa dilakukan di tempat tinggal barunya (Logan).

Di Korea, kami tinggal di apartment yang terletak di tengah kota, jadi kami tidak memiliki halaman sendiri untuk bermain anak. Playground yang ada di daerah apartment kami ukurannya tidak terlalu besar, jadi saat akhir pekan akan penuh dengan anak-anak dan para orang tua yang menemani anak mereka. Sementara itu di Logan kami dapat menikmati taman di belakang dan depan rumah, juga taman kota yang ukurannya jauh lebih luas dari taman kota yang ada di kota tempat kami tinggal sebelumnya.

Bagi saya sendiri, proses adaptasi sedikit lebih sulit daripada suami dan anak-anak. Saya terbiasa dan lebih suka tinggal di kota besar daripada kota kecil yang jauh dari keramaian. Di Logan, toko-toko dan perkantoran pada umumnya sudah tutup jam 5 sore, jadi setelah itu kota terasa sangat sepi. Restoran atau rumah makan juga kebanyakan tidak buka sampai larut malam dan layanan delivery makanan pun terbatas waktu pelayanannya. Berbagai fasilitas umum pun memiliki jam operasi yang terbatas sehingga sebagian besar waktu saya dan keluarga habiskan di rumah daripada di luar rumah. Hal tersebut membuat munculnya rasa suntuk dan bosan, tapi lama kelamaan saya dapat mengatasinya dengan melakukan kegiatan hobi, mengikuti online course, dan juga dengan berolahraga. 

Tempat Favorit di Logan

Saya dan keluarga banyak menghabiskan waktu di akhir pekan dengan bermain di taman atau outdoor playground. Taman yang ada di kota Logan jumlahnya cukup banyak, jadi kami tidak pernah bosan untuk mengunjunginya karena tiap minggu kami coba mendatangi taman yang berbeda. Beberapa taman favorit keluarga kami adalah: Adams Park, Willow Park, Meril Olsen Park, Lundstorm Park, dan Elk Ridge Park.  

Suka-Duka saat Merantau

Setiap hal pasti memiliki nilai plus dan minusnya, begitu juga dengan merantau. Saya dan keluarga pernah mengalami masa-masa suka dan duka selama di perantauan. Sebagai orangtua dengan tiga anak yang masih kecil, tentunya saya dan suami sering merasa lelah karena harus melakukan berbagai hal terutama urusan domestik tanpa bantuan siapapun. Namun dengan kerjasama dan pengaturan waktu yang baik,lama kelamaan kami mulai bisa menemukan ritme yang pas agar kami tidak merasa terlalu lelah dalam mengurus rumah atau mengerjakan urusan domestik rumah. Mungkin hal tersulit yang pernah saya alami yaitu saat melahirkan anak ketiga di masa pandemi. Dulu saat melahirkan anak pertama dan kedua di Korea, orangtua saya dan suami bisa datang berkunjung untuk membantu dan menemani saya di rumah. Sedangkan pada saat melahirkan anak ketiga saya di AS, orangtua/keluarga dari Indonesia tidak dapat berkunjung atau menemani. Pada saat hari H melahirkan saya hanya ditemani oleh suami, anak-anak kami dititipkan di rumah penitipan anak yang buka 24 jam karena kami tidak memiliki kerabat dekat di Logan dan rumah sakit pun tidak memperbolehkan membawa anak kecil untuk berkunjung/menginap. Hal tersebut terlihat tidak mudah, namun setelah dijalani ternyata saya dan suami mampu melewatinya dan kami menjadi pribadi yang lebih mandiri juga kompak sebagai pasangan. 

Selain duka, tentu ada sukanya dalam merantau. Saya dan keluarga bisa belajar bahasa juga budaya di negara tempat kami tinggal, bisa kenal banyak orang dan punya banyak teman dari latar belakang yang berbeda, dan bisa jalan-jalan ke tempat-tempat menarik tentunya..hehe.. Salah satu tempat menarik yang pernah kami kunjungi di Utah adalah taman nasional Bryce dan Zion yang terkenal dengan pemandangan canyon-nya. Saya ingin sekali nantinya bisa mengajak anak-anak untuk mengunjungi berbagai tempat menarik di AS ini supaya mereka mendapat pengalaman berbeda dan belajar hal-hal baru di tempat tersebut. 

Tulisan pendek saya ini mungkin belum memberi gambaran atau info yang cukup mengenai pengalaman merantau di kota Logan. Apabila ada yang tertarik atau ingin memperoleh info lebih lagi, bisa kontak saya langsung melalui akun sosial media (IG: @iniludi & @themahardikas, Twitter: @ludiaekaferi, FB: Ludia Eka Feri).

***

Merantau di Linköping, Swedia

Hestu Rahmayani – I received Swedish Institute scholarship and firstly arrived in Sweden in 2014 for studying Master in Child Studies at Linköping University. Now I am working as a preschool teacher. Other than working as a teacher, I am also a movement enthusiast who enjoy yoga and learn about functional and embodied movements. My interest in movements grow when I started learning about yoga. The more I learn about movement, the more I understand how moving my body in everyday life give me a lot of benefits. I get a clear mind and less stress when I move regularly, either in a form of training or just walking with my son. I wrote in hestu.rahmayani.com a media to share my movement practice, with the hope that you can also start to move every day.

Pengalaman Merantau

Di tahun 2014 saya mendapat beasiswa dari Swedish Institute untuk kuliah di Master program in Child Studies di Linköping University. Saya tiba di Linköping di bulan Agustus 2014.

Saya suka dengan kota ini karena kotanya tidak terlalu besar. Selain itu kota ini cukup tenang dan kontur alamnya datar sehingga kemana-mana bisa naik sepeda.

Untuk fasilitas umum hampir semua kota di Swedia sangat bagus, jadi tidak hanya di Linköping saja. Linköping adalah salah satu kota dari wilayah Östergötland. Östergötland sendiri terdiri dari tujuh kota yaitu Linköping, Norrköping, Mjölby, Motala, Söderköping, Vadstena dan Skänninge. Hanya ada satu universitas di wilayah ini, yaitu Linköping University. Jadi Linköping bisa disebut juga kota mahasiswa.

Sebenarnya tidak ada tantangan berat tinggal di kota ini, karena kebetulan saya tidak suka tinggal di kota besar. Hidup di Linköping ini cukup tenang dan nyaman. Karena kotanya tidak begitu besar, maka tempat perbelanjaan tidak begitu banyak. Walau tidak begitu banyak, toko-tokonya cukup lengkap dan mudah dijangkau. Pada umumnya tantangan terbesar tinggal di Swedia itu adalah mendapat teman asli Swedia yg ingin sosialisasi dengan pendatang. Karena kebanyakan orang Swedia mungkin tidak seterbuka penduduk eropa selatan. Orang Swedia cenderung lebih sungkan untuk membuka diri dengan orang asing. Selama tinggal di Swedia, sebagian besar teman dekat saya adalah penduduk pendatang.

Tempat Favorit

Tempat favorit saya di Linköping yaitu di Stångån, sebuah area dekat kanal. Di sana saya suka sekali jalan kaki sambil mengasuh anak saya, karena lingkungan sekitarnya dekat kanal jadi walau sudah berkali-kali jalan kaki, saya tidakk bosan. Dengan berjalan kaki menyusuri area tersebut, saya bisa menikmati indahnya suasana alam sekitar kanal yg menghubungkan Göta Kanal di seluruh area Östergötland.

Festival di Linköping

Festival atau perayaan yg paling asik itu biasanya saat musim panas tiba, khususnya pertengahan Juni. Di pertengahan Juni ini ada perayaan “midsommar” atau mid-summer. Dalam perayaan ini, dipasanglah tiang “midsommarstången” atau “maypole”, kemudian orang-orang berdansa mengelilingi maypole tersebut sambil bernyanyi “Små Grödorna” atau dalam bahasa Indonesia Katak Kecil. Yg lebih seru lagi, lagu ini nadanya persis sama seperti lagu Kodok Ngorek. Apakah ini kebetulan? 🙂

Pengalaman Menarik

Saat masih kuliah, saya bekerja part time mengajar yoga dan sebagai “vikarie” atau staf pengajar pengganti guru yg sedang sakit. Sebelum lulus saya dikontrak untuk bekerja temporary di sebuah PAUD selama satu tahun. Walaupun bahasa Swedia masih belepotan, saya berusaha meyakinkan para staf dan kepala sekolahnya agar menerima saya bekerja disana. Jadi ini modal nekat sih 🙂

Kemudian di tahun 2016, setelah lulus, saya pun diangkat sebagai pegawai tetap di tempat tersebut. Walaupun lulusan master, saya bekerja (hanya) sebagai asisten guru. Karena saya tidak ada sertifikat mengajar dari Departemen Pendidikan Swedia. Untuk bekerja di sektor pendidikan di Swedia tidaklah mudah. Di samping harus bisa bahasa, saya juga harus punya sertifikat mengajar agar bisa diangkat sebagai guru. Akhirnya setelah menyelesaikan kursus bahasa level SMA, saya dapat mendaftarkan diri untuk sertifikasi. Sayangnya pengalaman mengajar SD dan TK di Indonesia tidak dipertimbangkan. Departemen Pendidikan Swedia hanya melihat pendidikan Sarjana Pendidikan saja sebagai syarat sertifikasi. Di tahun 2020, akhirnya saya mendapat sertifikat tersebut, namun bukan sertifikat guru TK yg didapat. Tapi sertifikat guru SD khusus untuk mengajar matematika dan kesenian. Jika ingin mengajar di SD, saya harus ikut kuliah penyetaraan selama 1 – 2 tahun. Tidak mudah memang untuk bekerja di sektor ini, namun semuanya harus tetap dijalani dengan penuh perjuangan dan kesabaran.

Di waktu senggang aku adalah host di podcast Perantau Bercerita. Perantau Bercerita adalah sebuah media untuk berbagi cerita tentang kehidupan perantauan. Selain itu ada juga segmen “ngobrolin apa” sebagai sarana beropini tentang berbagai topik yang muncul dalam perantauan. Keep in contact: Instagram: @perantau_bercerita, podcasthestu@gmail.com, hestu.rahmayani.com.

Berbagi Resep Mudah

Hallo nama saya Vivi Nowotny, asal Bandung. Menikah seorang laki-laki dari Austria. Pernikahan kami di Bandung tepatnya 12 tahun lalu, setelah 6 bulan menikah saya pindah ikut suami pindah ke kota Steyr di Upper Austria.  

Merantau di Steyr

Steyr termasuk salah satu kota terindah di Austria, jadi banyak turis datang kesini. Selain kota bersejarah, pemandangan yang sangat indah dan objek wisata menarik lainnya.

Sekilas pemandangan di Kota Steyr

Oh ya, kembali lagi cerita tentang saya, satu tahun setelah pernikahan. Lahir anak perempuan kami yang pertama. Awal tinggal disini saya harus banyak beradaptasi. Seperti kebanyakan perantau tentunya, baik beradaptasi dengan bahasa, lingkungan, budaya, cuaca dsb. Lambat laun semuanya terbiasa. Biarpun begitu ada yang susah untuk di adaptasi dengan diri sendiri yaitu saat kangen keluarga, teman, juga wisata kuliner di Indonesia, haha. 

Biasanya kami setahun sekali pulang kampung, tapi di tahun 2012 dan 2015 kami pindah dan tinggal di Jakarta karena kebetulan suami harus tugas kerja lama di Jakarta. Saat di Jakarta saya melahirkan anak perempuan yang kedua. Tiga tahun itu terasa cepat sekali, karena di saat anak-anak sudah terbiasa dengan Jakarta, dekat dengan keluarga dan teman teman, kami harus kembali lagi ke Austria. 

Sedikit flashback tentang saya, sebetulnya tidak ada yang istimewa, jadi sebelum menikah saya pernah berkerja di salah satu Event Organizer – Promotion Services di Bandung selama kurang lebih 8 tahun. Dunia dapur sudah tidak asing bagi saya, sejak kecil terbiasa melihat dan membantu nenek yang kebetulan berjualan makanan dan catering. Jadi buat saya memasak itu pengobat kangen. Kembali lagi ke awal pindah ke Austria, karena masak adalah obat kangen. Hampir tiap hari saya memasak.

Let’s Get Baking Together

Saat di waktu senggang suka browsing internet (waktu itu belum zamannya smartphone). Dan tentu punya di salah satu media sosial yang booming waktu itu Facebook. Saya mulai berkenalan dengan teman-teman di tanah air dan mulai posting foto, saya lebih suka memosting hasil foto masakan di FB dan tidak disangka dengan begitu bisa banyak berkenalan untuk sharing resep dan pengalaman di dapur. Buat saya itu hobby yang sangat positif. Singkatnya saya berkenalan dengan teman teman satu hobby. Kami berempat sepakat membentuk group baking online LBT (Let’s Get Baking Together ) salah satu grup baking yang ada di FB.

LBT grup adalah wadah untuk para pecinta dunia baking. Kita berbagi resep, tips and trick, bahan bahan kue, juga order Kue untuk para bakulers dsb. Lebih dari itu kami seperti keluarga besar. Bermula dari 4 orang hingga sekarang anggota kami 300 orang lebih ( kami meyeleksi terlebih dahulu yang ingin bergabung ) dan sekarang LBT pun ada di Instagram. 

Dan disini saya sekarang bekerja dan sekolah di bidang Gastronomi. Tidak jauh dari dunia perdapuran. Dapur adalah tempat yang paling saya senangi, bagi saya cooking and baking is my passion. Perdapuran membuat saya relaks dan memacu saya untuk beraktivitas, berkreasi dan kreatif, terutama menghidangkan untuk keluarga tercinta. 

Saya ingin sharing juga beberapa hasil kreasi dari dapur yang mungkin bermanfaat dan step by stepnya bisa lihat di YouTube channel saya melalui tautan ini.

Scallion Flower Rolls 

Adalah satu satu jenis Dimsum dengan bentuk yang menarik. Bahan bahannya hampir sama, dalam cara membuat atau membentuk ada 2 versi, menurutku lebih mudah menggunakan bantuan sumpit untuk membentuknya. 

Bahan : 

300 g Tepung serba guna

170 g Susu hangat kuku

3 g Dried Yeast ( Ragi kering )

15 g Gula pasir ( kurleb 3 Sdm ) 

1/2 sdt Garam 

1 batang Daun Bawang

Minyak untuk olesan

Garam untuk taburan secukupnya

BENEDICT BARS 

Benedict Bars berasal dari Afrika Selatan, lapisan shortbread dengan topping selai raspberry dan irisan almonds. Teksturnya yang lumer di mulut dan dengan rasa manis raspberry jam, mmm bikin nagih :D. Pembuatannya sangat mudah dan cepat. 

Bahan shortbread : 

150 g Unslated butter  (room temperature) + extra untuk olesan loyang

225 g Tepung serba guna

25 g Maizena 

1/2 sdt baking powder 

Bahan Topping : 

80 g Unslated butter 

30 g Gula pasir

1 sdt Vanilla essence

150 g Flaked almonds ( almond iris )

3 sdm Susu cair

Raspberry Jam – secukupnya 

BAEURNKRAPFEN

BAUERNKRAPFEN adalah salah satu kue / makanan khas dari Austria. Kebetulan saya tinggal lama disini jadi mengenal makanan khas disini. 

Untuk Bauernkrapfen sendiri mungkin sudah tidak asing karena bahan dasarnya hampir sama dengan bahan pembuatan roti goreng lainnya. Karena bentuk yang berbeda dan asal daerah, Nama makanan itu pasti berbeda pula. Bauern yang berati Farmer / petani. Krapfen yang berarti kue Donat. Jadi.. BAUERNKRAPFEN artinya Donatnya para Petani dari Austria 😀 

Bahan kering : 

255 g  : 120 g Tepung serba guna + 135 g tepung protein tinggi 

40 g Gula pasir

1/2 sdt Garam

1/2 sdt Cinnamon bubuk

1/4 sdt Pala bubuk / parut

Bahan Basah : 

120 g Susu hangat suam-suam kuku

40 g Butter cair

1 butir Telur kocok lepas

5 g Ragi Instant 

Mie dari Tepung Hun Kwe 

Bahan : 

1 bungkus Hun kwe ( 120 gram )

250 gram Air suhu ruang

1 Liter Air 

1 batang Mentimun, iris korek api

1 batang Worten, iris korek api 

Bahan Saus : 

1 sdm Kecap kikkoman

1 sdm Air jeruk nipis ( atau Balsamico vinegar )

1 sdt Minyak wijen

1 sdm Madu

1/4 sdt garam

1/4 sdt penyedap ( optional )

Bahan taburan : 

Irisan bawang daun

Wijen secukupnya 

Flaky Biscuits 

Bahan:

255 gram tepung serbaguna

1 1/2 sdt baking powder

1/4 sdt soda kue

1 sdt garam 

90 gram unsalted butter beku, parut dan kembali di bekukan sebelum digunakan. 

150 ml buttermilk (* lihat catatan. 

2 sdm butter cair dingin, untuk olesan. 

Stik Kipas 

Takaran bahan sudah pas untuk membuat Stik ini ringan, renyah, dan tahan lama. Cocok untuk isi toples hari raya nanti !

Resep Stik Kipas 

Bahan : 

255 gram Tepung terigu serba guna

6 gram Tepung tapioka / sagu tani

18 gram Olive oil ( bisa memakai Sunflower oil / Minyak Sayur ) 

75 gram Air suhu ruang

28 gram Telur yang sudah di kocok lepas

1 sdt wijen 

1 sdt Mushroom / Veggie powder ( chicken powder )

1/2 sdt Bawang putih bubuk

1/2 sdt Garam 

Selamat mencoba! Semua resep dapat disimak tutorialnya di YouTube Vivi Nowotny dan IG @vivi_nowotny ya!


Merantau di Zurich

Nurul Asyifa Munawar – 𝗦𝘆𝗶𝗳𝗮 – 𝗧𝗿𝗮𝘃𝗲𝗹 𝗩𝗹𝗼𝗴𝗴𝗲𝗿. Indonesian Living in Switzerland, accompanying her husband pursuing a Ph.D. in ETH Zurich. Syifa loves photography, explores her current country and also makes youtube about travel inspiration in Switzerland

Saya dan suami sudah 4 tahun merantau dari Indonesia, sejak tahun 2016. Sebelumnya kami adalah sahabat sejak berkuliah S1 di ITB. Kemudian kami melanjutkan studi S2 di Inggris, saya di University of Birmingham dan suami di University of Edinburgh. Setelah lulus S2 kami menikah. Saya pindah dari Inggris ke kota Zürich, Swiss karena setelah lulus S2, suami langsung meneruskan ke jenjang PhD, dia mendapatkan posisi S3 di ETH Zürich. Saya pun ikut mendampingi.

Tentang Zurich

Zürich adalah kota terbesar di Swiss dan memiliki airport & stasiun kereta terbesar dan tersibuk di negara ini. Zürich merupakan salah satu pusat keuangan terbesar di dunia dan ibukota keuangan Swiss. Karena itu, tidak mengherankan bahwa kota ini sering dicap sebagai kota termahal dunia.

Foto di atas saya ambil dari lantai teratas St. Peter Kirche saat musim panas di hari yang cerah, sayangnya ini bukan tempat yg bebas untuk dimasuki, saya ke sana saat tour bersama women integration course.

Suasana Winter di Kota Zürich. Tahun ini salju lebih sedikit turun dibandingkan tahun kemarin. Salju yang turun di perkotaan Swiss seperti di Zurich, biasanya hanya turun sebentar dan tidak tahan lama, maksimal 1-3 hari. Berbeda dari salju2 yang turun di desa dan pegunungan Swiss, mereka awet dan tahan selama berbulan-bulan.

Kota lokasi film Crash Landing On You ini terkenal dengan gaya hidup dan belanja mewah. Akibatnya harga apapun di sini mahal-mahal, kecuali air minum, terdapat 1200 water fountain tersebar di kota ini siap minum.

Objek wisata di Zurich diantaranya ; Zurich Bahnhof, Bahnhofstrasse, Old town, Lindenhof Hill, Munsterbrucke, Lake Zurich. Rata-rata terkonsentrasi di pusat kota (zona 110) bisa jalan kaki atau naik tram dgn harga tiket transport 24jam, 8.8chf 133ribu rupiah/orang.

Hal yang Paling Disukai Selama Tinggal di Zurich

1. Transportasi Umum

Kendaraan umum di sini bersih, nyaman dan sangat tepat waktu, jarang sekali telat. Jarak antar kota pun tidak begitu jauh; dari Zurich ke Luzern, Bern, dan Basel dapat ditempuh 1 jam dengan kereta. Penduduk disini biasanya hanya membayar setengah dari harga tiket transport, karena berlangganan half-fare card seharga 185 chf yang bisa diperpanjang setiap tahun.

2. Suasana kota dan alamnya indah, bersih, dan kualitas airnya terjamin.

Kota-kota di Swiss, terutama di Zurich sangat bersih, bisa dibilang hampir tidak ada sampah di jalan, danau-danaunya pun airnya sangat bersih dan jernih. Selain itu Swiss juga terkenal dengan keindahan alammya yang dramatis, pedesaan dan gunung alpennya pun mudah dijangkau dengan bus, kereta ataupun kereta gantung. Kualitas airnya pun terjamin aman, tidak perlu khawatir minum air keran disini. Di kota Zurich tempat saya tinggal terdapat 1200 air mancur siap minum.

3. Lokasi negara sangat strategis, diapit oleh berbagai negara.

Jika kita lihat di Google Maps atau peta, lokasi Swiss diapit oleh berbagai negara, diantaranya Prancis, Jerman, Italia, Leichesten, dan Austria. Dalam beberapa jam perjalanan kita dapat sampai di Negara lain.

Contoh; dari Kota Geneva, Swiss ke Annecy, Prancis hanya 2 jam dengan bus. Saya dan suami pun suka berlanja kebutuhan sehari hari di kota perbatasan di Jerman yg hanya 1 jam dari Zurich, karena harga barang dan makanan di Jerman jauh lebih terjangkau dari Swiss. Untuk lebih lengkap/detailnya mengenai enaknya tinggal di Swiss bisa ditonton di youtube saya di sini ya.

Tantangan Selama Tinggal di Kota Zurich

1. Serba mahal

Hal yang paling sulit diterima ketika pindah ke sini adalah mahalnya semua harga dibandingkan dengan negara tempat saya tinggal sebelumnya. Apalagi saya tinggal di Kota Zurich, kota termahal di Swiss.

Saya kaget mengetahui harga nonton di bioskop untuk film berbahasa inggris di sini mencapai 20 Swiss Franc /orang (chf = swiss franc), 1 chf sekitar 17000 IDR. Harga makanan yang paling mahal di Supermarket Swiss adalah daging sapi harga sekilonya disini 25-75 chf per kg (384-1,1 juta/ kg) sedangkan di negara tetangga, Jerman hanya 6,5-12 euro per kg. Harga makan di restaurant biasanya diatas 60 chf untuk berdua, harga kebab termurah pun di swiss diatas 15 chf. Belum lagi harga apartemen studio di kota diatas 1000 chf/ bulan, kita wajib bayar iuran TV walaupun kita tidak pakai 400 chf/ tahun dan tiap bulan harus bayar asuransi diatas 350 chf/orang.

2. Kendala Bahasa

Di Swiss terdapat 4 bahasa official, yaitu Jerman, Prancis, Italia, dan Romansh. Kota Zurich terletak di wilayah Swiss yang berbahasa Jerman, walaupun demikian untuk sehari2 orang lokal berbicara dengan dialect Swiss-Jerman. Awal mula ke sini saya tidak mengerti dengan bahasanya (sampai sekarang saya masih belajar) beberapa orang disini sangat tersinggung jika kita berbicara dengan mereka langsung menggunakan bahasa Inggris.

3. Orang lokal cenderung tertutup, toko-toko tutup di hari libur dan Minggu, sedikit pilihan.

Hal menantang ketiga yang saya alami selama tinggal di Swiss adalah orang local cenderung tertutup; rata-rata tidak suka dengan kebisingan/ keributan, butuh proses untuk bergaul dengan mereka, yang pasti kita harus berbicara dengan bahasa Jerman.

Berbeda dengan di UK, salah satu negara surganya belanja, banyak sekali pilihan toko dan barang, toko-toko di Swiss pilihannya sangat terbatas di Swiss hanya ada 3 jenis Supermarket utama yang paling sering ditemui, yaitu Coop, Migros, dan Denner. Supermarket tambahan yang biasanya ada di kota besar, yaitu Aldi dan Lidl. Semua toko pukul 20.00 malam sudah tutup dan setiap hari libur dan hari Minggu supermarket tutup. Untuk lebih lengkap/detailnya mengenai kendala tinggal di Swiss bisa ditonton di YouTube saya berikut.

Keindahan Pemandangan Alam di Swiss

Zermatt – Desa bebas kendaraan bermotor terletak di Swiss Kanton Valais yang dapat ditempuh 3,5 jam naik kereta dari kota Zurich. Dari sini kita bisa melihat puncak Gunung Matterhorn.

Gunung Matterhorn
Suasana desa Zermatt saat musim gugur

Bangunan di atas adalah Chalet yang merupakan rumah tradisional Swiss. Bangunan-bangunan tua yang mendominasi desa Zermatt terbuat dari larch, pohon konifer, banyak ditemukan di daerah dingin belahan bumi utara. Kaya akan getahnya dan kayunya sangat tahan terhadap hama. Paparan sinar matahari dan cuaca bertahun-tahun menggelapkan kayu membuat warnanya menjadi hitam. Akibatnya, bangunan menjadi jauh lebih efektif dalam menyerap dan menyimpan panas.

Lauterbrunnen

Desa bak negeri dongeng, yang terdiri dari 72 air terjun, destinasi wisata wajib bagi para turis di Swiss, saya suka dengan desa ini karena jika menggunakan Swiss Day Pass atau travel pass kita gratis naik funicular (kereta gantung) dan cable car (biasanya naik cable car/funicular ada tambahan biaya) ke Gimmewald dan Murren yang merupakan desa di atas tebing Lauterbrunnen.

Jangan lupa untuk mencoba makanan khas Swiss yaitu cheese fondue.

Makanan khas Swiss Cheese Fondue di Lauter Brunnen

Gunung Bettmeralp dan Gunung Rigi

Gunung Bettmeralp terletak di Kanton Valais. Gunung Rigi terletak di dekat kota Luzern, kota tercantik di Swiss. Gunung Rigi terkenal sebagai the Queen of Switzerland Mountain. Dua gunung ini favorit saya di Swiss karena selain pemandangannya yang indah, kita tidak perlu tambahan biaya untuk naik ke puncak gunungnya, gratis dengan swiss day atau travel pass, biasanya untuk ke puncak gunung di Swiss kita perlu tambahan biaya.

Suasana winter di Bettmeralp

Desa Grindelwald

Grindelwald, salah satu desa gunung terbesar di Jungfrau Region. Lokasinya hanya 38 menit naik kereta dari Lauterbrunnen, di sini suasana lebih ramai turis dan banyak pertokoannya. Pemandangannya sangat indah dan dramatis karena desa ini dikelilingi berbagai gunung. Di luar pusat desa, terdiri dari chalet-chalet di padang rumput berbukit, tersebar di area yang cukup besar. Di Grindelwald kita dpt berkunjung puncak Grindelwald First, banyak aktivitas outdoor yang bisa dilakukan disana. Sayangnya kesana tidak dicover day/travelpass. Harga return ticketnya 72chf, 634 ribu/orang (disc 50% u/travelpass).

Foto ini diambil pada akhir April, saat musim semi dimana rerumputan berwarna hijau, cuaca sejuk dan salju di gunung masih ada dan tampak jelas.

Mürren

Salah satu desa yang menggambarkan desa sempurna di Pegunungan Alpen Swiss: tidak ada mobil, gunung di sekelilingnya, dan lereng serta hutan hijau. Pemandangan inilah yang kita lihat sesampainya di Desa Mürren setelah perjalanan 40 menit di udara dengan gondola lift.

Desa kecil & tertinggi di Jungfrau Region ini sangat cocok untuk pendaki, keluarga atau siapapun yang mencari ketenangan & kedamaian di Alpen. Saat winter di sini terdapat banyak salju.

Museum Einstein

Museum favorit saya di Swiss, di museum ini kita bisa melihat sejarah Albert Einstein, ilmuwan terkemuka dunia, penemu teori relativitas, peraih nobel fisika yang tinggal dan bersekolah di Swiss, riwayat hidupnya dari lahir hingga akhir hayatnya diceritakan dengan jelas di Museum ini.

A must-visit museum in Switzerland, Museum of Einstein, the world’s most prominent scientist. Einstein’s Inventions best known for his theory of relativity and the equation E=MC2, which foreshadowed the development of atomic power and the atomic bomb. He won the Nobel Prize for Physics in 1921 for his explanation of the photoelectric effect. Einstein is generally considered the most influential physicist of the 20th century.

Museum ini terletak di Kota Bern, 1 jam dari Kota Zurich dengan kereta. Tempat wisata terindah di swiss lainnya dapat dilihat di Youtube saya berikut.

Aktivitas di Zurich

Aktivitas saya selama tinggal di sini adalah mengikuti sekolah bahasa Jerman program dari pemerintah kota Zurich terdiri dari level A1 hingga B1, kelas yang saya ikuti adalah khusus untuk wanita dan menyediakan tempat penitipan anak.

Bersama teman-teman di kelas bahasa Jerman

Kemudian, saya juga mengikuti sekolah integrasi yang dikhususkan untuk seluruh wanita yang berada di kota Zurich. Rata2 yang ikut kelas ini adalah para istri dari suami yang bekerja di Kota Zurich. Salah satu aktivitasnya berkunjung ke Balai Kota Zurich menonton rapat parlemen pemerintah kota Zurich. Dari kedua sekolah tersebut saya mendapatkan teman dari berbagai negara.

Di waktu senggang saya juga membuat youtube channel – Syifa in Switzerland Vlog – seputar kehidupan dan informasi destinasi wisata di Swiss.


Semua foto adalah karya Syifa – pengalaman Syifa di Swiss dapat diikuti di Instagram: @syifa_in_switzerland dan Youtube: Syifa in Switzerland Vlog.

Merantau di Ontario

Astarina Maulida – Hai, aku Asta, mamarantau yang baru setahun menetap di Mississauga, sebuah kota di Ontario, Kanada. Kota ini cukup dekat dengan Toronto. Sebelum merantau aku dan suami berwiraswasta di Jakarta. Kami memutuskan untuk pindah ke Kanada demi pendidikan anak, karena sebelumnya suami juga bersekolah di Kanada sejak SMA. Saat ini aku dan suami bekerja dan anakku, Kioko bersekolah di TK di tingkat senior kindergarten.

Kali ini aku mau mengajak melihat sisi beratnya hidup di Kanada, yang pasti nggak hanya yang senang-senang aja. Selalu ada dua sisi dalam satu koin.

Summer
Winter

Apa aja nggak enaknya? Winter yang extreme sampai -35 derajat, summerpun sampai +40. Pencarian kerja yang sulit dan harus rela kerja kasar untuk banyak imigran, bahkan ada lho yang di negara asalnya itu dokter dan doktor phd tapi saat di sini harus ikhlas jadi uber driver. Kok gitu? Jangan lupa kualitas pekerja dari Kanada itu sangat bersaing. Harga rumah di sini juga mahal, di kota ini 500,000 CAD (5,5M) dapetnya rumah kecil. Kalau mau agak besar budget segitu di condo atau pinggiran kota lagi. Ada harga ada rupa, semakin jauh dari kota pasti commuting time nya bertambah. Harga plan internet hape juga mahalita, paksuami bilang termasuk salah satu yang termahal di dunia. 

Pajak pun, kalau belanja tax di province ini 13%, kalau makan kudu kasih tip lagi 10-15%. Belum lagi pajak penghasilan dari gaji minimal 20% maksimal 50%. Semakin tinggi gaji semakin besar potongannya. Untuk yang kerja di luar negeri tapi anak istri menetap di kanada pun si penghasilan suami dikenakan tax sebesar di Kanada karena keluarganya dianggap menikmati fasilitas di Kanada. Di luar harga yang mahal dan cuaca, jangan lupa culture yang berbeda dengan Indonesia, terutama aku suami dan Kioko itu minoritas lho, apalagi aku super visible minority (berjilbab). Oya di sini pekerjaan rumah tangga juga kudu gotong royong sama suami, bayangin masak, nyapu ngepel, cuci baju, cuci piring, anter anak sekolah, mandiin anak, didik anak, anter les anak, endesbre kalau nggak dikerjain berdua gimana bentuk rupa sang istri, haha. Belum lagi kalau istri kerja, harus urus daycare sampai anak usia 10 tahun yang biayanya lumayan menguras kocek.

Jadi hidup di Kanada nggak hanya plus, terlihat enak atau ”asik banget tinggal di luar negeri”. Saat menentukan pindah, semua konsekuensi harus kita terima. Aku dan suami tipe yang menikmati perjuangan ini, karena kita kebiasa berjuang, malah saat nyaman kita nggak tenang. Tentunya banyak juga positifnya tinggal di sini, tapi menurutku nggak fair jika hanya melihat di satu sisi yang indah. Justru hidup itu indah karena ada positif dan negatif dalam satu ruang. Embrace BOTH and enjoy…! 


astarina.maulida@gmail.com IG: @astarinamaulida