Merantau di Busan, Korea Selatan

Imroatus Sholihah (Iim) – Annyeong! Nama saya Iim. Kami sekeluarga merantau ke Korea sejak akhir tahun 2018 karena suami yang melanjutkan pendidikan S3 nya di Pusan National University Busan, Korea Selatan. Di Maret 2021 kami kembali ke tanah air 😀

Busan adalah kota kedua terbesar setelah ibu kota Seoul di Korea Selatan. Walau judulnya kota besar kedua setelah Seoul di Korea tapi akses ke alam sangat terbuka. Tempat wisata alamnya pun lebih beragam, mau ke gunung ada, ke pantai juga ada. Biaya hidup di sini cenderung lebih ringan dibanding Seoul, dan kalau diskon sembako (kesenengan mamak2 ya) gak tanggung-tanggung bisa mencapai 3-5x lipatnya.

Musim Gugur yang selalu indah

Selain itu kultur Korea yang sangat dekat dengan keluarga, anak dengan ibu dan ayahnya. Kami bertetangga dengan imo dan ahjussi yang sudah berusia senja tapi masih bugar sekali, imo (bibi) ini sangat baik sekali suka memberikan buah-buahan dan sayuran seperti hasil panen, mungkin beliau memang punya rumah dan ladang sendiri di desanya.

Lalu yang saya sukai di sini yaitu akses transportasinya yang saling berhubungan. Mau ke tempat yang paling jauh pun kita hanya perlu mengetap T card sekali untuk pembayaran, jadi ongkosnya jauh dekat sama lah ya dan anak dibawah 6 tahun tak perlu membawa kartu. Karena itu kita bebas pergi kemanapun walau tanpa kendaraan pribadi sekalipun.

Tantangan Hidup di Busan

Tantangan Pertama dengan bahasa, karena kami bukan tinggal di ibu kota Korea dan bukan tempat wisata internasional jadi orang-orang di sini cenderung tidak faham bahasa Inggris bahkan dalam beberapa kata basic, jadi harus menchallenge diri buat berani mencoba bahasa Korea walau dengan dialek foreigner, hal begini jauh lebih respect orang-orangnya dengan kita dari pada harus memakai aplikasi terjemahan kemana-mana.

Ada kejadian lucu terkait nama saya. Jadi, kebiasaanku kalau belanja ke Matte (ya sejenis Giant lah ya kalo di Indonesia) mbak-mbak kasirnya selalu nanya:⁣ “Pointe juseyo”⁣. Lalu aku menyebutkan 4 angka nomor member matteku, gak perlu pake kartu langsung terlacak namaku.⁣ “Ah….Im Ro Ah nim?”⁣. Sama orang non Indonesia aku selalu mengenalkan namaku Imroah, bukan nama panggilan Iim. Pernah suatu ketika awal kesini berkenalan dengan warga Amerika aku mengenalkan namaku Iim malah di baca ayem ayem wkwkwk⁣. Lama kelamaan orang Korea pada ngira namaku ya 3 suku kata itu, Im Ro Ah. Pernah sonsengnim bahasa Koreaku manggil Ro Ah sii, Ro Ah sii….lah wkwkwk⁣. Padahal kalaupun aku mengenalkan nama panggilanku Iim masih masuk saja sama orang Korea. Tulisan hangeul Iim itu 이임 dan biasanya orang Korea baca marga 이 itu bukan “i” tapi lee. Jadi kalau Lee Min Ho tulisannya 이민호. Jadi bisalah aku semarga ya jadi Lee Im wkwkwk⁣. Oh iya, man teman boleh banget kalau mau mampir ke vlog di YouTube aku untuk cerita-cerita lainnya di Busan ya! Termasuk kunjungan ke lokasi syuting K drama #StartUp yang sempat booming dibahas oleh para pencinta K-Drama di tanah air. 

Di tempat lokasi syuting Start-up!

Tantangan kedua dengan makanan halal kami sebagai muslim, ternyata Korea masih sangat berproses menuju edukasi makanan halal. Jadi kami harus struggle dan konsisten mencari bahan-bahan basic perdapuran seperti garam, saus,  yang aman bagi muslim dan edukasi ke anak-anak juga agar memfilter jajanan yang mereka dapat di luar rumah.

Tantangan ketiga tentang kultur pengasuhan, saat sampai di sini anak saya minta dipesenin taksi online seperti di Indonesia karena tidak kuat jalan kaki hehe. Di sini hampir tidak terlihat kesenjangan sosial seperti di drama Korea. Mau itu mahasiswa, dosen dan proffesor semuanya sudah terbiasa berjalan kaki. Kendaraan pribadi mungkin ada tapi biasa hanya dipakai untuk ke tempat jauh atau liburan. Dan kebiasaan seperti inilah yang di awal kami coba adaptasikan ke anak kami. Seperti sejak di sini, kalau mau jajan harus menunggu saya masak sendiri, tidak bisa lagi klik order seperti di Indonesia, karena kita menjaga kehalalan juga. Kakak yang tiba-tiba dari sekolah atau dari luar rumah mendapatkan jajanan harus lapor ke saya dulu untuk memastikan apakah aman dimakan dari segi kehalalan.

Kehidupan Bertetangga di Busan

Jadi, tempat tinggal di Korea itu bermacam jenisnya. Ada yang tipe apartemen (아파트), tipe room (원룸) dan rumah (주택). Nah qadarullahnya kami sekeluarnya menempati tipe yang ketiga, yaitu tipe rumah/주택 (baca: juteg) . Rumah di sini maksudnya ya rumah orang Korea yang disewakan, biasanya satu pagar dengan juin (pemiliknya), biasanya pula juin di lantai 2 penyewa di lantai bawah atau sebaliknya.⁣

Nah karena kami tinggalnya di rumah, jadi mengikuti aturan rumah orang-orang seperti orang Korea, dari mulai kewajiban membayar tagihan listrik, gas, dan internet semua dapat bill terpisah walau satu gedung dengan juin tetap tidak pararel, juga aturan pembuangan sampah dll, kita mengikuti aturan pemerintah setempat bukan aturan gedung atau apartemen.⁣

Ngomong-ngomong soal tetangga di Korea, rumah kami bertetangga denga Coffee Shop ini, pemilik kafenya tinggal di lantai 2 dan di bawahnya kafe ini. Kafenya jarang ramai sebenarnya padahal posisinya lumayan strategis cuma mungkin karena agak masuk ke jalan kecil jadi kadang tidak terlihat dari jalan besar.⁣ Selain kafe ini, disebelah rumah juga terdapat pasangan ahjuma dan ahjussi yang menyewa satu plat disamping kediaman kami. Ahjuma ini begitu ramah, saya dari cuma tahu “anyeong haseo” sampai beberapa kosa kata lainnya. Ada satu anaknya laki-laki yang sepertinya bekerja di luar Busan yang suka datang setiap akhir pekan.⁣

Untuk pemilik rumah yang tinggal di lantai 2, mereka punya anak pertama yang seumuran #kakakgadis (anak pertama kami) tapi berbeda sekolah, dan adiknya yang baru lahir juga laki-laki.⁣ Sepengalaman hampir setahun bertetangga langsung dengan orang Korea di rumah orang Korea, sebenarnya orang Korea itu ramah-ramah dan kepo. Walaupun tingkat keponya gak sampe seperti orang Indonesia, kadang suka berbagi juga, ahjuma sebelah suka berbagi buah-buahan, anaknya juin suka kasih kakak snack dan permen (walau berakhir dijadikan mainan saja wkwkw), bahkan tetangga depan pernah kasih kita segepok kresek yang isinya mainan-mainan anak dan raket bulu tangkis.⁣

Orang-orang Korea cenderung sangat menghargai orang asing yang berusaha bertutur kata sama dengan mereka berbahasa Korea. Walau salah mereka tak segan membenarkan dan mengajari. Yah walau tak seperti tetangga tetanggi di Indonesia yang banyak ajakan liwet sana sini, kami cukup nyaman hidup bertetangga disini, walau ramah dan kepo tapi tetap saling menjaga privasi.

⁣Tempat Favorit di Busan

Tempat favorit pertama saya di Busan ada di pantai Haeundae. Saya yang tadinya tidak suka pantai jadi sangat suka sekali ke pantai karena Haeundae ini. Tempatnya bersih, ada banyak pilihan resto halal disana, dan akses kesana dari rumah pun bisa ditempuh hanya dengan menggunakan subway.

Pantau Haeundae

Di tempat ini juga suka dijadikan lokasi syuting drama Korea, yang paling dekat kemarin drama The King Eternal Monarchnya Lee Min Ho di awal tahun 2020, juga selalu ada berbagai macam festival seperti festival pasir (Haeundae Sand Festival) saat musim panas, festival lampu cantik (Haeundae Lighting Festival) saat musim dingin.

Haeundae Sand Festival 2019
Haeundae Lighting Festival

Lalu tempat kedua yang saya suka di Busan adalah Busan Citizen Park, tempat piknik keluarga melakukan quality time. Jaraknya tak jauh dari rumah, hanya berjarak 8 stasiun subway. Kami hanya perlu menggelar tikar dan membawa makanan dan bergabung dengan keliarga kecil lainnya untuk piknik masing-masing. Area Busan Citizen Park cukup luas, di sini disediakan taman pasir untuk anak-anak bermain, playground dengan berbagai macam permainan, taman bunga, taman bambu, sampai air mancur dan masuk sini pun gratis.

Busan Citizen Park
Busanjin-gu 부산진구 : Busan Citizen Park 부산시민공원

Info Komunitas Indonesia dan Muslim di Busan

Komunitas Muslim di Korea: KMI; komunitas muslimah WNI di Indonesia: Rumaisa (Ig/Fb: RumaisaKorea);  komunitas PMI Korea: Perpika

Sekolah PAUD

Saya cukup terkesan dengan pendidikan usia dini (PAUD) di sini. Awalnya saya tidak akan menyekolahkan anak saya di awal karena judulnya juga sudah Orinijib yang artinya daycare. Tapi ternyata orinijib sangat memperhatikan fase perkembangan anak sesuai usianya. Saat survey saya yang pertama di orinijibnya kakak, saya langsung jatuh hati dengan sistem yang mereka tetapkan disana. Di sana anak-anak hanya bermain, memang hanya bermain tapi jelas dengan permainan edukatif yang menunjang tumbuh kembangnya.

Saat undangan konsultasi oleh kepala sekolah dan guru. Di sini saya membawa interpreter wkwkwk

Hal yang tidak begitu mudah saya berikan sejak ke Korea karena keterbatasan bahasa dan tempat. Juga anak-anak di orinijib diajarkan untuk disiplin dan mandiri sesuai fase usianya, dan yang membuat saya lebih jatuh hati lagi kepala sekolahnya sangat terbuka dan toleran dengan agama yang kami punya. Saya dan suami alhamdulillah berhasil melobby pihak orinijib agar anak kami bisa membawa bekal sendiri ke sekolah karena di Korea, kenapa? Coba cek di sini yaa…!

Untuk sekolah SD-SMA di Korea itu gratis, tapi untuk preschool seperti orinijip dan kindergarten biaya perbulannya bermacam-macam. Standar orinijip itu 400ribu-500ribu won sebenarnya, tapi alhamdulillah wa syukurillah karena kami ikut bersekolah di orinijip yang banyak menerima foreigner dan disana karena status abang sebagai hakseng (mahasiswa) dan foreigner membuat kami banyak diberikan potongan. Jadi untuk fee perbulannya kakak dikenakan biaya sebesar 250.000 won dan adik karena tidak full 100.000 won (hitung sendiri ya kalau di rupiahin berapa wkwkw rate google). Setelah biaya ini tidak dipungut biaya apa-apa lagi, sudah include jemputan, makan, cemilan pagi sore, dan lainnya.

Fashion di Korea

Ngomongin Korea, kalau gak ngomongin KPOP, drakor, skincare dan fashionnya. Saya bernah bertanya-tanya ada gak ya orang kepo sama Korea tapi tidak tersangkut hal-hal di atas wkwwk.⁣

Ngomongin fashion dan style di Korea, memang diakui sih negeri ini memang high style banget di dunia fashion dibandig negeri 4 musim lainnya. Apa hubungannya dengan 4 musim? Lah iya, setiap musim jelas tiap brand punya standar style tersendiri yang kalau selalu diikuti akan merogoh kocek yang lumayan bikin nyeri. Haha. Dan fashion disini tuh cepat sekali berputar, misal dalam suatu toko ada produk di manekin depan keluaran winter tahun ini, di tahun depan di musim yang sama produk tersebut sudah ditaruh di etalase belakang dan tertulis harga sale 1+1 wkwkwk⁣.


Karena branding dari fashion Korea ini banyak orang-orang pendatang yang tinggal disini buka jastip, jasa titip barang-barang Korea. Mulai dari fashion, barang-barang branded, skincare nyampe rumput laut pun bisa menarik peminat calon pembeli sebenarnya. 


IG: im.imroah; Blog: imroahnote.com; YouTube: Im Imroah

Advertisement

Merantau di Chiba

mitaMita Rangkuti – A proud Indonesian living in Chiba with her husband and her son. They are living their life in wanderlust, open to new adventure and opportunity.

KELUARGA MERANTAU

Merantau di Chiba bukanlah kisah perantauan yang pertama bagi keluarga kami. Kami sudah terbiasa hidup merantau sedari awal pernikahan kami ketika kami tengah mengenyam pendidikan lanjut di Singapura. Tuntas dari Singapura, suami saya mendapat pekerjaan yang membawa kami sekeluarga melanjutkan perantauan kami di Chiba.

bangunan

Memiliki pengalaman merantau sebelumnya tidak serta merta membuat kami menjadi 100% ahli. Tentu selalu saja ada hal-hal baru yang menuntut kita terus beradaptasi dan berkembang. Faktor yang paling terasa signifikan bagi saya adalah cuaca, selain juga tentu saja orang-orang dan budayanya. Saya merasa sangat terbantu dengan bermacam informasi yang tersedia di berbagai media saat ini. Oleh karena itu, saya juga akan mencoba berbagi informasi yang saya punya, semoga dapat membantu atau setidaknya menambah wawasan.

TENTANG CHIBA

Chiba merupakan provinsi yang masih masuk ke dalam wilayah Kanto. Chiba berbatasan dengan Tokyo dan Saitama pada bagian barat dan Ibaraki pada bagian utara. Sebagian besar dari wilayah Chiba terletak di dalam Semenanjung Boso, hanya sedikit wilayah Chiba Utara yang terletak di bagian Narita. Begitu pula sebaliknya, seluruh Semenanjung Boso pun masuk ke dalam wilayah Chiba. Dengan begitu, Chiba sangat identik dengan Semenanjung Boso karena dapat dikatakan keduanya merupakan sesuatu yang kurang lebih sama. Hal itu pula yang menyebabkan Chiba dikelilingi oleh perairan, baik Teluk Tokyo di bagian barat maupun Samudera Pasifik di bagian selatan dan timur. Oleh karena itu, tidak heran bila ada banyak sekali pelabuhan dan pantai di Chiba.

chiba-prefecture-91581

Chiba

Secara demografis, Chiba cukup dibanjiri oleh penduduk manula. Dengan begitu, terdapat kesan bahwa kehidupan di Chiba, terutama kehidupan malamnya, tidak segegap gempita kehidupan tetangga sekitarnya, seperti Tokyo dan Yokohama. Bahkan di kota Chiba, pusat perbelanjaan tutup pada pukul 8 malam di Hari Minggu. Efek lain dari banyaknya penduduk manula adalah menjamurnya panti jompo, pusat kebugaran, dokter gigi, klinik dan salon. Hal menarik lainnya terkait dengan itu adalah kendaraan unik khas manula, yang disebut “Town Cart”, seringkali dijumpai di Chiba. Kendaraan tersebut bermesin seperti motor, tetapi memiliki empat roda serta tempat duduk yang extra lebar dan nyaman untuk menyokong aktivitas para manula dalam bermobilisasi. Kendaraan tersebut bahkan dapat digunakan di dalam pusat perbelanjaan dan kereta. Selain dapat digunakan oleh manula, kendaraan unik tersebut juga dapat digunakan oleh orang berkebutuhan khusus.

image1

Kendaraan Manula “town cart”

Salah satu aktivitas yang digemari para manula tersebut selain berkeliling adalah bercocok tanam. Masih banyaknya lahan kosong, terutama di daerah yang jauh dari kota, membuat kegiatan tersebut mungkin dilakukan. Tanaman yang ditanam berbeda-beda mengikuti musim. Hasil panennya kemudian dikonsumsi sendiri atau dibagikan ke sanak kerabat bila tidak dijual. Kegiatan bercocok tanam tersebut biasanya dilakukan di pekarangan sendiri atau lahan umum.

image2

Lahan bercocoktanam

KEHIDUPAN DI CHIBA

Salah satu keuntungan hidup di Chiba sebagai tetangga Tokyo, yang merupakan ibukota Jepang, adalah tersedianya fasilitas yang cukup memadai dengan biaya hidup yang relatif lebih rendah. Selain itu, akses ke tujuan wisata dan tempat hiburan di Tokyo juga relatif mudah. Begitu pula dengan berbagai acara yang sering diadakan di Tokyo, baik kegiatan KBRI dan komunitas Indonesia, maupun event dan festival internasional, juga cukup terjangkau dari Chiba. Keuntungan lainnya yang sangat terasa adalah keberadaan Bandara Narita di Chiba yang memudahkan akses mobilisasi ke dalam dan luar Jepang. Bandara Haneda juga cukup mudah dijangkau dengan adanya Aqua Line, membuat tersedianya lebih banyak pilihan akses dari dan keluar Chiba.

Bila ada keuntungan tentu ada pula kerugian, walaupun menurut saya sejauh ini belum ada yang terlalu signifikan. Menurut saya pribadi, kerugian yang terasa adalah Chiba lebih sepi bila dibandingkan dengan kota besar tetangganya, yakni Tokyo dan Yokohama. Namun, mungkin hal ini tidak masalah bagi orang-orang yang tidak menyukai keramaian dan lebih menyukai keadaan yang tenang jauh dari hingar-bingar. Selain itu, bila dibandingkan dengan kedua kota besar yang saya sebutkan tadi, orang-orang di sini lebih sedikit yang bisa berbahasa inggris, terutama para manula. Masalahnya, di Chiba banyak sekali para manula yang tidak familiar dengan bahasa inggris sehingga kita harus berupaya extra dalam berbahasa jepang. Hal lainnya adalah keberadaan toko indonesia dan produk halal yang juga tidak sebanyak di Tokyo. Walau demikian, hal ini dapat disiasati dengan delivery, baik melalui telepon maupun secara online, yang saat ini sudah cukup banyak tersedia.

TRANSPORTASI UMUM

Kereta

Kereta masih menjadi salah satu transportasi andalan di Jepang dengan tarif yang cukup terjangkau, tidak terkecuali Chiba. Terdapat beberapa perusahaan jalur kereta di Chiba, tetapi yang paling mendominasi adalah Japan Railway atau yang lebih dikenal dengan JR. Terdapat dua jalur utama di bagian selatan, yaitu jalur Sotobo yang menyusuri ruas pantai tepi timur dan jalur Uchibo yang menyusuri ruas pantai tepi barat. Sementara itu di sisi utara, terdapat tiga jalur yang cukup penting, yaitu jalur Narita yang menghubungkan Kota Chiba dengan Bandara Narita, serta jalur Sobu dan Keiyo yang menghubungkan Kota Chiba dengan Tokyo. Selain JR, terdapat pula perusahaan lain yang menyediakan berbagai jalur kereta di Chiba, seperti Keisei dan Kominato.

img_3622

Peta Jalur Kereta di Chiba

Umumnya, terdapat dua jenis kereta, yakni local dan rapid. Kereta local berhenti di seluruh stasiun, sedangkan kereta rapid tidak demikian. Selain itu, di jalur tertentu adakalanya tersedia gerbong khusus untuk reserved seat. Gerbong tersebut memiliki layout tempat duduk seperti shinkansen dan diperlukan biaya tambahan untuk dapat duduk di gerbong tersebut. Selain kereta umum, terdapat pula kereta express yang melewati wilayah Chiba, di antaranya adalah Narita Express, Wakashio dan Sazanami. Kereta tersebut sangat cepat dan hanya berhenti di stasiun tertentu. Di Chiba, Narita Express atau dikenal juga dengan N’EX, hanya berhenti di stasiun Chiba, Yotsukaido, Sakura, and Narita. Itupun hanya pada saat rush hours saja karena untuk selebihnya, kebanyakan N’EX tidak berhenti di antara Bandara Narita dan Tokyo.

Sementara itu, Wakashio dan Sazanami merupakan kereta express penghubung antara Tokyo dengan bagian selatan Semenanjung Boso. Wakashio menghubungkan Tokyo dengan Awakamogawa di sisi timur menggunakan jalur Sotobo, sedangkan Sazanami menghubungkan Tokyo dengan Kimitsu di sisi barat mengunakan jalur Uchibo.

img_3624

Narita Express

Bus

Walaupun menjadi andalan utama, tidak semua bagian Chiba terjangkau oleh kereta. Oleh karena itu, ada kalanya dibutuhkan transportasi lain. Transportasi yang menjadi andalan selanjutnya adalah bus, mengingat tarifnya yang juga masih terjangkau. Yang perlu diperhatikan terkait dengan operasi bus adalah jadwal. Umumnya frekuensi bus tidak terlalu banyak, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil. Bahkan, ada bus dengan jadwal hanya hitungan jari dalam sehari.

Di Chiba, terdapat beberapa perusahaan yang mengoperasikan bus lokal maupun ekspres, seperti Chiba Chuo, Kominato dan Keisei. Bus lokal umumnya mengakomodasi rute-rute yang tidak terjangkau oleh kereta, baik pemukiman maupun public place seperti Rumah Sakit, pusat perbelanjaan, tempat tujuan wisata dan sebagainya. Bus lokal biasanya dapat berhenti di setiap halte dalam rute yang dilewati. Selain bus lokal, terdapat pula bus ekspres yang biasanya hanya menghubungkan beberapa lokasi, seperti Airport Limousine Bus, Willer Express dan Narita Kuko Kotsu. Bus ekspres tersebut memiliki rute dengan tujuan di antaranya Bandara Narita, Tokyo dan Bandara Haneda. Umumnya, tarif bus ekspres relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan menggunakan kereta atau bus lokal. Namun, bus ekspres memang memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih mengingat penumpang hanya tinggal duduk manis sampai tujuan tanpa harus berganti-ganti kendaraan. Hal tersebut tentu dapat menjadi nilai tambah, terutama bagi manula, penumpang dengan banyak bawaan, maupun para penumpang yang berpergian dalam rombongan.

img_3724

Airport Limousine Bus

Taksi

Tarif yang tinggi membuat taksi tidak menjadi pilihan utama dalam berpergian. Untuk jarak yang sama, tarif taksi bisa berkali-kali lipat bila dibandingkan dengan transportasi yang lain. Dapat dikatakan, taksi merupakan transportasi darurat. Misalnya, dalam keadaan ketika tidak ada transportasi lain yang menjangkau tempat tujuan atau pada saat genting yang tidak terelakan, seperti ketika telat atau harus secepatnya pergi ke Rumah Sakit. Namun selain dalam keadaan-keadaan genting tersebut, penggunaan taksi mungkin juga dapat dipertimbangan dalam situasi lain, seperti ketika membawa barang bawaan yang banyak atau berpergian bersama orang penting.

HAL SEPUTAR ANAK

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, fasilitas di Chiba cukup memadai, begitu pula dengan berbagai sarana dan pra-sarana yang terkait dengan kebutuhan anak. Di sini hampir setiap taman dilengkapi dengan fasilitas bermain anak, walaupun hanya se-simple sebuah perosotan atau tempat panjat-panjatan. Terlebih lagi taman-taman yang berukuran besar, umumnya terdapat tempat permainan anak yang lebih kompleks. Biasanya pula di dalam satu neighbourhood tidak hanya terdapat satu taman bermain. Di sekitar tempat tinggal saya contohnya, terdapat setidaknya enam taman bermain dengan jarak berdekatan, dari yang berukuran sangat kecil hingga sangat besar.

Di public area seperti bandara, tempat perbelanjaan dan klinik pun sering kali tersedia tempat bermain anak. Kalau tempatnya tidak terlalu besar pun, mereka berupaya untuk menyediakan pojokan kecil yang dilengkapi dengan beberapa mainan dan buku. Begitu pula dengan nursery room, hampir selalu tersedia di public area sehingga kita tidak perlu cemas bila perlu menyusui atau mengganti popok si kecil. Bila tidak tersedia nursery room khusus, biasanya aktivitas tersebut dapat dilakukan di toilet untuk orang berkebutuhan khusus. Toilet tersebut umumnya dapat ditemui di stasiun dan tempat-tempat keramaian, seperti taman dan pusat perbelanjaan, selama tempat tersebut tidak terlalu terpencil.

mita4

Tempat Bermain Anak di Salah Satu Klinik Chiba

KESEHATAN

Pemerintah Jepang sangat mempedulikan kesehatan penduduknya, tidak terkecuali para pendatang atau orang asing yang dikenal dengan istilah gaijin. Seluruh anggota tidak terlepas dari anjuran medical checkup, tidak terkecuali anak. Saya sebut anjuran karena sebenarnya medical checkup ini tidak wajib, tetapi sangat disarankan. Umumnya medical checkup ini untuk dewasa hanya sekali saja atau dalam beberapa kasus bisa lebih dari sekali dalam setahun. Dalam medical checkup dewasa terdapat tes mata, tes darah, tes urin dan sebagainya yang mana akan cukup mahal bila kita lakukan sendiri di rumah sakit walau dengan asuransi sekalipun sehingga sayang untuk dilewatkan.

Sementara itu untuk anak-anak, pemeriksaan kesehatan dan perkembangan anak dilakukan pada usia-usia tertentu, seperti pemeriksaan pada usia 1.5 tahun, 2 tahun dan sebagainya. Pada pemeriksaan tersebut para orang tua diberi penataran tentang pola asuh anak dan hal-hal terkait perkembangan anak, dalam bahasa jepang tentunya. Orang tua juga diwawancara mengenai perkembangan dan aktivitas anak sehari-hari. Terdapat pula pemeriksaan gigi anak disertai dengan konsultasi mengenai kondisi gigi anak.

KEBERSIHAN DAN TATA CARA PEMBUANGAN SAMPAH

Jepang memang terkenal sebagai negara yang teratur dan disiplin, terutama masalah kebersihan. Hampir semua tempat sampah yang tersedia di tempat umum terbagi dalam beberapa kategori, tidak terkecuali di Chiba. Di tempat umum seperti stasiun dan pusat perbelanjaan, biasanya kategori tersebut terbagi atas bottles, cans, PET bottles, newspapers-magazines dan others. Sementara itu, di beberapa tempat seperti taman terbuka, tempat sampah yang tersedia mungkin tidak sekomprehensif itu, tapi setidaknya terdiri dari dua kategori, yakni recyclable dan combustible. Di sini jarang sekali single bin yang tersedia, kalaupun ada hanya tersedia di toilet wanita. Itupun fungsinya dikhususkan hanya untuk membuang sampah terkait kewanitaan, yang tidak dapat di-flush layaknya tissue toilet degradable.

image3

Tempat sampah di stasiun

Tata cara pembuangan sampah domestik atau sampah rumah tangga pun tidak kalah rumitnya dengan di tempat umum. Di Chiba, terdapat lima kategori sampah rumah tangga, yakni combustible, incombustible, hazardous, recyclable, dan bulky items. Masing-masing kategori tersebut memiliki jadwal pembuangan yang berbeda dengan penanganan yang berbeda pula.

Yang unik, penarikan biaya pembuangan sampah di sini dilakukan via pembelian kantong plastik sampah alih-alih melalui iuran. Dengan begitu, semakin banyak sampah yang perlu dibuang, semakin banyak pula biaya yang diperlukan seiring dengan banyaknya kantong plastik sampah yang diperlukan. Kantong plastik tersebut dapat dibeli di hampir semua toko, dari toko kecil hingga pusat perbelanjaan besar. Namun, pemerintah memberikan sokongan persediaan kantong plastik sampah bagi bayi dan manula, mengingat adanya penggunaan popok dan hal-hal terkait lainnya yang dapat menambah beban pembuangan sampah. Kantong plastik sampah tersebut diberikan setahun sekali dalam jumlah yang cukup banyak.

Terdapat dua jenis kantong plastik sampah, yaitu untuk sampah combustible dan incombustible. Sementara itu, sampah hazardous, recyclable dan bulky items tidak membutuhkan kantong plastik sampah khusus. Sampah hazardous dan recyclable cloth cukup menggunakan kantong plastik bening biasa. Sementara itu, recyclable paper seperti newspapers, magazines dan cardboard cukup diikat dengan tali, tanpa memerlukan kantong plastik. Begitu pula dengan recyclable bottles, cans dan PET bottles, tidak memerlukan kantong plastik dan cukup dimasukkan langsung ke dalam wadah yang disediakan pada saat jadwal pembuangan. Glass bottles dipisahkan sesuai warna, wadah putih untuk uncolored bottles, wadah coklat untuk brown bottles, sedangkan wadah hitam untuk other bottles. Untuk cans tersedia wadah biru, sementara untuk PET bottles tersedia jaring-jaring hijau. Lain halnya dengan kategori sebelumnya, untuk pembuangan bulky items, kita harus melakukan pengajuan khusus. Pengajuan tersebut dapat dilakukan baik via telepon maupun secara online. Bulky items tersebut kemudian akan diangkut setelah kita membayar biaya pembuangannya. Selain itu, kita juga dapat membawa sendiri bulky items tersebut ke tempat pembuangan terdekat dan melakukan pembayaran di sana secara langsung.

KOMUNITAS INDONESIA

PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Chiba
Walaupun tentu masih kalah bila dibandingkan dengan Tokyo, Chiba termasuk daerah yang cukup banyak orang Indonesia-nya, yang sebagian besar juga merupakan mahasiswa. Dengan begitu, PPI Chiba dapat terbilang cukup aktif mengadakan berbagai kegiatan. PPI Chiba memiliki website dan FB page yang aktif. Kegiatan yang diadakan oleh PPI Chiba di antaranya adalah welcome party, sports day, academic forum, perayaan kemerdekaan, buka puasa bersama, dan berbagai acara kumpul-kumpul lainnya. Dari acara-acara tersebut, beberapa di antaranya terbuka untuk umum, baik untuk WNI lainnya maupun WNA, yakni seperti perayaan kemerdekaan dan buka puasa bersama. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya diadakan di seputar lingkungan Universitas Chiba, terutama di sekitar asrama, walaupun ada pula yang diadakan di tempat lain.

tempat-sholat

Suasana 17an di Chiba 😀

PMC (Pengajian Muslimah Chiba)
PMC memiliki agenda pengajian yang diadakan setiap bulannya. Selain pengajian, PMC juga memiliki kegiatan-kegiatan lain, seperti kelas tahsin dan acara buka puasa bersama. Biasanya kegiatan-kegiatan tersebut dipusatkan di Masjid Nishi-Chiba. Setelah menyewa selama bertahun-tahun, baru-baru ini Masjid Nishi-Chiba telah lunas terbeli dan telah sepenuhnya menjadi milik umat.

PRODUK DAN RESTORAN HALAL

Selain tempat diadakaannya berbagai kegiatan, di Masjid Nishi-Chiba juga terdapat NAHA (Nippon Asia Halal Association) yang menyediakan berbagai produk halal. Tidak hanya di Masjid Nishi-Chiba, produk halal juga dapat ditemukan di beberapa pusat perbelanjaan, seperti Gyomu Supa, Kaldi, dan Aeon. Di beberapa tempat seperti Bandara Narita dan Shisui Premium Outlet, juga dapat ditemukan restoran halal. Selain restoran halal, Bandara Narita dan Shisui Premium Outlet juga menyediakan tempat sholat.

image5

Tempat Sholat Shisui Premium Outlet

TUJUAN WISATA

Tokyo Disney Resort
Walau terkenal dengan sebutan Tokyo Disney Resort, tempat hiburan ini sebenarnya masih terletak di wilayah Chiba. Menjadi tujuan wisata yang sangat diminati di Jepang, Tokyo Disney Resort diserbu oleh tidak hanya pengunjung dari Jepang, tetapi juga pengunjung dari mancanegara. Tak ayal, Tokyo Disney Resort hampir selalu penuh setiap saat dibanjiri oleh pengunjung yang membeludak. Terdapat dua macam theme park di Tokyo Disney Resort, yakni Tokyo Disneyland dan Tokyo DisneySea. Keduanya menyuguhkan berbagai wahana dan atraksi yang spektakuler sehingga dapat menyedot antusiasme dari segala umur. Selain theme park, terdapat pula pusat perbelanjaan Ikspiari dan berbagai hotel di Tokyo Disney Resort. Di dalam Ikspiari terdapat toko souvenir yang menyediakan berbagai merchandise Disney. Begitu pula dengan Bon Voyage, toko souvenir yang berada di luar theme park, terletak di sebelah Ikspiari. Dengan begitu, para pengunjung yang tidak masuk ke dalam theme park juga tetap dapat merasakan atmosfer Disney sambil berbelanja.

mita3

Cinderella Castle

Kamogawa Seaworld
Terletak di Semenanjung Boso bagian selatan, Kamogawa Seaworld memiliki atraksi andalan berupa Pertunjukan Paus Pembunuh. Tentu tidak hanya Pertunjukkan Paus Pembunuh, Kamogawa Seaworld juga memiliki tiga atraksi lainnya yakni Pertunjukan Beluga, Pertunjukan Lumba-Lumba dan Pertunjukan Singa Laut. Kamogawa Seaworld memang merupakan Seaworld yang terbilang cukup lengkap di area Boso. Selain terdapat bermacam koleksi ikan yang menarik, terdapat pula berbagai satwa lainnya, seperti walrus, penguin dan beberapa jenis burung. Kamogawa Seaworld juga menyuguhkan berbagai aktivitas edukatif. Pengunjung tidak hanya dapat berinteraksi dengan satwa, tetapi juga dapat memberi makan, berenang bersama, hingga mencicipi pekerjaan sehari-hari animal trainers.

image6

Pertunjukan Paus Pembunuh

Tokyo German Village
Tokyo German Village merupakan taman hiburan dengan nuansa Jerman yang terletak di tengah Semenanjung Boso. Terdapat banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sini, dari berperahu hingga bermain panahan. Selain terdapat berbagai wahana, terdapat juga bermacam aktivitas edukatif, seperti kegiatan memasak, memanen, hingga berinteraksi dengan berbagai satwa. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan yang asri dengan berbagai bunga yang berbeda setiap musimnya.

image7

Taman Hiburan Bernuansa Jerman

Chiba City Folk Museum (Chiba Castle)
Chiba City Folk Museum atau yang dikenal dengan Chiba Castle ini merupakan pemugaran dari bangunan lama Chiba Castle yang direkonstruksi mengikuti model kastil Jepang tradisional. Bangunan putih klasik jepang ini berlokasi hanya beberapa stasiun dari Stasiun Chiba. Oleh karena itu, tempat ini cukup ideal bagi mereka yang hanya memiliki waktu singkat dalam kunjungannya ke Chiba. Pada musim-musim tertentu seperti saat hanami, Chiba Castle cukup ramai didatangi pengunjung. Pada saat itu, terdapat berbagai stand yang menjual makanan, barang-barang tradisional, dan stand permainan tradisional. Biasanya terdapat pula pertunjukan yang tidak hanya menampilkan musik tradisional jepang, tetapi juga menampilkan musik western.

Naritasan
Naritasan merupakan tujuan wisata yang cukup digemari di Chiba. Berlokasi sangat dekat dengan Bandara Narita membuatnya sering didatangi oleh pengunjung yang hanya singgah sebentar di Jepang. Selain kuil, lorong toko-toko tradisional menuju kuil merupakan daya tarik yang sangat besar bagi pengunjung. Terdapat berbagai makanan dan barang-barang tradisional dengan harga yang cukup terjangkau. Selain toko tradisional, terdapat juga berbagai restoran dan cafe di seputar Naritasan. Kalaupun tidak untuk mengunjungi kuil, para pengunjung bisa datang untuk sekedar bersantai di cafe-cafe tersebut.

narita-san-4

Suasana Kuil

Nokogiriyama
Seperti halnya Kamogawa Seaworld, Nokogiriyama juga terletak di bagian selatan Semenanjung Boso. Namun, keduanya terletak di sisi yang berseberangan. Kamogawa Seaworld menghadap ke Samudera Pasifik, sedangkan Nokogiriyama menghadap ke Teluk Tokyo. Dengan menyuguhkan relief pegunungan, Nokogiriyama memberikan pemandangan alam yang cukup mengagumkan. Terlebih lagi dengan adanya ropeway, yang dapat mengakomodasi pengunjung untuk naik ke bagian puncak dengan menggunakan kendaraan berupa cable car. Selain pemandangan alam, terdapat pula kuil dan patung Buddha yang menjadi ikon Nokogiriyama.

img_3740

Pemandangan dari Ropeway

816663_2282

Selain tempat yang telah diceritakan, masih banyak lagi tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi di Chiba, seperti Mother Farm, Yoro Keikoku, Tateyama dan sebagainya. Masing-masing tempat memiliki keunggulan yang berbeda-beda dan sayang untuk dilewatkan. Jalan-jalan di Chiba memang tidak ada habisnya, semoga ada waktu untuk berkeliling sebanyak-banyaknya.

 —-

All images are courtesy of Mita and family – other used images are linked to its original source.

Instagram: mitarangkuti

Kesempatan Kedua Tinggal di Jepang..!

IMG_9867Enrica Rinintya (Chacha) – Seorang perempuan (27) asli Yogyakarta yang Alhamdulillah diberi kesempatan untuk singgah di beberapa belahan Bumi. Ibu dari seorang anak lelaki berumur 2 tahun, seorang stay at home mom yang sedang menemani sang suami berpetualang di Negeri Sakura. My family is my life, we learn and grow together. 

Merantau di Jepang

Pertama kalinya menjejakkan kaki di Negeri Sakura ini pada tahun 2008. Dengan status mahasiswa pertukaran pelajar di Osaka, sebuah kota yang menurutku tidak terlalu besar dibandingkan dengan kota di mana saya tinggal sekarang. Saat ini saya adalah seorang Full Time Mother yang berstatus menemani suami yang sedang melanjutkan studi S3 di Tokyo Metropolitan University (TMU/Shuutodai), Tokyo. Saya diberi kesempatan kedua untuk menjejakkan kaki di Negeri ini, kali ini bersama keluarga kecilku: Joned (suami) dan Izza. Di sebuah kota di pinggiran Tokyo; Tama City.

1Sumber: Google.com

Terkenal dengan maskot Hello Kitty, “Sanrio Puroland” dan “Hello Kitty Town” dengan lokasi yang berjarak agak jauh, kira-kira 1 jam dari pusat kota (dengan kendaraan umum), ternyata memiliki cerita dan kejutan-kejutan tersendiri.

sanrio1Sanrio Puroland, Tama City, Tokyo – where Hello Kitty dreams came true

3

Dan di kesempatan kedua kali ini, saya banyak menemukan hal-hal baru, terutama terkait dengan dunia parenting di Jepang. Dimana anak-anak di Negeri ini amat sangat dijaga dengan baik oleh Negara, diberikan fasilitas yang memadai dan pelayanan yang memuaskan.

FASILITAS KESEHATAN

Kami biasa mengantarkan anak kami, Izza (26 bulan) untuk kontrol kesehatan di sebuat klinik di dekat tempat tinggal kami. Setelah selesai kontrol, barulah kami tahu kalau semua fasilitas dan pelayanan adalah gratis! Bahkan biaya imunisasi dan obat pun hampir semua bebas biaya.

Kami awalnya kesusahan dalam berbahasa (untuk istilah-istilah medis) pun dibantu dengan semaksimal mungkin oleh pihak staff klinik yang bertugas. Bahkan pihak dokter pun mau menerjemahkan ke dalam bahasa inggris walaupun terbata-bata. Yah, walaupun mereka lebih sering mengulangi dalam bahasa Jepang, dengan harapan kami mengerti bahasa mereka.

5

6Sumber: Website Tama Garden Clinic

Selain fasilitas berobat di klinik, ternyata dari pihak kantor kecamatan setempat pun mewajibkan Izza untuk melakukan general check-up untuk anak setiap 1,5 tahun sekali. Plus, diberikan jadwal rutin kontrol ke dokter gigi.

Pada saat kontrol ke dokter gigi, semuanya lengkap, selain mengecek kesehatan gigi anak, orangtua pun diajarkan cara menyikat gigi anak dengan tepat. Orangtua diminta untuk praktek langsung di tempat konsultasi yang telah disediakan. Mereka bahkan menanyakan lho sikat gigi dan odol apa yang kita gunakan (karena wajib dibawa saat kontrol) 🙂

FASILITAS TUMBUH KEMBANG ANAK

Tadinya sempet deg-deg an juga, apa jadinya ya hidup di Jepang bersama seorang anak yang masih usia dini. Bisa survive ngga ya kita? Jengjeng..ternyata bisa lho! Karena perhatian pemerintah Jepang terhadap anak-anak ternyata luas biasa besarnya, banyak fasilitas-fasilitas tersedia untuk anak-anak di sekitar kami. Diantaranya yang terjangkau dari lokasi tempat kami tinggal ada:

A. Jidoukan (children center)
Hampir di setiap daerah memiliki Jidoukan. Fasilitas yang ditawarkan pun berbeda-beda. Pada umumnya, jidoukan berlokasi dekat dengan perpustakaan daerah.

221x165xnakameguro-jidoukan-png-pagespeed-ic-iruzpcdn7f

Jidoukan is a great place to meet-up with a fellow Mom and Dad with kids for a playdate, or go alone with baby and make some new friends. (Sumber: bestlivingjapang.com)

Di Toyogaoka Jidoukan, yang berlokasi kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki dari tempat kami tinggal, secara rutin mengagendakan aktivitas untuk ibu & anak seminggu sekali. Aktivitasnya seru-seru, biasanya ada tetzukuri (crafting dengan berbagai tema yang berbeda-beda), outing ke kebun binatang, dan  kamishibai (story telling).

kamishibai5

What is Kamishibai? (kah-mee-she-bye) or “paper-theater,” is said to have started in Japan in the late 1920s, but it is part of a long tradition of picture storytelling. Kamishibai stories for educational purposes are still being published and can be found in schools and libraries throughout Japan and more recently, through the efforts of Kamishibai for Kids, in the United States and Canada.

Selain itu, kalo lagi mati gaya, bisa ajak anak ke tempat ini untuk main sepuasnya juga, dari pukul 9.00-15.00 setiap hari (selain ahad). Karena di tempat ini disediakan ruangan bermain dengan permainan lengkap yang sudah ditata sesuai umur dan jenis permainan. Ibu bisa menemani anak sepuasnya, anak senang, ibunya pun bisa menikmati quality time dengan sang anak dan juga bercengkerama dengan ibu-ibu lainnya.

B. Seitoku Youchien (Seitoku Kindergarten)

Belum lama ini, sebuah taman kanak-kanak yang juga berdekatan jaraknya, membuka diri untuk umum, setiap hari Rabu. Anak boleh masuk ke dalam taman kanak-kanak dan bermain dengan fasilitas bermain yang disediakan sepuasnya juga. Bahkan terkadang dibiarkan bermain dengan anak-anak yang bersekolah.

Sumber: (Atas) Website Sekolah Seitoku (Bawah) Dok. Pribadi

Di sini anak dapat belajar untuk bersosialisasi serta mengenal dunia selain rumah. Jadi, walaupun usianya belum menginjak 3 tahun pun sudah bisa kenalan dengan suasana di taman kanak-kanak, yang kurang-lebih dihabiskan dengan belajar sambil bermain.

C. Outdoor Playground

Hampir disetiap blok di antara bangunan di cluster tempat tinggal kami pasti ada taman bermain. Dimana anak bisa bebas bermain dan berlarian. Pastinya, kalau cuaca sedang mendukung fasilitas ini lah yang kita manfaatkan. Begitu pedulinya pemerintah terhadap keselamatan, kenyamanan dan kebahagiaan anak, apapun selalu dengan slogan “kodomo no tame” (demi kepentingan anak-anak/ for the sake of children).

17584404099_70a25d333d_cSuasana salah satu outdoor playground di Tokyo (Sumber: Google)

D. Perpustakaan Daerah dan Toko Buku
Kami dimanjakan dengan fasilitas bernama buku. Kalaupun ternyata buku-buku bertuliskan tulisan jepang, tetapi gambar-gambar di buku anak-anak bagus-bagus semua. Jadi, asik-asik aja buat pinjem buku-buku di perpustakaan Jepang, karena gambarpun bisa kami pakai untuk saling bercerita. Toko buku pun tersebar di sekeliling kami, dimana di toko-toko tersebut biasanya diperbolehkan untuk membaca buku ditempat (disediakan tempat-tempat untuk duduk dan membaca).

mainSalah satu perpustakaan untuk anak di Kyoto Univeristy of Art and Design. Sumber: piccoli.jp

Selain itu, membudayakan membaca untuk anak menurut kami adalah penting. Bukan esensi belajar membacanya tapi menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku dan kegiatan membaca adalah salah satu hal yang menurut kami penting.

FASILITAS UNTUK BELAJAR BERBAHASA

Didanai/diprakarsai oleh Pemerintah Kota, berdirilah sebuat lembaga belajar bahasa Jepang. Dengan staff pengajar orang Jepang asli yang bisa berbahasa inggris. Lembaga ini bernama TIC (Tama International Centre). Lembaga ini tersebar di beberapa lokasi di dalam satu kota, jadi kita bisa memilih lokasi yang paling nyaman untuk kita datangi. Selain program bahasa, lembaga ini juga terkadang menawarkan aktivitas-aktivitas kebudayaan berupa kelas yang bisa kami ikuti juga; seperti Ikebana, kelas memasak, dsb. Lembaga ini juga menyediakan fasilitas penitipan anak gratis selama 2 jam, jadi sang ibu bisa belajar dengan tenang sementara sang anak bisa main sepuasnya..(biasanya sih terus ngga mau pulang ^_^v). So, buat yang di rumah dan ingin tetap bisa belajar bahasa dan budaya Jepang, ngga perlu bingung lagi. Kalau penasaran bisa klik link ini yah! http://www1a.biglobe.ne.jp/tic/

FASILITAS KELUARGA

Salah satu bonus, ketika tinggal di Jepang adalah tempat-tempat berlibur bagi keluarga. Kami terkadang menyempatkan sebagian waktu dari keseharian kami untuk berlibur. Semisal ke theme park ataupun ke lokasi-lokasi yang asyik untuk di datangi.

18Yomiuri Land saat Jewel Light-up

21

Ski Park di daerah Nagano

Selain aktivitas-aktivitas di atas, eratnya hubungan antara sesama orang Indonesia pun membuat kami tidak merasa sendirian. Terkadang kami saling bersilaturahmi untuk menimba ilmu dan saling bertukar pengalaman.

(Kiri) Bersama rekan-rekan PPI-TMU (Kanan) Bersama teman-teman Pengajian Muslimah Fuchu

Dan juga, Kebudayaan Jepang yang sangat kental, menghargai hadirnya empat musim bisa kami nikmati seiring dengan kehidupan kami sehari-hari.

24

Undangan ke Pernikahan ala Jepang

26

Hanami – Cherry Blossom Viewing – Menikmati Bunga Sakura di Musim Semi

27

Hina Matsuri (Girls/Dolls Festival)

Kurang lebih itu yang selama ini kami lakukan untuk menghabiskan waktu kami sehari-hari disini. Walaupun seorang Full Time Mother, saya tetap diberi fasilitas untuk menyalurkan minat dan hobi. Izza pun dapat mendapatkan fasilitas-fasilitas yang mendukung tumbuh kembangnya.

——-

Kalau ada teman-teman yang ingin berkenalan dengan kami, kami bisa ditemui di:
Instagram: @rinintya
blog: http://belajarjadiortu.wordpress.com

*Semua foto dalam artikel ini, otherwise stated, adalah dokumentasi pribadi Chacha dan keluarga.

Merantau di Guangdong

lapanganNiken Wulandari – Wanita kelahiran Balikpapan yang sudah pindah dan menetap di Jakarta sejak berumur 3 tahun, sekarang menetap jangka panjang di Foshan, propinsi Guangdong, China bersama suami dan anak perempuan saya yang berkewarganegaraan China.

Pengalaman dan Latar Belakang Merantau

Saya tidak punya keterampilan khusus yg menonjol, suka membaca buku atau sekedar nonton video via handphone. Tetapi dari saya kecil, yang saya tahu, saya punya cita-cita untuk hidup di luar negeri, karena saya tertarik sekali dengan bahasa asing, meskipun pada akhirnya bahasa asing yang saya kuasai pun hanya 1-2 macam saja. Ayah saya beberapa tahun yang lalu baru saja pensiun, sedangkan ibu saya di usianya yg ke 63 tahun masih energik dan masih bekerja menjadi karyawan di perusahaan swasta.

Tahun 2006 saya lulus kuliah dan mendapat beasiswa untuk belajar bahasa mandarin di Sun Yat Sen University, Guangzhou, propinsi Guangdong, China. Saya belajar (sebenernya sih, main sambil belajar karena waktu sekolahnya hanya 4 jam sehari Senin-Jumat) selama 5 bulan di sana. Karena sejak saya kecil orangtua sudah biasa berbahasa Mandarin di rumah, saya cukup beruntung bisa langsung masuk ke kelas intermediate yang (menurut saya) dapat ilmu jauh lebih banyak dibanding memulai dari kelas basic.

Sun Yat- sen University, Guangzhou North Campus

Selama merantau di sana saya mengalami culture shock, yang membuat saya stress hingga sampai absen dapat tamu bulanan sampai 3 bulan. Alasannya? Orang China itu…ya ampun kasar sekaliiii dan tidak mengerti sopan santun sama sekali. Plus kurang menghargai kebersihan. Sampai cape hati saya selama 5 bulan disana, dan berjanji pada diri saya, tidak akan saya kembali ke China lagi untuk hidup jangka panjang (kecuali untuk holiday ya ok-ok  saja :D).

Tapi ternyata Tuhan sedang menghukum saya sepertinya, karena pada April 2007 saya ditugaskan untuk pindah kerja ke Dongguan, masih di propinsi Guangdong juga. Saya sebenarnya sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di Singapore, tetapi ijin kerja saya ditolak oleh pemerintah Singapore, meskipun atasan saya sudah berusaha untuk appeal ke Departemen Tenaga Kerja Singapore. Ya sudahlah saya tidak memaksa juga, tapi ternyata atasan saya sudah kadung cinta pada saya, maka dia tetap berusaha agar saya bisa bekerja dengannya, tapi di negara yg berbeda, yaitu di pabrik produksi perusahaannya. Saya bekerja di Dongguan, dan akhirnya setelah setahun memutuskan untuk resign dan kembali ke Indonesia.

Jadilah saya akhirnya pulang kembali ke Indonesia pada Mei 2008, dan saya lagi-lagi berjanji pada diri saya, tak akan lagi saya kembali ke China, I hate China, I hate Chinese guys dan tidaklah mungkin saya punya pacar apalagi suami orang China…Kenapa saya begitu benci dengan China? karena saya minta ampun sudah tobattttt sama orang China. Orang-orang China yg saya temui saat sekolah dan saat bekerja sangatlah berbeda jauh, karena di lingkungan kerja mereka jauh lebih kompetitif dan “galak”. Mungkin karena kehidupan mereka tidaklah mudah, harus bersaing dengan beberapa milyar orang China lainnya makanya jadi galak dan jutekkk. Tapi kok kayanya saya dipermainkan oleh kata-kata yg keluar dari mulut saya sendiri yah, atau memang ngga boleh deh namanya mengatur-ngatur Tuhan :D. Karena saya kembali bekerja di sebuah perusahaan China di Jakarta, dan di bulan kedua saya bekerja saya malah kecantol orang China hahaha….

By the way, pendeknya saya pacaran kilat selama setahun lebih dan kemudian menikah di tahun 2010 di China.

saya dan suami

Saya dan suami

Setelah menikah kami menetap di Jakarta sampai pada September 2013 kami back for good ke China sampai hari ini.

kamar pengantin 2

Ini foto apa? Ini foto salah satu sudut Kamar Pengantin saya. Sangat tradisional sekali ya..! foto jenis2 “persembahan” untuk sembahyang bagi pengantin baru, diantaranya ada ayam, arak, lilin, sisir rambut, payung dll. intinya seperti perlengkapan bagi pengantin baru untuk memulai hidup berumah tangga

Masih soal kamar penganting, ranjang di kampung-kampung di China (dan sebagian kecil rumah tangga di China) masihlah menggunakan ranjang kayu yang tidak dilapisi kasur lagi. Kalau di musim dingin dilapisi selimut yg tebal dan di musim panas dilapisi tikar agar tidak panas. lumayan kaku badan, apalagi kalau mau balik badan ganti posisi tidur 😀

kehidupan di Foshan secara Umum

Kami tinggal di Foshan Gaoming. Foshan terbagi menjadi beberapa region yaitu Chancheng, Nanhai, Gaoming, Sanshui, Shunde. Gaoming merupakan region yang terkecil dengan 420ribu penduduk saja. Di sini termasuk area kecil, tidak ada kemacetan, kalau macet pasti ada kejadian besar sekali.

kebun sayur

Suasana pedesaan

foshan-map-related-keywords-u0026amp-suggestions-foshan-map-long-tail-

Foshan is a prefecture-level city in central Guangdong province, People’s Republic of China. The area under the city’s jurisdiction is about 3,848.49 km² and has an urban population of over 7.2 million.

Di Gaoming tidak ada mall besar, supermarket besar yg terkenal hanyalah Walmart, brand terbesar yang ada disini hanyalah KFC dan McD, tidak ada Starbucks dan lainnya.

Walmart

Kebanyakan daerah desa, mereka masih berkebun sendiri tanam sayuran, termasuk mertua saya, kami sering mendapat supply sayuran segar tanpa pestisida :).

sayur

Sayuran segar

Yang paling saya sukai di Foshan: suasananya tenang, santai, tidak macet. Suami pulang pergi kerja dlm waktu 15 menit saja. Kemana-mana dekat, dan jalanannya lebar, trotoar bagi pejalan kaki sangatlah lebar, dan tidak dipenuhi oleh pedagang kaki lima (kecuali pada saat-saat dekat musim tahun baru China).

People visit a lantern show to celebrate the Spring Festival on February 17, 2013 in Guangzhou, China. The Chinese Lunar New Year of Snake also known as the Spring Festival, which is based on the Lunisolar Chinese calendar, is celebrated from the first day of the first month of the lunar year and ends with Lantern Festival on the Fifteenth day. (Photo by China Foto Press

Kalau berkunjung ke Gaoming, berjalan-jalan lah ke Wen Chang Lu atau Jalan Wen Chang, inilah jalan teramai di seluruh Gaoming, hanya pedestrian street sepanjang tidak lebih dari 2 km dan umumnya hanya menjual pakaian. McD dan KFC terletak di sini.

Berkeliling di Foshan

Untuk rekomendasi tempat makan, sejujurnya agak susah, karena saya tidak cocok dengan makanan di sini. Either terlalu berminyak (yes, very very greasy!). Karena mereka makan minyak mentah. Maksudnya makan minyak mentah adalah isian sup dimakan dengan dicocolkan ke minyak mentah yang dicampur kecap asin. Cah sayur pun harus dengan minyak yang banyak. Setiap makan harus ada kuah. Tapi anehnya orang China selalu mencibir dengan berkata orang Indonesia makan terlalu banyak makanan berminyak, padahal mereka sendiri konsumsi minyak berlebih. Makanan yang saya suka di sini hampir tidak ada, makanya menderita dan rindu makanan Indonesia *masalah klasik di perantauan*.

Manggong Cake: Kue khas daerah Foshan, seperti kue kacang tanah

Sedangkan makanan halal untuk yang Muslim umumnya bisa ditemukan dengan pergi ke restauran orang Lanzhou, dijamin halal dan enak-enak! Atau bisa juga pergi ke restaurant vegetarian yang herannya ternyata cukup banyak di sini loh.

Tempat favorit jalan-jalan keluarga kami….. biasanya di rumah..! Haha.  Karena sebenarnya di sini tempat hiburan lebih diperuntukkan bagi anak-anak; seperti taman. Banyak sekali taman-taman di sini, yang biasanya penuh dengan orangtua dan anak-anak lagi bermain, apalagi musim panas pasti penuh dengan anak-anak yang bermain pasir dan air.

The Ancestral Temple Foshan

Nanhai Baofeng Temple at Xiqiao Mountain Foshan Big Buddha Guangdong

Untuk berjalan-jalan, biasanya saya naik bus, tidak ada subway di daerah Gaoming sini. Atau lebih tepatnya belum ada rencana dari pemerintah untuk membangun subway sampai ke Gaoming. Tapi Foshan area lainnya sudah ada subway kok 🙂

lapangan

di seluruh China adalah normal untuk menghabiskan waktu di lapangan sperti ini yg tersebar di seluruh daerah. biasanya dipakai untuk bawa anak2 berjalan2, berjemur matahari, menari, atau olahraga ringan

One Child Policy

One child policy tadinya berlaku jika kami memiliki anak kedua yg ingin masuk ke kewarganegaraan China dan harus membayar denda. Di sini bisa mempunyai anak lebih dari satu kalau pihak suami atau istri merupakan anak tunggal, suami saya kebetulan bukan anak tunggal dan saya tidak diakui untuk mengikuti peraturan ini krn saya warga negara asing. Namun “berita gembira”nya, sejak awal November 2015 sudah diresmikan oleh pemerintah China bahwa seluruh penduduk China boleh memiliki 2 orang anak tanpa syarat, jadi saya tidak takut lagi untuk memiliki anak kedua 😀

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di China

Pertama yang bikin kaget adalah…. Dokter yg saya kunjungi untuk cek up bulanan bukanlah dokter yg membantu saya melahirkan nantinya. Dokter untuk cek up bulanan hanya dokter di poliklinik, sedang dokter yang membantu lahiran adalah dokter di bangunan lainnya yang diperuntukkan untuk rawat inap. Di sini mengecek jenis kelamin bayi sebelum lahir adalah melanggar hukum, meskipun bisa saja dilakukan kalau punya kenalan dan uang. Proses kelahiran tidak boleh didampingi suami atau orang lain, karena dalam ruang persalinan biasanya ada ibu melahirkan lainnya. Lainnya setelah melahirkan langsung dilakukan inisiasi dini sama kok seperti di Indonesia. Masa pemulihan setelah melahirkan lumayan banyak pantangan, apalagi karena ibu mertua agak ndeso jadi pantangannya agak banyak hehehe…

keluarga suami

Bersama keluarga suami

kendala berBahasa

Di China umumnya sangat sedikit orang lokal yang bisa berbahasa inggris secara fasih, untuk melakukan percakapan simple pun sangat jarang yang bisa. Bahkan saya bisa mengatakan di kota besarpun sangat jarang yang bisa berbahasa Inggris. Bahasa utama adalah Chinese Mandarin, dengan berbagai macam dialek lokal, kebetulan daerah saya tinggal adalah China selatan yang mayoritas berbahasa Cantonese. Jenis huruf yang dipakai oleh masyarakat di China daratan dan Hongkong dan Taiwan memiliki perbedaan, Hongkong dan Taiwan memakai huruf tradisional sedangkan China daratan huruf simplified.

Pemerintah China (setahu saya) tidak memberikan fasilitas kursus gratis, umumnya bagi orang asing tidak ada fasilitas apa-apa. Belajar bahasa Mandarin cukup susah, karena ada 4 nada yang berbeda, tapi tantangan lebih berat adalah belajar Cantonese karena ada 9 nada yang berbeda dan sampai sekarang saya masih tidak bisa sama sekali.

perkumpulan Orang Indonesia

Perkumpulan orang Indonesia ada, tapi biasanya di kota besar. Saya mempunyai beberapa teman orang Indonesia, tapi itu teman-teman kerja dulu dan beberapa yang kenal via Facebook. Btw, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya diblokir di sini, saya harus menggunakan VPN untuk dapat mengakses website-website tersebut.

Penduduk Lokal Fushon Gaoming dan culture shock

Penduduk lokal termasuk baik, menikmati hidup. Basically karena kota kecil, maka waktu yang diperlukan utk pulang pergi kerja tidak begitu panjang, suka masak dan makan di rumah, jarang dijumpai keluarga besar makan di luar karena mereka menganggap makan di luar/ restaurant mahal dan tidak seenak makan di rumah. Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali loh ya…. Mereka juga suka membawa anak jalan-jalan malam sampe jam 9-10, pergi bermain di taman yang lumayan banyak tersebar di sana-sini.

Camera 360

Gendongan bayi: gendongan bayi yang cara memakainya sangatlah rumit dan melelahkan, saya memilih untuk memakai gendongan bayi modern. saya tidak suka gendongan bayi kuno model ini krn selain memasangnya terlalu melelahkan, terlalu mengekspose daerah payudara si penggendong

Jangan bingung – karena ini adalah pemandangan yang lumrah ditemui di berbagai kota di China:  Yep, babies and toddlers in China don’t wear nappies so they’re able to do their ‘business’ wherever and whenever (!).

Nah, kalau berbicara tentang habit dan potensi culture shock…

The most disgusting Chinese habit that all foreigners seem to agree upon is spitting. They hack and spit everywhere, and not only outside. Why, you may wonder? It is claimed pollution is the problem. The air in cities, such as Beijing and Shanghai, is so bad that the simple act of breathing already irritates the throat so much that, like cats cough up hairballs, coughing and horking up mucus is the only way out.

Selain masalah “spitting” atau meludah sembarangan, adalah WC. WC di seluruh China sih memang kurang bersih, ada yang bersih juga tapi jarang. Sebenarnya mungkin karena saya sudah terbiasa hidup di China makanya asal wc-nya (maaf) tidak ada “bom” sudah termasuk bersih. Sekat di WC tidak ada kalau daerahnya agak terpencil, umumnya WC bersekat, tapi kadang-kadang ada juga yg sekatnya rendah jadi bisa sambil lihat-lihat samping kalau lagi buang air, heeeee, tapi jarang kok..! Hehehe.

Lumayan lah ada sekatnya 😉

Untuk potensi culture shock lainnya, bisa ke link ini, cukup membantu untuk yang pertama kali ke China 😀

—–