Imroatus Sholihah (Iim) – Annyeong! Nama saya Iim. Kami sekeluarga merantau ke Korea sejak akhir tahun 2018 karena suami yang melanjutkan pendidikan S3 nya di Pusan National University Busan, Korea Selatan. Di Maret 2021 kami kembali ke tanah air 😀

Busan adalah kota kedua terbesar setelah ibu kota Seoul di Korea Selatan. Walau judulnya kota besar kedua setelah Seoul di Korea tapi akses ke alam sangat terbuka. Tempat wisata alamnya pun lebih beragam, mau ke gunung ada, ke pantai juga ada. Biaya hidup di sini cenderung lebih ringan dibanding Seoul, dan kalau diskon sembako (kesenengan mamak2 ya) gak tanggung-tanggung bisa mencapai 3-5x lipatnya.
Selain itu kultur Korea yang sangat dekat dengan keluarga, anak dengan ibu dan ayahnya. Kami bertetangga dengan imo dan ahjussi yang sudah berusia senja tapi masih bugar sekali, imo (bibi) ini sangat baik sekali suka memberikan buah-buahan dan sayuran seperti hasil panen, mungkin beliau memang punya rumah dan ladang sendiri di desanya.
Lalu yang saya sukai di sini yaitu akses transportasinya yang saling berhubungan. Mau ke tempat yang paling jauh pun kita hanya perlu mengetap T card sekali untuk pembayaran, jadi ongkosnya jauh dekat sama lah ya dan anak dibawah 6 tahun tak perlu membawa kartu. Karena itu kita bebas pergi kemanapun walau tanpa kendaraan pribadi sekalipun.
Tantangan Hidup di Busan
Tantangan Pertama dengan bahasa, karena kami bukan tinggal di ibu kota Korea dan bukan tempat wisata internasional jadi orang-orang di sini cenderung tidak faham bahasa Inggris bahkan dalam beberapa kata basic, jadi harus menchallenge diri buat berani mencoba bahasa Korea walau dengan dialek foreigner, hal begini jauh lebih respect orang-orangnya dengan kita dari pada harus memakai aplikasi terjemahan kemana-mana.
Ada kejadian lucu terkait nama saya. Jadi, kebiasaanku kalau belanja ke Matte (ya sejenis Giant lah ya kalo di Indonesia) mbak-mbak kasirnya selalu nanya: “Pointe juseyo”. Lalu aku menyebutkan 4 angka nomor member matteku, gak perlu pake kartu langsung terlacak namaku. “Ah….Im Ro Ah nim?”. Sama orang non Indonesia aku selalu mengenalkan namaku Imroah, bukan nama panggilan Iim. Pernah suatu ketika awal kesini berkenalan dengan warga Amerika aku mengenalkan namaku Iim malah di baca ayem ayem wkwkwk. Lama kelamaan orang Korea pada ngira namaku ya 3 suku kata itu, Im Ro Ah. Pernah sonsengnim bahasa Koreaku manggil Ro Ah sii, Ro Ah sii….lah wkwkwk. Padahal kalaupun aku mengenalkan nama panggilanku Iim masih masuk saja sama orang Korea. Tulisan hangeul Iim itu 이임 dan biasanya orang Korea baca marga 이 itu bukan “i” tapi lee. Jadi kalau Lee Min Ho tulisannya 이민호. Jadi bisalah aku semarga ya jadi Lee Im wkwkwk. Oh iya, man teman boleh banget kalau mau mampir ke vlog di YouTube aku untuk cerita-cerita lainnya di Busan ya! Termasuk kunjungan ke lokasi syuting K drama #StartUp yang sempat booming dibahas oleh para pencinta K-Drama di tanah air.
Tantangan kedua dengan makanan halal kami sebagai muslim, ternyata Korea masih sangat berproses menuju edukasi makanan halal. Jadi kami harus struggle dan konsisten mencari bahan-bahan basic perdapuran seperti garam, saus, yang aman bagi muslim dan edukasi ke anak-anak juga agar memfilter jajanan yang mereka dapat di luar rumah.
Tantangan ketiga tentang kultur pengasuhan, saat sampai di sini anak saya minta dipesenin taksi online seperti di Indonesia karena tidak kuat jalan kaki hehe. Di sini hampir tidak terlihat kesenjangan sosial seperti di drama Korea. Mau itu mahasiswa, dosen dan proffesor semuanya sudah terbiasa berjalan kaki. Kendaraan pribadi mungkin ada tapi biasa hanya dipakai untuk ke tempat jauh atau liburan. Dan kebiasaan seperti inilah yang di awal kami coba adaptasikan ke anak kami. Seperti sejak di sini, kalau mau jajan harus menunggu saya masak sendiri, tidak bisa lagi klik order seperti di Indonesia, karena kita menjaga kehalalan juga. Kakak yang tiba-tiba dari sekolah atau dari luar rumah mendapatkan jajanan harus lapor ke saya dulu untuk memastikan apakah aman dimakan dari segi kehalalan.
Kehidupan Bertetangga di Busan
Jadi, tempat tinggal di Korea itu bermacam jenisnya. Ada yang tipe apartemen (아파트), tipe room (원룸) dan rumah (주택). Nah qadarullahnya kami sekeluarnya menempati tipe yang ketiga, yaitu tipe rumah/주택 (baca: juteg) . Rumah di sini maksudnya ya rumah orang Korea yang disewakan, biasanya satu pagar dengan juin (pemiliknya), biasanya pula juin di lantai 2 penyewa di lantai bawah atau sebaliknya.
Nah karena kami tinggalnya di rumah, jadi mengikuti aturan rumah orang-orang seperti orang Korea, dari mulai kewajiban membayar tagihan listrik, gas, dan internet semua dapat bill terpisah walau satu gedung dengan juin tetap tidak pararel, juga aturan pembuangan sampah dll, kita mengikuti aturan pemerintah setempat bukan aturan gedung atau apartemen.
Ngomong-ngomong soal tetangga di Korea, rumah kami bertetangga denga Coffee Shop ini, pemilik kafenya tinggal di lantai 2 dan di bawahnya kafe ini. Kafenya jarang ramai sebenarnya padahal posisinya lumayan strategis cuma mungkin karena agak masuk ke jalan kecil jadi kadang tidak terlihat dari jalan besar. Selain kafe ini, disebelah rumah juga terdapat pasangan ahjuma dan ahjussi yang menyewa satu plat disamping kediaman kami. Ahjuma ini begitu ramah, saya dari cuma tahu “anyeong haseo” sampai beberapa kosa kata lainnya. Ada satu anaknya laki-laki yang sepertinya bekerja di luar Busan yang suka datang setiap akhir pekan.
Untuk pemilik rumah yang tinggal di lantai 2, mereka punya anak pertama yang seumuran #kakakgadis (anak pertama kami) tapi berbeda sekolah, dan adiknya yang baru lahir juga laki-laki. Sepengalaman hampir setahun bertetangga langsung dengan orang Korea di rumah orang Korea, sebenarnya orang Korea itu ramah-ramah dan kepo. Walaupun tingkat keponya gak sampe seperti orang Indonesia, kadang suka berbagi juga, ahjuma sebelah suka berbagi buah-buahan, anaknya juin suka kasih kakak snack dan permen (walau berakhir dijadikan mainan saja wkwkw), bahkan tetangga depan pernah kasih kita segepok kresek yang isinya mainan-mainan anak dan raket bulu tangkis.
Orang-orang Korea cenderung sangat menghargai orang asing yang berusaha bertutur kata sama dengan mereka berbahasa Korea. Walau salah mereka tak segan membenarkan dan mengajari. Yah walau tak seperti tetangga tetanggi di Indonesia yang banyak ajakan liwet sana sini, kami cukup nyaman hidup bertetangga disini, walau ramah dan kepo tapi tetap saling menjaga privasi.
Tempat Favorit di Busan
Tempat favorit pertama saya di Busan ada di pantai Haeundae. Saya yang tadinya tidak suka pantai jadi sangat suka sekali ke pantai karena Haeundae ini. Tempatnya bersih, ada banyak pilihan resto halal disana, dan akses kesana dari rumah pun bisa ditempuh hanya dengan menggunakan subway.
Di tempat ini juga suka dijadikan lokasi syuting drama Korea, yang paling dekat kemarin drama The King Eternal Monarchnya Lee Min Ho di awal tahun 2020, juga selalu ada berbagai macam festival seperti festival pasir (Haeundae Sand Festival) saat musim panas, festival lampu cantik (Haeundae Lighting Festival) saat musim dingin.

Lalu tempat kedua yang saya suka di Busan adalah Busan Citizen Park, tempat piknik keluarga melakukan quality time. Jaraknya tak jauh dari rumah, hanya berjarak 8 stasiun subway. Kami hanya perlu menggelar tikar dan membawa makanan dan bergabung dengan keliarga kecil lainnya untuk piknik masing-masing. Area Busan Citizen Park cukup luas, di sini disediakan taman pasir untuk anak-anak bermain, playground dengan berbagai macam permainan, taman bunga, taman bambu, sampai air mancur dan masuk sini pun gratis.


Info Komunitas Indonesia dan Muslim di Busan
Komunitas Muslim di Korea: KMI; komunitas muslimah WNI di Indonesia: Rumaisa (Ig/Fb: RumaisaKorea); komunitas PMI Korea: Perpika
Sekolah PAUD
Saya cukup terkesan dengan pendidikan usia dini (PAUD) di sini. Awalnya saya tidak akan menyekolahkan anak saya di awal karena judulnya juga sudah Orinijib yang artinya daycare. Tapi ternyata orinijib sangat memperhatikan fase perkembangan anak sesuai usianya. Saat survey saya yang pertama di orinijibnya kakak, saya langsung jatuh hati dengan sistem yang mereka tetapkan disana. Di sana anak-anak hanya bermain, memang hanya bermain tapi jelas dengan permainan edukatif yang menunjang tumbuh kembangnya.
Hal yang tidak begitu mudah saya berikan sejak ke Korea karena keterbatasan bahasa dan tempat. Juga anak-anak di orinijib diajarkan untuk disiplin dan mandiri sesuai fase usianya, dan yang membuat saya lebih jatuh hati lagi kepala sekolahnya sangat terbuka dan toleran dengan agama yang kami punya. Saya dan suami alhamdulillah berhasil melobby pihak orinijib agar anak kami bisa membawa bekal sendiri ke sekolah karena di Korea, kenapa? Coba cek di sini yaa…!
Untuk sekolah SD-SMA di Korea itu gratis, tapi untuk preschool seperti orinijip dan kindergarten biaya perbulannya bermacam-macam. Standar orinijip itu 400ribu-500ribu won sebenarnya, tapi alhamdulillah wa syukurillah karena kami ikut bersekolah di orinijip yang banyak menerima foreigner dan disana karena status abang sebagai hakseng (mahasiswa) dan foreigner membuat kami banyak diberikan potongan. Jadi untuk fee perbulannya kakak dikenakan biaya sebesar 250.000 won dan adik karena tidak full 100.000 won (hitung sendiri ya kalau di rupiahin berapa wkwkw rate google). Setelah biaya ini tidak dipungut biaya apa-apa lagi, sudah include jemputan, makan, cemilan pagi sore, dan lainnya.
Fashion di Korea
Ngomongin Korea, kalau gak ngomongin KPOP, drakor, skincare dan fashionnya. Saya bernah bertanya-tanya ada gak ya orang kepo sama Korea tapi tidak tersangkut hal-hal di atas wkwwk.
Ngomongin fashion dan style di Korea, memang diakui sih negeri ini memang high style banget di dunia fashion dibandig negeri 4 musim lainnya. Apa hubungannya dengan 4 musim? Lah iya, setiap musim jelas tiap brand punya standar style tersendiri yang kalau selalu diikuti akan merogoh kocek yang lumayan bikin nyeri. Haha. Dan fashion disini tuh cepat sekali berputar, misal dalam suatu toko ada produk di manekin depan keluaran winter tahun ini, di tahun depan di musim yang sama produk tersebut sudah ditaruh di etalase belakang dan tertulis harga sale 1+1 wkwkwk.
Karena branding dari fashion Korea ini banyak orang-orang pendatang yang tinggal disini buka jastip, jasa titip barang-barang Korea. Mulai dari fashion, barang-barang branded, skincare nyampe rumput laut pun bisa menarik peminat calon pembeli sebenarnya.
IG: im.imroah; Blog: imroahnote.com; YouTube: Im Imroah