Hi…nama saya Winda Yuliani. Ibu dari dua anak Izz (7yo) dan Mya (4yo). Saya bekerja di bidang perhotelan selama 14 tahun hingga akhirnya memutuskan untuk resign untuk mendampingi suami melanjutkan studi S3 dia Canberra, Australia. Kini saya tinggal di Canberra sambil terus melanjutkan pekerjaan di PR Agency yang saya bangun bersama teman-teman di Bandung.
Cerita di balik perjalanan saya dan anak-anak menyusul suami di Aussie lumayan menarik. Kami seharusnya pergi pada Maret 2020, namun dua hari sebelum tanggal keberangkatan Aussie lockdown, dan kami tidak bisa pergi hingga internasional border dibuka. Aussie merupakan salah satu negara yang sangat ketat dengan aturan lockdown di negaranya, mereka tidak mengijinkan non permanent resident untuk masuk. Sehingga kami harus menunggu lebih lama. Pandemi ini membuat semua berjalan tidak sesuai dengan rencana, sehingga kami harus berimprovisasi dan beradaptasi dengan keadaan. Hingga akhirnya pada pertengahan Desember 2021 mereka memutuskan untuk open border untuk para pemegang visa tertentu.


Alhamdulillah kami adalah salah satu pemegang visa (visa student) yang diijinkan untuk masuk Aussie. Sehingga setelah tertunda sekitar 21 bulan, saya dan anak-anak bisa pergi menyusul suami di Canberra dan kami bisa berkumpul kembali.


New normal during pandemic di Aussie untuk public area terutama yang indoor wajib menggunakan masker. Lalu kita harus scan aplikasi di setiap tempat yang akan kita kunjungi, fungsinya untuk tracking. Disini tracing & tracking nya bener-bener dikelola dengan baik. Untuk anak-anak, mereka sudah sekolah tatap muka dari Senin-Jumat, per dua minggu akan diberikan RATS (Rapid Antigen Tests) secara gratis oleh sekolah. Jadi kita bisa melakukan sendiri tes antigen di rumah, Kalau hasilnya positif kita sudah diberikan guidelines harus menghubungi kemana, kunjungi laman website khusus dan langkah- langkah yang harus dilakukan.
Kenalan sama Canberra
Canberra adalah ibukota Australia, yang dijuluki one of the world’s most liveable cities! Beneran kotanya enak banget, rapi, teratur, tenang, no rush. As per June 2020 estimasi jumlah populasi di Canberra 431,380 (source Wikipedia-Australian Bureau of Statictic) dengan luas wilayah 814,2 km2, coba bandingin sama jumlah populasi warga Bandung 2,4 juta (source Wikipedia) dengan luas wilayah 167.3 km2…!
Awal-awal kaget sih, ini kota orang-orangnya pada ke mana ga keliatan rame. Jadi jangan bayangin kayak Sydney, yang emang heboh banget. Mall aja tutupnya jam 5 sore, bahkan kalo weekend lebih cepet, jam 4 sore. Hihihi..kebalikan sama Indonesia ya, kalo weekend orang ngumpul di mall sampe malem. Tapi jangan sedih kalau mau dinner, karena lokasi café/resto gitu adanya di luar mall, jadi aman sampe malem. Yang paling saya suka adalah di Canberra ga ada macet sama sekali, jadi meskipun jaraknya jauh tapi waktu tempuhnya itu cepet . Aplikasi penunjuk arah/ maps juga sangat reliable dengan akurasi waktu yang cukup tepat.

Transportasi di sini rata-rata orang pada punya mobil sendiri, termasuk para pedatang, karena ga terlalu sulit dan ga perlu bikin SIM internasional, cukup ditranslate aja. Bisa translate di Indonesia atau di KBRI sini. Tapi untuk sehari-hari kita biasanya pake sepeda, anak-anak ke sekolah sepedahan, saya juga sepedahan ke tempat kerja. Di Canberra sangat nyaman dan aman untuk bersepeda, karena disediakan jalur khusus bahkan di highway sekalipun ada jalur khusus sepeda. Transportasi umum lainnya ada bis, tram, skuter listrik, taksi dan uber. Ojek online yang ga ada huhuhuu padahal di Indo mamang ojol andalan yah…
Yang juga bikin seneng tinggal di Canberra adalah, diaspora Indonesia di sini kuat banget. Semuanya saling tolong menolong, berasa punya keluarga di perantauan. Biasanya kalau ga lagi situasi Covid mereka rutin bikin acara kumpul-kumpul, di situlah saatnya kita melepas kerinduan sama masakan-masakan Indonesia. Mulai dari nasi kuning, rendang, sambel terasi, soto betawi, bakwan, getuk, semua ada.
Oh dan satu lagi yang bikin anak-anak seneng, taman dan playground bertebaran di mana-mana. Jadi kita bisa picnic, gelar matras, bawa camilan dan buah-buahan di pinggir danau sambil liat angsa, burung-burung, anak-anak lari-larian di hamparan rumput hijau atau main di area playground. Canberra surrounding by nature jadi ada danau, pegunungan, hutan-hutan, jadi kalau mau hiking bareng keluarga treknya juga ramah untuk anak-anak.

Buang Sampah Harus Bayar!
Saya banyak belajar tentang recycling and waste management di sini. Mulai dari di rumah, kita minimal punya tiga tempat sampah, lalu buang minyak goreng bekas ga bisa sembarangan. Jadi kita kumpulin dulu sisa minyak gorengnya lalu dibuang ke tempat khusus. Ada yang namanya resources management centres, di sana kita bisa drop off/ buang barang sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan. Ada beberapa kategori sampah yang dikenakan biaya, semisal matras, ban, barang-barang oversized, dan kategori lainnya. Makanya di sini daripada buang sampah dan bayar mending kita kasih ke orang lain atau dijual dengan harga murah. Di sini saya dapat sofa, meja belajar, kursi belajar, sepeda, skuter anak, stroller, dan beberapa barang lainnya dengan kondisi yang masih sangat bagus. Thrifting di sini seru-seru..asal pinter nyari 😀

Selalu saya ikutin perjalanan teteh dan suami. Sangat menginspirasi dan memberikan banyak informasi juga.
Semoga saya kelak bisa ikuti jejak teteh dan keluarga yang keren ini.
Salam Ranto
Di Kab. Bandung
LikeLike