
Dzień dobry! Cześć Mamarantau!
Nama saya Fetty Asihta, biasa dipanggil Fetty. Saya ibu dari satu anak, Enzo (8 tahun) dan saat ini sedang merantau di Warsawa, Polandia sejak awal tahun 2021.
Alasan kepindahan kami sekeluarga adalah untuk mendampingi suami yang mendapatkan kesempatan kerja di ibukota Polandia, yakni kota Warsawa. Namun karena posisi yang ditawarkan adalah local hire, permanen, yang mana kita tidak tahu kapan akan kembali ke Indonesia, sempat membuat saya dan suami berpikir ulang sebelum memutuskan mengambil kesempatan ini. Saat itu saya pun masih bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta dan anak kami baru akan memulai sekolah. Akhirnya setelah hampir 10 tahun sebagai karyawan swasta, tiga tahun lalu saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, ikut pindah mendampingi suami dan mengurus anak kami secara penuh.


Awalnya kami berencana pindah di tahun 2020, tapi siapa sangka ternyata bulan Maret kasus Covid-19 ditemukan di Indonesia, dan mengakibatkan negara-negara di dunia mulai membatasi dan menutup akses masuk, termasuk Polandia. Meski sebetulnya suami sudah mendapatkan visa termasuk izin kerja, dia bisa berangkat terlebih dahulu. Namun akhirnya kami memutuskan untuk menunda kepindahan dan berangkat bersama di tahun 2021. Persiapan super singkat, hanya 2 minggu, untuk pindah negara, beda benua cukup membuat kami kewalahan saat itu. Tapi Alhamdulillah kami bertiga sampai dengan selamat di Warsaw akhir Januari 2021.
Tantangan tinggal di Polandia
Sebagai orang yang besar dan tinggal di negara tropis, pindah ke negara 4 musim dan sampai ketika masih musim dingin adalah tantangan pertama yang lumayan bagi kami. Jujur kaget karena ternyata lebih dingin dari perkiraan. Tapi karena pandemi pula lah, kegiatan kami selama tiga hingga enam bulan pertama tidak berbeda jauh dengan kondisi kami saat di Indonesia. Keluar rumah hanya untuk belanja kebutuhan primer, mengurus Karta Pobytu (temporary residence card), mencari apartemen, dan suami pun masih bekerja dari rumah.
Selama kurang lebih satu bulan kami tinggal di apartemen sementara yang disediakan kantor sebelum kami pindah ke tempat tinggal kami saat ini. Sebelumnya tidak ada bayangan sama sekali mengenai bagaimana kehidupan di Warsawa ataupun Polandia secara lebih detail. Mencari referensi dari internet pun sangat terbatas, khususnya cerita-cerita WNI di negara ini. Awalnya saya merasa orang-orang di sini sangat dingin dan kaku, anggapan awam saya saat itu mungkin karena negaranya pun dingin dan orang juga tidak banyak basa-basi apalagi tersenyum ramah kepada orang asing, terlebih penampilan saya menggunakan kerudung, dan kadang membuat saya kurang nyaman pada saat awal-awal tinggal di sini.

Namun perlahan setelah musim berganti dan kondisi pandemi pun berangsur membaik, saya mulai melihat sisi lain dari Warsawa. Ternyata orang-orangnya tidak sedingin yang saya kira. Hanya memang budaya di sini dan di Indonesia berbeda jadi saya pun belajar untuk menghargai dan mempelajarinya. Menuju tahun ketiga kami, ternyata Warsaw kota yang menarik dan menyenangkan juga lho!
Bahasa Polandia (Polish/ Polski)
Tantangan berikutnya adalah bahasa, karena sama seperti Indonesia, Polandia pun mempunyai bahasa utama sendiri. Sehingga kami pun cukup kesulitan untuk berkomunikasi dalam bahasa lokal. Hal inilah yang membuat kami memilih sekolah private untuk anak kami, dengan bahasa Inggris sebagai pengantar, selain tentunya belajar bahasa Polandia. Ternyata banyak juga orang yang tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga membuat saya cukup kesulitan untuk berkomunikasi, misal untuk berbelanja ke pasar atau supermarket, jadi saya saya selalu menggunakan aplikasi penerjemah. Memasuki tahun kedua, saya baru mulai mengambil les bahasa Polandia, meskipun sampai saat ini belum sangat lancar, tapi setidaknya semakin memudahkan komunikasi sederhana dengan orang-orang lokal.
Selain bahasanya yang cukup sulit untuk dipelajari, urusan sekolah anak dan gaya pengasuhan anak ternyata cukup membuat saya sedikit kaget. Meskipun sebelumnya sudah banyak membaca referensi mengenai dua hal tersebut, tetap saja ketika mengalami dan menjalaninya secara langsung rasanya berbeda. Sebelum pindah, anak kami sempat menjalankan sekolah TK (daring) selama hampir 1 semester di Indonesia, jadi kami cukup bisa melihat dan merasakaan kelebihan serta kekurangannya. Ketika sampai sini, anak kami yang hanya dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris cukup mengalami hambatan untuk berkomunikasi dengan teman-temanya.
Satu minggu pertama saya izin kepada pihak sekolah untuk menemaninya, dan saya hanya diberi kesempatan 3 hari untuk menemani, sisanya saya diminta pulang setelah antar dan mempercayakan kepada guru-guru di sekolah untuk membantu proses adaptasinya. Sekolah yang kami pilih saat itu menerapkan learning by playing, di mana anak-anak belajar melalui pengalaman mereka, baik bermain di kelas maupun di taman. Meskipun saya cukup kaget dengan perbedaan pembelajaran di sekolah, tapi anak kami selalu menyampaikan bahwa dia sangat senang bersekolah. Hanya saja bagi kami kerkurangan sekolah di sini adalah tidak ada pelajaran agama yang sesuai, sehingga tetap menjadikan rumah sebagai sekolah agama utama bagi anak kami.
Gaya Pengasuhan Orang Polandia
Mengenai gaya pengasuhan orang tua di sini, saya tersadar ketika sedang menemani anak bermain di taman. Saya perhatikan orang tua lain terlihat santai, membiarkan anak-anak mereka bermain, eksplorasi dan hanya mengawasi dari tempat duduk di sekitar playground, sedangkan hanya saya terus-menerus mengingatkan anak saya untuk berhati-hati, tidak terlalu kotor dan lain sebagainya, haha…! Lama kelamaan akhirnya saya belajar untuk lebih percaya diri dengan kemampuan anak dan membiarkan anak bebas bereksplorasi selama aman, dan tidak membahayakan mereka. Akhirnya hal ini membuat anak kami menjadi lebih berani eksplorasi dan percaya diri.
Kota Yang Ramah Anak dan Keluarga
Ternyata setelah hampir 3 tahun di sini banyak hal yang sangat saya sukai dari Warsawa di antaranya adalah udara yang lebih bersih, banyak taman terbuka dan playground anak gratis, transportasi umum yang terintegrasi, dan bisa berjalan kaki dengan nyaman. Termasuk berbagai jenis museum yang sangat menarik untuk dikunjungi dan setiap harinya selalu ada museum yang memberlakukan free entry alias gratis, jadi jika mau, dalam seminggu kita dapat mengunjungi minimal 7 museum yang berbeda. Di tahun kedua kami tinggal di Warsawa saya mulai mencari kegiatan-kegiatan yang saya sukai, selain mulai belajar bahasa Polandia, eksplorasi museum dan taman-taman di sini.



Beberapa museum di Warsawa antara lain:
- Museum Nasional (Muzeum Narodowe): Menampilkan koleksi seni Polandia dan internasional.
- Museum POLIN Sejarah Yahudi Polandia: Memberikan wawasan tentang sejarah komunitas Yahudi di Polandia.
- Museum Pemberontakan Warsawa: Mengisahkan perjuangan warga Warsawa selama Pemberontakan Warsawa pada tahun 1944.
- Centrum Nauki Kopernik (Copernicus Science Centre) – Museum ini adalah salah satu pusat sains terbesar dan paling interaktif di Eropa. Anak-anak dapat berpartisipasi dalam berbagai eksperimen sains yang menyenangkan dan belajar tentang fisika, biologi, kimia, dan banyak lagi melalui pameran hands-on.
- Muzeum dla Dzieci (Children’s Museum) – Bagian dari Museum Etnografi Negara, museum ini menawarkan pameran yang dirancang khusus untuk anak-anak, memungkinkan mereka belajar tentang budaya dan tradisi dari seluruh dunia melalui permainan dan aktivitas.
Bekerja Sebagai Wartawan Kehormatan
Tahun 2022 saya melihat program Honorary Reporter (Wartawan Kehormatan) dari unggahan Instagram Korea.net, lalu saat itu saya langsung mendaftar meskipun belum mengetahui banyak mengenai program tersebut. Program ini dibuat Korean Culture and Information Center (KOCIS) dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea untuk mempromosikan Korea ke dunia. Saya sendiri sudah menjadi penikmat hallyu (Korean Wave) sejak awal tahun 2000-an, baik itu K-pop maupun K-drama. Singkat cerita, saya memang cukup sering menghadiri acara-acara yang diselenggarakan oleh Korean Cultural Center (KCC) Polandia, dan bulan Juli 2023 lalu saya dihubungi untuk menghadiri acara pertemuan dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol beserta ibu negara yang pada minggu itu sedang mempunyai kunjungan kenegaraan ke Lithuania dan Polandia. Bersama dengan beberapa teman Wartawan Kehormatan Polandia dan mahasiswa/i Universitas Warsawa, kami menghadiri acara tersebut. Saya sangat merasa terhormat, selain menjadi undangan, khususnya sebagai orang Indonesia yang hadir pada kesempatan itu. Sejauh ini, ini adalah kenangan terbaik selama saya menjadi Wartawan Kehormatan Korea.net!

Namun dengan mengikuti program tersebut bukan berarti saya tidak mencintai budaya Indonesia. Sejak beberapa bulan terakhir saya kembali mempelajari tarian daerah seperti tari piring, tari saman dan juga memperkenalkannya kepada anak kami. Semoga meski tinggal jauh dari tanah air kami tetap bisa mempertahankan nilai-nilai dan kebudayaan Indonesia.





Begitulah cerita kami dan saya selama tinggal di Warsawa. Banyak teman-teman yang
menganggap kehidupan saya dan kami sekeluarga di Warsawa selalu menyenangkan. Kenyataannya banyak hal yang juga menjadi tantangan. Namun kami di sini berusaha untuk menjalaninya dengan hati senang dan bahagia. Karena selalu percaya kepada Allah, bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Dziękuję bardzo, Mamarantau!
===
Stay in touch with Fetty! Instagram @fettyasihta. Semua foto terlampir adalah milik Fetty, foto-foto komunitas Indonesia dari Instagram @indonesiainwarsaw, dan beberapa foto penunjang terhubung langsung dengan link foto asli.




