Bismillah Teman Rantau! Perkenalkan saya Gita Bianti dan keluarga Cakrabuana, yang saat ini sedang merantau di Kurdistan. Ini kali keduanya kami merantau di Kurdistan.

Sebelumnya 10 tahun lalu, kami juga pernah tinggal di di Kurdistan juga, di kota Sulaymaniyah. Jodoh kami memang kayaknya merantau di Irak utara sini! 😀

Sulaymaniyah

Saat ini, kami tinggal di Erbil, ibukota dari daerah otonomi Kurdistan. Kami berada di Kurdistan mengikuti suami yang bekerja di Erbil. 

Tinggal di Kurdistan, Aman kah?

Kurdistan adalah wilayah geografis yang meliputi bagian dari beberapa negara di Timur Tengah, termasuk Iran, Irak, Suriah, dan Turki. Namun, perlu dicatat bahwa Kurdistan bukanlah negara yang diakui secara resmi oleh komunitas internasional.

Persepsi saudara, kerabat dan teman sewaktu dengar kami tinggal di irak, sungguh memang membuat mereka otomatis bertanya, aman Git? Alhamdulillah, walopun Irak terdengar sebagai negara yang kurang aman akibat bertahun-tahun terjadi perang, namun tinggal di Kurdistan alhamdulillah sangat aman dan nyaman. Boleh dibilang Irak Arab (Irak dengan mayoritas suku Arab) dan Irak Kurdistan (Irak dengan mayoritas suku Kurdi) cukup jauh berbeda, mulai dari segi bahasa dan budaya.

Bahasa kurdi jika didengar beda dengan bahasa arab, walaupun mereka bisa juga berbahasa Arab. Perlu diketahui, suku Kurdi adalah suku yang tinggal di daerah pegunungan dan mereka tersebar di Turki, Iran, Irak utara dan Syiria. Saat  Saddam Husein berkuasa, untuk mencapai kedamaian di dalam negeri, maka ia memberikan suku Kurdi irak daerah otonomi khusus di wilayah Irak Utara dan masih berlangsung hingga saat ini.

Makanya boleh dibilang Kurdistan ini kurang lebih seperti negara dalam negara karena Kurdistan memiliki presidennya sendiri, kementrian sendiri, dan meski belum diakui secara internasional, banyak juga kantor konsulat dari berbagai dunia yang membuka perwakilan konsulat  di sini. Begitupun dengan visa  ke Kurdistan, visa kami tidak dikeluarkan oleh Pemerintah Irak, tapi dikeluarkan oleh Pemerintah Kurdistan. Jadi, kalau semisal kami ingin pergi keluar dari wilayah Kurdistan buat pergi ke Baghdad misalnya, kami butuh visa Irak, karena visa kami hanya terbatas bisa untuk di Kurdistan saja.

Oh ya satu lagi, mungkin karena ini wilayah yang sensitif dengan perang, maka jangan heran kalau para penjaga keamanan di apartemen, sekolah, kantor, biasanya mereka memakai senjata laras panjang. Di sini keamanan benar-benar dijaga serius. Sangat lazim kalau melihat ada pejabat yang lewat dijalan, tentara yang mengawal di depannya biasanya naik mobil yang selayaknya seperti mau ke medan perang. Walaupun demikian ya tetap sampai detik ini rasanya gak pernah ada berita tentang penembakan yang sembarangan. Dan di sini dari perbatasan satu kota ke kota yang lain selalu ada check point, buat nge-check identitas kita (iqamah/visa). Di setiap check point kadang mereka tanya-tanya kita mau kemana, darimana dan kadang diminta buat buka bagasi mobil. Tapi ya sekali lagi, mungkin awalnya awkward cuma lama-lama ya biasa karena sebetulnya ini memang standar keamanannya mereka.

Suku Kurdi Gemar Piknik!

Di sisi lain karena faktor budaya, cuaca dan wilayah tinggal mereka, suku Kurdi ini gemar sekali berkegiatan di luar rumah. Apalagi jika sudah mulai musim semi, maka mereka akan sibuk piknik di sepanjang musim ini. Piknik nya bener-bener piknik di  lahan manapun yang mereka temui, dipinggiran jalan highway pun gak masalah gelar tikar, lengkap dengan perlengkapan bbq mini, dan seringkali mereka piknik sambil memakai baju tradisional mereka.

Salah satu momen penting bagi para Kurdish adalah Newroz atau tahun baru Persia yang biasanya berlangsung di akhir bulan Maret. Dan Newroz ini biasanya sekolah bisa libur sampai 2 minggu dan kantor swasta maupun pemerintahan libur selama seminggu. Dan di masa Newroz ini di hamparan rumput yang masih hijau di jalanan, di taman, pegunungan akan penuh dengan orang-orang yang piknik.

Traveling di Kurdistan

Kalau untuk travelling, sebetulnya daerah Kurdistan ini cocok buat yang menggemari wisata alam. Kalau suka hiking, atau sekedar duduk-duduk tadabbur alam,  melihat pegunungan, ada banyak tempatnya di Kurdistan. Musim terbaik buat jalan-jalan tentu di awal spring dan fall. Karena kalau sudah summer, di Erbil bisa mencapai 50 derajat celcius! Dan winter Erbil juga cukup dingin dan  bisa ada salju juga (walopun gak setiap tahun ada). 

Buat kami, seringnya pergi ke beberapa kota di sekitaran Erbil. Kalau winter misalnya, bisa pergi ke Korek Mountain liat salju yang setiap tahun pasti turun disini sambil menikmati pemadangan putih dari atas teleferic.

Korek Mountain

Kalau di Erbil sendiri ada Citadel yang konon sudah berdiri sejak 6000 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terawat dengan baik. Di bawah citadel Erbil, terdapat bazaar (pasar) yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Ini adalah bazaar yang terbesar di Erbil dan mungkin salah satu grand bazaar yang tertua di dunia. Mulai dari spices, baju,sweets, semua bisa ditemukan di sini.

Erbil juga dikenal dengan sebutan “Hawler” dalam bahasa Kurdi. Kota ini memiliki populasi yang beragam, termasuk penduduk Kurdi, Arab, Turkmen, dan komunitas etnis lainnya.
Salah satu toko di Qaysari Bazaar

Sisanya ada banyak juga beberapa sites kuno di beberapa kota di dekat Erbil, misalnya Duhok, Amedhi, Akre, Zakho, yang kurang lebih jarak tempuhnya 2-3 jam dari Erbil.

Gali Sherana, Duhok
Amedi
The Old City of Akre
Rawandhuz

Makanan Khas Kurdistan

Makanan khas di Kurdistan, ada banyak sih. Mulai dari naan yang biasa dimakan dengan chicken tekka dan kebab, Fasulia (sup kacang putih dengan kuah pasta tomat), nasi briyani, sup lentil, dolmas (nasi dibungkus daun anggur), kaymak (creamy dairy product) yang biasanya merupakan salah satu menu sarapan yang disantap dengan madu lalu dimakan dengan roti naan (superrr yum!!!), kunefe, beragam jenis baklava, dan masih banyak lagi.

Kaymak!
Jujur makanan Kurdi itu enak sih, walopun memang pilihannya gak seluas menu masakan di Indonesia.
Kurdish Breakfast for Two!

Breakfast for two segini banyak, bukan main! Beragam keju, beragam sayuran, yogurt dips, eggs cooked in various ways, kaymah, madu, dates syrup, falafel, tahini, walnut, zaitun, yogurt, mini pancake, lentil soup, teh dan naan tanpa batas. Habis selesai makan, ditawari kopi turki yang GAK kayak kopi rasanya, seperti susu dikasih banyak kapulaga dan kayu manis plus manis banget. Untung gelasnya cuma secuil ✨ Orang kurdi kalau soal porsi makan emang selalu konsisten no play play!

Culture Shocks dan Unwritten Rules

Culture shock disini yang suka kami alami alhamdulillah selalu yang baik-baik. Orang-orang lokal sangat sangat ramah dan seringkali gemas dengan anak kecil. Jadi anak kami yang masih berusia 6 tahun seringkali dapat makanan gratis, permen atau bahkan diskon saat sedang belanja. 

Salah satu unwritten rules diantara mereka adalah siapa yang mengajak makan, dia yang bayar! Atau bisa juga malah mereka saling rebutan bayarin temannya kalau pas mau bayar ke kasir. Ini sering banget lihat di restoran beberapa orang kadang berselisih rebutan traktir temannya. MasyaAllah ya, mungkin orang-orang sini mengerti betul tentang besarnya pahala menjamu/traktir makan orang.

Culture shock lain adalah adaptasi dengan budaya masyarakat timur tengah yang gemar sekali mengajak bertamu dan mengobrol berjam-jam di rumah mereka. Dan ternyata kalau kita bertamu ke rumah seseorang, kita gak boleh pamit pulang kalau yang punya rumah (kalau kita yang diundang datang ke rumah mereka) belum mengeluarkan buah. Jadi mengeluarkan sajian buah itu adalah kode, “eh, boleh kok abis makan buah kalian pamit pulang”. Urutannya sajian biasanya: makan besar, teh, cemilan/sweets/kacang, kalau masih mau, sang pemilik rumah akan terus dikasih teh terus sambil ngobrol sampai akhirnya keluarlah si buah :)))

Nah, kalau kita pamit sebelum buah keluar, maka mereka tolak kita berpamitan. Sungguh kadang suka kagok, kesulitan pamit pulang, karena anak-anak kami sudah punya bed time-nya jadi otomatis mereka risau kalau kami gak pulang-pulang. Sementara di pihak lain,  anak-anak lokal ini terkenal kuat-kuat meleknya. Kadang kalau weekend, di apartment kami, sampai jam 12 malam pun di playground dan lapangan basket masih ramai sama anak-anak. 

Suasana Ramadan dan Idulfitri di Kurdistan

Tahun ini kali kedua kami menjalankan Ramadan dan Idulfitri di sini. Qadarulloh kedua kali Ied di sini cuma suami yang ikut shalat Ied. Suasana Ied disini sepi-sepi aja sih, bisa dibilang mirip kayak hari weekend biasa. Karena komunitas Indonesia di Erbil juga gak banyak, jadi biasanya gak ada halal bihalal secara khusus. Masak Lebaran ya seperlu nya saja, gak perlu nyetok opor buat seminggu hehehe karena memang liburnya juga gak lama. Kalau pegawai kantor paling libur hanya 2 hari. Baik pemerintah maupun swasta.

Suasana Erbil menjelang Iftar

Untuk bulan Ramadan suasananya juga normal. Samalah kurang lebih dengan Indonesia yang di banyak tempat berhias dengan beragam hiasan Ramadan Karim. Tempat makanan/Resto pun gak semuanya tutup di siang hari. Karena memang walaupun Kurdish mostly muslim, tapi ada juga yang beragama non muslim. 

Kurang lebih begitulah kisah merantau kami di Kurdistan. Alhamdulillah diberikan Allah kesempatan buat tinggal di sini. Alhamdulillah juga walopun kotanya kecil kami betah disini. 

Terimakasih buat Mamarantau yang sudah memberikan kami kesempatan buat bercerita. Salam Rantau, buat semuanya!

===

Leave a comment