Tempat Favorite untuk Keluarga di Singapura

IMG-8447.JPGPrissa Putri J – Once a Lawyer, always a mother.. Raising a fairy princess Quorra and a mighty knight Shatra.

Hello! Nama saya Prissa Putri, sudah 4 tahun ini status saya adalah full time home-maker aka. woman who fully manage a household hahaha..! Jadi termasuk juru masak, tukang bersih bersih, tutor privat sampai uber mom yang sebagian besar waktu habis di jalan untuk mengantar anak dan suami setiap harinya. Sebelum terjun ke profesi menantang ini, pekerjaan saya sebelumnya adalah seorang corporate lawyer di salah satu lawfirm terbesar di Jakarta selama 8 tahun, kemudian naik pangkat diberi kepercayaan mengurus 2 orang anak, Quorra Tjokroatmodjo (6 thn) dan Artachshatra Tjokroatmodjo (4,5 thn) tanpa bala bantuan aka helper di negeri rantau Singapura (malu nih disebut negara rantau padahal jaraknya cuma sejauh cibubur hahaha).

Saya, suami dan 2 anak kami, Quorra dan Shatra pindah ke Singapura pada tahun 2013, setelah suami mendapatkan tawaran bekerja disalah satu multinational technology company. Tepat di awal bulan ini menandai pindahnya kita pindah lengkap sekeluarga selama 4 tahun.

Processed with VSCO with a6 preset

The four of us

Di awal keputusan menerima pekerjaan di Singapura ini, kebetulan kami berdua sama-sama meniti karir yang sama di Jakarta. Sehingga “ambisi wanita karir” saya masih meluap-luap haha… jadi kami tidak langsung pindah secara bersamaan, melihat jarak yang cukup dekat antara Jakarta-Singapura, saya sempat memutuskan untuk tetap bekerja di Jakarta at least sampai akhir tahun 2013 (nunggu bonus akhir tahun lah hahaha, ups!). Setelah 3 bulan mencoba, dan merenungkan kembali prioritas hidup, yang menurut kami keluarga itu sudah seharusnya bersama sama, akhirnya di bulan Oktober 2013 saya memutuskan untuk resign sepenuhnya dan hijrah ke Singapura.

We enjoy every bit of seconds living here in Singapore! Menurut kami, negara ini adalah tempat yang sempurna untuk membesarkan anak-anak. Lingkungan aman, taman kota dimana-mana, playground bersih dan mudah ditemukan, lingkungan komunitas yang kondusif disini sangat memudahkan kami akhirnya menyebut Singapore as our home.

Pindah kesini saat Quorra masih berusia 2 tahun dan Shatra kurang lebih 8 bulan, pertama kali jadi full time home-maker, masih mencari rhythm yang pas, jadi di awal awal kepindahan banyak cerita0cerita yang gak bisa dilupain, salah satunya yang paling menantang adalah waktu Shatra masih harus digendong kemana-mana (thank you ergo baby!) dan antar jemput Quorra sekolah dengan public transportation, sampai pernah sekali waktu, karena cepet-cepet turun, saya sukses terjatuh dan kaki pun terkilir sehingga harus pakai aircast! Tantangan banget haha! Karena disini pace hidup orang-orang itu serba cepet-cepet kaaan jadi penyesuaian ini mengorbankan kaki fracture ;p

Kiasusim

Satu yang saya bisa sebutkan sebagai whatnot to like living here in Singapore, yaitu KIASUISM orang Singapura! Sifat ini mendarah daging sekali sampai ke anak-anak, ambisius ada baiknya, tapi kiasuism that’s another level! Hahahahaha.

Apasih “KIASUISM”, dari istilah Kiasu (Chinese: 驚輸; Pe̍h-ōe-jī: kiaⁿ-su) adalah istilah bahasa Hokkien yang arti sebenarnya adalah sikap mau menang sendiri dan egois. Ini salah satu sikap yang lengkeeett dan identik dengan para Singaporean, dan bisa diliat dalam semua segi berkehidupan di Singapura, mulai dari antri chicken rice, antri sale, daftar sekolah anak, sampe sampe masuk giliran di playground. Karena ini udah sifat yang mendarah daging, dan jadi bagian dari culture Singaporean, jadi anak-anak kecil pun (tentunya karena sikap orang tuanya yang seperti itu juga) jadi ikutan, pokoknya slogannya “gue harusss yang pertamaaaaaaaa” hahahahhahaa. Nah, inilah yang para pendatang dari luar Singapura biasanya merasa super super risih sama sifat yang satu ini, so when I said ambitious is good but Kiasuism is another level, I really mean it! When you’re ambitious, you set the goal for yourself to be successful, but Kiasu, you have to be successful but everyone must loose!

Terjemahan dalam bahasa inggrisnya “afraid to lose out” dari ‘kia’ artinya ‘afraid’ dan su artinya ‘kalah’.

Area Tempat Tinggal

Kami tinggal di area Bukit Timah, masuk postal districtnya district 10, memutuskan tinggal disini karena areanya yang residensial. Mau ke Botanic Garden terjangkau dan dekat, ke kota juga tidak terlalu jauh dengan area hijau yang banyak! Area tempat kami tinggal ini termasuk area pendatang, jadi tetangga kiri kanan depan belakang mostly adalah perantau di Singapura.

IMG-2172

Singaporean yang tinggal di area pun kebanyakan yang memiliki landed house dan pergi ke sekolah di sekolah unggulan Singapura jadi tidak sering berinteraksi dengan mereka kecuali di satu tempat les dengan anak anak hahaha! Menurut kami, area ini new-comer friendly! Sejak 4 tahun lalu, kami jatuh cinta dengan area ini.

Kids Friendly Restaurants

Hampir setiap minggu ada tempat makan baru di Singapura yang memanggil-manggil untuk dicoba haha dan mostly kids friendly! Karena, kebanyakan pendatang di Singapura itu keluarga dengan anak, dan anak-anak tersebut rata-rata babies, toddlers sampai teenagers. Most restaurants di Singapura pasti menyediakan crayons, kertas mewarnai atau buku bacaan! Free magazine yang berkeliaran disinipun membahas seputaran keluarga dan segala aktifitas buat anak-anak jadi gampaaang sekali untuk menentukan aktifitas akhir pekan sama anak-anak disini. Hmmmm, kalau disuruh menyebutkan satu tempat makan favorit ini rasanya suliiittt banget! Tapi saya akan kasih 3 tempat favorit kami sekeluarga untuk ini:

1)    Riders Café

Tempat ini salah satu all time favorite kami! Tempatnya di area Bukit Timah, tidak jauh dari kota tetapi begitu masuk areanya rasanya seperti di ranch luar kota 😀 Kids loveee this place! Timing yang disarankan adalah waktu sarapan, anak-anak punya kesempatan untuk masuk ke kandang kuda keliling liat kuda bahkan bisa pony ride 😀 Weekend, agak sulit dapat meja, tetapi bisa reservasi dulu.

ulu-restaurants-singapore-07160009

2)     Open Farm Community 

Restauran ini letaknya tidak jauh dari Orchard Rd dan dekat sekali dari Singapore Botanic Gardens, restaurant ini punya organic city-farm di areanya dan semua bahannya digunakan untuk penyajian makanan di restaurannya. So definitely its Organic-kids friendly! Dan punya halaman outdoor playground yang luas yang jadi favorit anak-anak. Biasanya kalau udah kesini, habis makan, 2 cangkir kopi pun gak cukup hahaha!

umdscf9892

3)    The Quayside at Robertson Quay

Ini merupakan suatu area, konsepnya adalah open space restaurant row, banyak sekali pilihan makanan sesuai selera, dari Mexican, Japanesse, Chinese, Italian, sampai Middle East yang semuanya kids friendly! So, when in doubt go to this area! Kids can play scooters along the quay of Singapore river trus kita makan enak!

super-loco-3

One of the Mexican Restaurant, Super Loco

 

Nah, kalau tempat hang out terfavorite kita sekeluarga adalah:

1)    Singapore Botanic Gardens

Untuk anak-anak kunci utamanya adalah lapangan luas buat jungkir balik sampe capek tanpa diteriakin mama papanya ya! Hahahhaha jadi tempat ini selalu jadi andalan kita sekeluarga, lebih lagi di Singapore botanic gardens itu punya jadwal rutin concert in the park! Kita selalu cek jadwal rutin di website nparks yang super update untuk event-event ini, bahkan ada juga cinema in the park  yang super kids friendly!

20140811_botanic_sph

item_3-thumbnail-carousel-img-740-416

2)    Museum!

Yes, in Singapore we have these privileges of crazy cool museums everywhere! Anak-anak bisa terekspos dengan Museum yang sangat apik, terawat dan memadai, jadi sesering mungkin kami selalu mengajak anak-anak mengunjungi museum waktu akhir pekan. Favorit kita sekarang ini adalah Singapore National Gallery! Latest visit, kita memperkenalkan lukisan-lukisan karya Raden Saleh ke anak-anak. Dan tentunya exhibition Life is the Heart of the Rainbow oleh Yayoi Kusama.

C5TUKk-VUAEffmw

Tantangan menjadi mamarantau di Singapura

Menurut saya pribadi, hidup disini hampir bisa dikatakan sangat mudah, making friends also is easy karena itu tadi, rata-rata disini banyak pendatang dari berbagai negara jadi lebih friendly. Quorra dan Shatra sekolah di Sekolah Internasional, dan muridnya sangat beragam, dari nationality Israeli, Pakistani, Kuwaity, Greek, Indian, you name it ada semua, dan inilah yang kami mau tanamkan ke anak-anak kalau kita semua ini citizen of the world, we have friends from many different country. Jadi kami sangat bersyukur dengan kesempatan ini.

Tapi tetep sih ada tantangan sebagai seorang Indonesia merantau di Singapura, saya pribadi tidak suka dengan pembagian ras yang diterapkan di Singapore, meskipun negara ini punya tujuan sendiri atas itu menurut saya hal-hal sedemikian harus kita minimalisir. Paras kita yang sama dengan penduduk Singapura dengan ras Malay (Melayu), sering menjadi pengelompokan di tempat-tempat tertentu, dan budaya Melayu yang suka ikut campur (hampir sama nih kayak orang Indonesia 😛 ) kadang-kadang mengganggu hahaha!

====

Instagram: @pichaputri

Advertisement

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di Singapura

858533_10151441582214637_205627387_oAnya –  32 y.o – Loves good food, good friends, good walk, and clean houses – Lives in Singapore since 2010 with a toddler girl, a baby girl, and a human male

Pengalaman hamil di Singapura

Pengalaman hamil saya garis besarnya sama dengan ibu-ibu di belahan dunia lain mungkin ya? Apa-apa dikerjakan sendiri, kemana-mana sendiri, naik public transport di saat penuh pun kadang harus cuek dan berani minta orang untuk memberi tempat duduknya untuk kita. Biasanya yang rela memberi tempat duduk adalah ibu-ibu, bahkan kadang nenek-nenek, sampai saya sendiri yang malu. Mas-masnya sih biasanya pura-pura tidur, jadi harus berani untuk nyolek dan minta tempat duduk.

Memilih Obgyn dan Rumah Sakit di Singapura

Untuk obgyn dan pilihan lokasi melahirkan, di Singapura ada dua opsi, public atau private. Melahirkan di public hospital relatif lebih murah biayanya dibandingkan dengan private hospital. Tapi biarpun namanya rumah sakit pemerintah, standar pelayanannya bagus dan kondisi rumah sakit bersih, nyaman, dan tidak seram (ini penting kan ya?). Selain itu, untuk kondisi kehamilan beresiko tinggi, melahirkan di public hospital lebih aman karena banyak dokter spesialis yang berpraktek di RS tsb, dan tentunya akan menekan biaya apabila ternyata proses bersalin memerlukan penanganan tambahan, misalnya NICU, emergency c-sect, dll. Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan bila ingin memilih public hospital, seperti:

        • Untuk paket pemeriksaan dokter umumnya hanya ada 2 kali scan USG, sementara private clinic biasanya melakukan cek lewat USG di setiap kunjungan konsultasi
        • Beberapa rumah sakit melakukan pemeriksaan dokter dan USG di ruangan terpisah
        • Saat bersalin ada kemungkinan dokter didampingi residen yang kadang ikut melakukan penjahitan, atau ikut melakukan observasi
03 KKH

Kandang Kerbau Hospital (KKH) adalah rumah sakit ibu dan anak yang paling besar di Singapura, terkenal dengan dokter-dokter anak dari berbagai spesialisasi

Ada beberapa hal yang bisa jadi perhatian untuk ibu yang ingin melahirkan di sini.

  • Rumah sakit di Singapura umumnya menyediakan maternity hospital tour. Dalam tour ini, calon ibu dan ayah bisa melihat kondisi ruang bersalin, kamar pasien, kamar bayi, fasilitas yang disediakan (parentcraft room, waterbirth room, dan sebagainya). Yang asyik, setelah maternity tour ibu diberi goodiebags dari rumah sakit berisi sampel produk ibu dan bayi
  • Beberapa minggu sebelum melahirkan, calon ibu sebaiknya melakukan pre-admission di RS yang bersangkutan dan memberikan bukti pre-admission kepada dokter
  • Agak berbeda dengan di Indonesia, ibu hanya boleh ditunggu oleh 1 (satu) orang sejak memasuki ruang bersalin. Biasanya pihak RS meminta agar calon ayah yang menunggu. Bila ayah berhalangan, baru orangtua atau orang terdekat lain.
  • Untuk normal delivery, rumah sakit di sini menerapkan skin-to-skin contact langsung begitu bayi lahir dan ari-ari digunting. Biasanya ibu diminta untuk memeluk (dan menyusui bila mungkin) bayi selama kurang lebih 30 menit, sebelum bayi dibersihkan dan diberi tag
  • Beberapa rumah sakit mulai memakai barcode tagging. Bila bayi berdekatan dengan orang tua yang salah, maka alarm pada tag akan berbunyi
  • Untuk makanan, supplier makanan di rumah sakit adalah halal-certified, dan terdapat confinement menu untuk pasien Chinese
  • Rumah sakit menyediakan parentcraft class gratis selama ibu menginap di RS, topik yang diajarkan umumnya mengenai breastfeeding dan cara memandikan bayi. Bila ingin kelas yang lebih komprehensif, ada juga kelas-kelas yang berbayar
  • Saat anak lahir, rumah sakit akan memberikan health book yang isinya mirip dengan Kartu Menuju Sehat. Selain itu juga ada daftar imunisasi yang nanti akan dilengkapi dengan vaksin-vaksin yang diterima anak. Seperti sudah ditulis oleh Ajeng, pemerintah Singapura mewajibkan semua anak untuk melengkapi mandatory vaccination sebelum masuk primary school.
04 Healthbook

Children’s health book

Total biaya melahirkan normal di public hospital berkisar antara 2000-6000 SGD, sedang di private hospital sekitar 5000-15000 SGD, tergantung jenis kamar. Bila ingin menggunakan epidural atau forceps, tambahan biayanya sekitar 500-1000 SGD. Untuk persalinan caesarian total biaya sekitar 25% lebih mahal dari persalinan normal (sumber: Ministry of Health).

Pemilihan Home Birth, Water Birth, dll.

Home birth belum terlalu populer di Singapura dan dokter kandungan yang bersedia membantu persalinan di rumah masih sangat sedikit. Selain itu persalinan di rumah wajib dibantu oleh bidan yang teregistrasi. Tahun 2014 lalu belum ada bidan Singapura yang teregistrasi untuk melakukan persalinan. Sehingga orang tua yang ingin melakukan home-birth harus mengundang bidan dari negara lain yang teregistrasi. Bidan ini harus melaporkan diri dan mendaftar ke Singapore Nursing Board sebelum mendapat ijin mengakomodasi home birth. (sumber: home birth)

Waterbirth di Singapura bisa dilakukan di National University Hospital (NUH), Mount Alvernia Hospital, Thomson Medical Centre, dan Raffles Hospital dengan tambahan biaya sekitar 300-4000 SGD untuk fasilitas waterbirth. (sumber: biaya waterbirth)

Di sini sudah jarang ada ibu yang melahirkan normal dan drug-free. Beberapa dokter ada yang memang menyarankan agar ibu memilih persalinan dengan epidural. Alasannya, supaya pengalaman melahirkan bisa diingat sebagai hal yang mudah dan tidak traumatik. Akan tetapi, rumah sakit juga menyediakan alat-alat bantu selain obat-obatan, seperti gym ball, yoga mat, atau portable CTG sehingga selama labor ibu tidak harus terikat di tempat tidur dan bisa bebas bergerak.

Kesan Tentang Dokter

Dokter di sini umumnya membebaskan orangtua untuk memilih metode melahirkan. Tapi dari pengalaman saya dengan dua dokter berbeda di rumah sakit berbeda, umumnya mereka akan mengusahakan persalinan normal (termasuk Vaginal Birth After Caesarian-VBAC), kecuali untuk ibu hamil beresiko tinggi.

Saat kehamilan anak pertama saya ada di minggu ke 35, janin masih sungsang dan dokter menyarankan untuk menunggu sampai minggu ke 36. Bila masih sungsang, dokter memberi pilihan untuk melakukan external cephalic version (ECV), yang maksudnya adalah melakukan ‘pijatan’ pada perut dengan tujuan memutar bayi. Harapannya supaya sebisa mungkin saya bisa melahirkan dengan normal. Dokter ini juga termasuk dokter yang sangat pro-pain medication, tapi saya tetap memilih untuk melahirkan tanpa epidural. Pagi setelah melahirkan, dia datang ke rumah sakit sambil misuh-misuh. Katanya saya kok mau-maunya menahan sakit kontraksi padahal ada pilihan untuk pain-free. Dalam hati saya bilang, yakali gratis Dok.. Lumayan kan 1000 dolar bisa buat mudik dua kali :))

Dokter untuk anak kedua saya lain lagi ceritanya. Orangnya cantik, punya 4 (yes, empat!) anak dan badannya seperti model iklan WRP. Dokter ini sangat pro-natural. Saat bayi saya belum menunjukkan tanda-tanda lahir saat due date tinggal beberapa hari lagi, dia yang menyuruh saya untuk sabar dan tidak menyarankan untuk induksi.

Rumah sakit dan tenaga medis di Singapura sangat mendukung ASI ekslusif. Iklan dan promosi susu formula untuk bayi umur dibawah 6 bulan dilarang oleh pemerintah, biarpun susu formula tetap tersedia di supermarket bagi yang membutuhkan.

Seperti saya tulis di atas, begitu bayi lahir langsung diberikan ke ibu untuk skin to skin bonding dan inisiasi menyusu dini. Kamar bayi tetap tersedia, tapi rumah sakit menekankan agar bayi berada di dekat ibu selama mungkin. Default dari rumah sakit adalah full breastfeeding, kecuali memang kondisi ibu secara medis tidak memungkinkan dan ada permintaan dari orangtua.

Selama ibu menginap di rumah sakit, ada lactation consultant yang akan mendampingi dan membantu ibu agar dapat menyusui dengan benar. Mereka juga akan menelepon ibu beberapa minggu setelah melahirkan untuk mengecek apakah proses menyusui berjalan lancar. Lactation consultant saya saat hamil anak pertama galak sekali, dia sering menelepon untuk mengecek, sambil bilang, “Coba kamu pikir, 200 dolar sebulan untuk beli susu, kalau kamu kumpulin kan bisa untuk liburan sekeluarga.” (Harga susu formula untuk bayi di bawah setahun berkisar antara 45-60 sgd per kaleng)

Status Kewarganegaraan Anak yang Lahir di Singapura. Kewarganegaraan anak yang lahir di Singapura akan mengikuti kewarganegaraan orangtuanya. Anak dari orangtua yang bukan WN Singapura berstatus foreigner dan diberi waktu 42 hari sejak lahir untuk tinggal di Singapura sebelum memperpanjang izin tinggal. Jadi apa saja yang harus dilakukan orangtua yang melahirkan di Singapura?

  • Begitu anak lahir, langsung mengurus Singapore Birth Certificate di rumah sakit atau di Immigration and Checkpoints Authority of Singapore (ICA, kantor imigrasi Singapura). Lama waktu pembuatan akta sekitar 5-15 menit. Nomor akte kelahiran akan menjadi nomor identitas anak dan akan digunakan untuk banyak keperluan administrasi, termasuk keperluan imigrasi dan pendaftaran sekolah.
  • Setelah itu, orang tua membawa Singapore Birth Certificate, paspor orangtua dan buku nikah orangtua ke KBRI sebagai syarat pembuatan Akta Kelahiran (Indonesia). Lama pembuatan 1 hari kerja
  • Setelah punya akta kelahiran, langsung membuat paspor bayi di KBRI. Biasanya selesai dalam waktu 3 hari kerja
  • Kalau bayi sudah memiliki paspor, maka orangtua bisa mulai memilih apakah ingin mendaftarkan anak mereka untuk menjadi Permanent Resident, atau akan tetap dengan status foreigner dan mengajukan permohonan Long Term Visit Pass (LTVP). Karena pengajuan PR memakan waktu proses yang lama dan ada kemungkinan untuk ditolak, biasanya orangtua langsung memproses LTVP supaya bayi tidak overstay.

———

Pembagian District di Singapura dan Info Mencari Sekolah Anak

858533_10151441582214637_205627387_oAnya Windira –  A mother of two, used to work in an office with shared cubicles before decided to pack her stuffs and flew to Singapore. Likes good friends, good food, and clean houses. Sometimes she tells people that she loves traveling around the world while in fact a trip to wet market is enough to make her happy.

Pembagian District. Biarpun negaranya cuma seuprit (luas Singapura kira-kira sama dengan Jakarta), tapi orang sini tetap suka main cela-celaan distrik lho. Garis besarnya, area di SG itu terbagi 4: North, West, East, dan Central. Dan masalah cela-mencela yang paling heboh adalah East vs West.

Pembagian wilayah Singapura

1. East Region. Stereotypingnya begini, daerah East ini adalah daerah yang paling dekat dengan Changi Airport, jadi daerahnya lebih hidup karena banyak business dan industrial center. Termasuk juga daerah Tampines, Bedok, Kallang, dll. Pada awal berdirinya, konon di East inilah orang-orang Inggris di Singapura membangun beach houses, sehingga rata-rata area di East berkesan lebih ekslusif dibanding di West. Kelemahannya, East ini aslinya banyak rawa, jadi udaranya cenderung gersang dan panas. Dan biarpun bekas rawa, di East tetap banyak area hijau. Selain itu, di East tempat makan enak dan halal lebih beragam dan lebih mudah ditemui dibandingkan dengan area lain di Singapura.

Tempat-tempat di East yang menarik untuk dikunjungi: Outdoor: Pasir Ris Park, Bedok Reservoir Park, East Coast Park. Beberapa tempat menyediakan penyewaan sepeda, space untuk barbeque, camping area, dan watersports.

Bedok Reservoir Park

Cafe-cafe dan toko-toko kecil di East Coast dan Katong Geylang Serai wet market: pasar basah dengan bahan makanan Malay (dan Indonesia) terlengkap. Pada bulan Ramadhan pasar Geylang Serai buka sejak sore hingga malam hari dan ramai dengan pasar Ramadhan.

Katong District: Singapore Peranakan Neighborhood

08 EC Shophouses

Jejeran rumah bergaya kolonial di daerah East Coast yang dipertahankan dan dipakai sebagai shophouses (ruko)

Suasana Geylang Serai saat bulan Ramadhan – ramai menjajakan aneka makanan Malay dan Indonesia

2. West Region. Daerah West ini dulunya hutan dan peternakan, jadi sampai sekarang relatif lebih rimbun dan masih banyak hutan hujan yang terpelihara, seperti Bukit Timah Nature Reserve dan Bukit Batok Nature Park. Tapi, area West yang paling ujung dekat dengan jembatan menuju Johor Bahru (daerah Tuas), yang mana di sana adalah lokasi heavy industrial area sehingga daerah itu lebih berpolusi.

Little Guilin, Bukit Gombah yang masih satu area dengan Bukit Batok

Daerah West juga sering dianggap lebih kumuh karena banyak non Singaporean dan blue-collar worker yang tinggal di sini. Selain itu mungkin karena jauh dari main business center, perkembangan area ini relatif lebih lambat dibandingkan East. Baru setelah tahun 2010 di area ini mulai banyak mall dan perkantoran.

Tempat-tempat menarik di daerah West: Outdoor: West Coast Park, Bukit Timah Nature Reserve, Chinese Garden/Jurong Lake, bersepeda menyusuri Park Connectors Singapore Science Center Nanyang Technical University dan National University of Singapore (main campus).

09 Ulupandan

Ulu Pandan Connector Bridge adalah salah satu spot foto favorit untuk jogger atau fun cyclist

10 Chinese Garden

Chinese Garden dan Jurong Lake

11 Kidstop

Kidstop, salah satu atraksi di Singapore Science Center, dimana anak-anak bisa mencoba berbagai pengalaman di dunia ‘orang dewasa’, seperti belanja di supermarket, melakukan ekskavasi fosil dinosaurus, menjadi cameraman untuk acara TV, dan banyak lagi

“Perseteruan” East vs West ini biarpun banyak jadi bahan candaan, kadang dianggap serius lho oleh orang Singapura, terutama bila dihubung-hubungkan dengan politik. Kalau saya dan teman-teman sih paling becandaannya seputar perlu atau enggaknya bawa paspor dan sikat gigi kalau main-main ke daerah West 🙂

 3. Central Region: adalah area yang paling keren. Harga properti di sini jauh lebih mahal dibanding area lain sehingga daerah ini dianggap sebagai daerah orang kaya-nya Singapura. Tempat-tempat seperti Orchard Road, Bugis, dan Marina Bay Sands, semua berlokasi di Central Singapore. Jadi biasanya, orang yang tinggal di Central jadi bahan disirikin sama yang lain. Paling gaya soalnya 🙂

Suasana Orchard Road saat menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru

Tempat menarik di Central Area: selain tempat-tempat yang umumnya ada di panduan wisata ke Singapura, ada juga Bishan park, taman kota yang dibuat bergaya ‘kampung’, atau hiking di MacRitchie Reservoir.

Bishan Park

March 25 2015: A poster of elder statesman Lee Kuan Yew is surrounded by messages of support and flowers outside the Singapore General Hospital.

4. North Region terbagi menjadi dua: Northwest (Woodlands, Kranji, dll) adalah daerah yang terjauh dari Changi Airport dengan jalur kereta yang paling tidak reliable :), tapi harga sewa rumah biasanya lebih murah, dan biasanya apartemennya pun lebih luas. Sedang daerah Northeast (Sengkang, Punggol), karena termasuk daerah termuda, kelebihannya adalah umur apartemen yang masih baru dan demografis penghuni yang umumnya pasangan muda.

Tempat menarik di Northwest: Selain Singapore Zoo, banyak area urban farming yang terbuka untuk umum, misalnya Bollywood Farm di area Kranji, atau Urban Barn and Farm di daerah Bukit Panjang. Ada juga Sembawang Park dimana masih terdapat pantai yang natural (karena hampir semua pantai Singapura adalah hasil reklamasi).

Singapore Zoo

Salah satu plang di Bollywood Farm

Sembawang Park Playground

Faktor-faktor yang harus dipikirkan oleh calon mamarantau dalam memilih district untuk apartemen di Singapura:

Biasanya yang pertama dilihat adalah jarak dari rumah ke kantor. Karena biarpun negara ini kecil, tapi kalau punya rumah di West dan kantornya di East lumayan juga lho, bisa menghabiskan 1.5 jam untuk berangkat ke kantor.

Kemudian, untuk yang punya anak usia SD, sebaiknya mengecek SD yang ada di sekitar rumah, apakah semua SD unggulan, atau ada SD papan tengah. Alasannya kenapa? Karena sistem penerimaan SD (primary school) di Singapura ini SANGAT kompetitif. Level kompetisinya mungkin sama dengan jaman saya mengikuti UMPTN.

Sistem penerimaan SD di sini terbagi dalam beberapa fase:

  • Fase 1: Pendaftaran dibuka untuk anak yang saudara kandungnya sedang bersekolah di primary school tersebut.
  • Fase 2A: Pendaftaran dibuka untuk anak yang orangtua atau saudara kandungnya adalah alumni SD tersebut, atau yang orangtuanya adalah staf di sekolah tersebut.
  • Fase 2B: Pendaftaran untuk Singaporean Citizen yang orangtuanya adalah volunteer di SD tersebut.
  • Fase 2C: Pendaftaran untuk Singaporean Citizen atau PR yang belum masuk di fase 2B. Sekolah akan mendahulukan Citizen dalam penerimaan.
  • Fase 3: Pendaftaran untuk foreigner dan pendaftar yang tidak mendapat kursi di fase 2C.

SD unggulan di Singapura umumnya sudah penuh oleh Singaporean citizen di fase 2B. Sehingga anak-anak PR dan foreigner biasanya memilih untuk mendaftar di SD non unggulan yang jaraknya dekat rumah. Yang repot kalau SD di sekeliling rumah adalah unggulan semua. Biasanya Ministry of Education (MOE) akan meng-assign anak tersebut di SD yang masih punya kursi kosong, yang tak jarang lokasinya jauh dari rumah si anak. Sehingga banyak foreigner yang terpaksa pindah rumah demi bisa tinggal dekat sekolah.

Sementara untuk masuk ke level SMP (Secondary school), sudah ditentukan berdasarkan nilai ujian akhir, disini disebut PSLE (Primary School Leaving Examination). Jadi jarak tidak terlalu berpengaruh. Urusan kedekatan dengan amenities (supermarket, fasilitas kesehatan, public transport, wet market), biasanya tidak jadi masalah, karena umumnya di setiap daerah perumahan terdapat fasilitas yang lengkap.

Komunitas Orang Indonesia di Singapura. Ibu-ibu rumah tangga di sini umumnya mengikuti kelompok keagamaan. Untuk yang beragama Nasrani, biasanya ada perkumpulan keluarga dari majelis persekutuan gereja masing-masing. Majelis ini cukup aktif mengadakan family gathering. Bisa juga mendapat teman yang anak-anaknya ikut sekolah Minggu yang sama.

Untuk yang Muslim, di sini ada pengajian Muslimah yang dibuat per distrik dan diatur oleh IMAS (Ikatan Muslim Singapura). Membuat kelompok pengajian di Singapura tidak bisa sembarangan, harus terkoordinir. Begitupun untuk menjadi guru mengaji, seseorang harus mendapat ijazah melalui ujian yang diadakan oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). IMAS juga mengadakan kajian rutin di Mesjid Istiqamah KBRI Singapura yang mengundang pembicara dari Indonesia. Acara ini dikenal sebagai Saung Istiqamah dan sering jadi ajang silaturahim keluarga Muslim di Singapura. Selain itu, setiap bulan Ramadhan ada buka puasa bersama umat Muslim Indonesia di Singapura. Serunya, hidangan berbuka disuplai oleh semua kelompok pengajian ibu-ibu Indonesia se-Singapura.

Kelompok tahsin

Kelompok tahsin tempat saya bergabung ikut berpartisipasi menyiapkan makanan untuk Iftar IMAS tahun 2014 lalu.

Ada juga perkumpulan orang-orang dari latar belakang etnis yang sama, misalnya Paguyuban Pasundan Singapura dan KUA (Keluarga Urang Awak). Dari Paguyuban Pasundan terbentuk Indonesia Angklung Ensemble, yang cukup sering tampil di acara-acara lokal Singapura seperti Soundwaves 2012 Asia Major, Singapore Heritage Festival, dan banyak event lainnya.

13 Angklung

Indonesia Angklung Ensemble tampil di Botanic Gardens dalam salah satu rangkaian acara SG50 Celebration (50 tahun kemerdekaan Singapura)

Pementasan di Esplanade Open Theater 2011 oleh Indonesia Angklung Ensemble

Selain itu ada juga komunitas informal seperti komunitas futsal, bulutangkis, lari, dan tim basket amatir. Saya sendiri bergabung dalam kelompok pengajian dan mamarunners. Karena sama-sama berada di rantau, yang awalnya hanya untuk mencari teman yang punya minat yang sama, ternyata lama-lama jadi seperti saudara. Selain punya banyak teman, banyak informasi yang saya dapat dari teman komunitas. Contohnya info katering (dari mulai pempek sampai tumpeng) dan rekomendasi pembantu jam-jaman. Lalu ada info tukang pijat, tukang urut keseleo, sampai tukang cat murah meriah dan jasa penukaran uang. Yang paling dicari tentunya info preorder barang-barang dari Indonesia. Jadi biarpun tidak tinggal di Indonesia, kami semua cukup up-to-date dengan apa-apa yang sedang hits di Indonesia, mulai dari cireng bumbu rujak sampai jilbab Hana! (yang nggak kenal jilbab Hana silakan google yaa).

—–

Anya: Instagram @lengkengaddicts. Semua foto terlampir adalah milik Anya dan beberapa foto penunjang terhubung langsung dengan link foto asli.

Hal-hal Yang Mempermudah Hidup di Singapura

858533_10151441582214637_205627387_oAnya Windira –  A mother of two, used to work in an office with shared cubicles before decided to pack her stuffs and flew to Singapore. Likes good friends, good foods, and clean houses. Sometimes she tells people that she loves traveling around the world while in fact a trip to wet market is enough to make her happy.

Untuk saya, menjadi first-time mother di negara orang saja adalah sesuatu yang spektakuler hebohnya. Mulai dari masih canggungnya saya dan suami dalam memegang anak, tidak ada orang tua sebagai tempat bertanya, dan masih ditambah dengan perubahan status dari pekerja kantoran menjadi ibu rumah tangga. Semuanya bikin saya dan suami harus beradaptasi, baik secara emosional maupun finansial.

Anya dan keluarga

Anya dan keluarga

Tapi setelah dijalani, lama-lama ritmenya mulai ketemu dan tidak lagi seheboh yang awalnya saya bayangkan. Kalau masalah capek sih, ya namanya punya anak kecil pasti capek, tapi di sini banyak sekali fasilitas yang meringankan. Misalnya, listrik yang tidak byar-pet (hallo PLN!) sehingga banyak alat elektronik yang bisa dimanfaatkan, atau transportasi umum yang nyaman, sehingga para ibu tidak perlu mati gaya dan tetap bisa beraktivitas di luar rumah, meskipun harus membawa anak sendirian. Punya banyak teman sesama ibu juga membuat saya tidak merasa sendirian. Ada teman untuk bertanya dan bercerita, terutama masalah pengasuhan dan kesehatan anak.

Yang paling penting, bagi saya, suami saya selalu mau turun tangan dalam pengasuhan anak dan membantu pekerjaan rumah. Setelah anak saya umur 1 tahun pun saya sudah bisa meninggalkan mereka berdua, sementara saya pergi untuk refreshing, biarpun hanya ke supermarket, berolahraga, atau ketemuan dengan teman-teman.

Tips Pembagian Waktu Menjadi Ibu di Perantauan ala Anya:

1. Tetapkan Prioritas. Yang pertama tentu saja hal yang sifatnya general seperti mengeset prioritas dan ekspektasi. Ada kan ya ibu yang punya anak 4 kecil-kecil dan tetap masak makanan lengkap dengan lauk dan cemilan (dan masih terima order catering – ini kisah nyata). Ada juga student moms yang anak-anaknya selalu rapi dan nggak makan keefsi mekdi and friends (kisah nyata juga). Tapi kan nggak semua orang sama. Untuk saya misalnya, merecycle makanan dan sesekali (=sering) makan sosis nugget adalah hal yang bisa diterima. Tapi saya paling nggak tahan dengan rumah yang kotor dan anak yang lama bermain gadget. Jadi saya menghabiskan lebih banyak effort untuk menjaga rumah supaya bersih dan menemani anak saya bermain, dibanding untuk memasak. Dengan begini, saya bisa memfokuskan energi saya untuk hal yang saya anggap paling utama, dan tidak terlalu bete kalau harus mengabaikan hal yang saya anggap kurang signifikan.

Nah...!

Nah…!

2. Belanja Online. Kemudian, karena jaringan internet di Singapura cepat dan aman, hampir semua transaksi bisa dilakukan secara online. Beberapa hal penting yang bisa dilakukan dari rumah adalah:

        • Pembayaran utilities (listrik, air, gas), tv kabel, internet, telepon, dan iuran sekolah
        • Belanja groceries dari online store berikut ini, termasuk fresh product: redmart.com, fairprice.com.sg, halalmarket.sg.

Note: beberapa supermarket juga menawarkan free home delivery untuk minimum perbelanjaan tertentu. Biasanya fasilitas ini saya gunakan untuk keperluan belanja bulanan.

Belanja barang-barang secondhand: Carousell apps, gumtree.com.sg, forum seperti hardwarezone.com.sg, vr-zone.com.sg

Carousel Apps yang membantu untuk jual-beli barang seken

Carousell Apps yang membantu untuk jual-beli barang seken

Belanja home products (misalnya alat masak, keperluan bayi, bahkan benda-benda seperti plasticware atau panci), baju, kosmetik, dsb. Online shop yang cukup populer di Singapura misalnya: qoo10.com.sg (serba ada), zalora.com.sg (fashion), luxola.com.sg (kosmetik), atau iherb.com (organic products).

3. Selain itu, kalau memang merasa tidak sanggup: outsourcing. Istilahnya canggih ya, tapi maksud sebenarnya adalah, cari bantuan. Di sini sayangnya tidak murah untuk mencari pembantu rumah tangga, tapi ada beberapa alternatif, misalnya untuk masalah makanan, kalau tidak sempat memasak, membeli makan di hawker center juga tidak terlalu jauh bedanya. Seporsi nasi lemak di hawker center harganya berkisar 2.5-3 dolar. Nasi briyani atau dan nasi padang sekitar 3-5 dolar. Untuk yang non-Muslim tentunya lebih mudah karena lebih banyak pilihan, tapi untuk yang Muslim pun banyak masakan halal yang enak, bersih, dan murah. Selain itu ada juga teman-teman yang menerima order catering. Asyiknya, masakan yang ditawarkan umumnya masakan Indonesia, seperti pempek, batagor, nasi bakar, martabak, serabi, soto padang, dan banyak lagi.

Salah satu Hawker Centre yang cukup terkenal: Changi Village

4. Memanfaatkan fasilitas sekitar rumah untuk aktivitas anak supaya mereka tidak cepat merasa bosan. Di sini, setiap kompleks memiliki playground yang memadai dan aman. Selain itu, ada juga community center yang sering mengadakan kegiatan atau kursus untuk warga setempat, misalnya kegiatan art and craft untuk anak umur 4-7 tahun. Biasanya fee-nya jauh lebih murah dibandingkan dengan kegiatan serupa di tempat yang lebih komersil.

05 HDB playground

HBD Playground: Playground di kompleks apartemen tempat saya tinggal

5. Pembagian tugas dengan suami. Sebelum nikah, saya dan suami sudah sepakat dengan garis besar pembagian tugas di rumah. Dia sangat hands-on dalam pengasuhan anak-anak kami, termasuk urusan mengganti popok dan menidurkan anak. Jadi sejak anak kami masih bayi, suami saya cukup nyaman ditinggal berdua dengan anaknya. Dan anaknya pun karena memang sudah biasa dekat bapaknya sejak bayi, jarang sekali rewel kalau ditinggal berdua bapaknya. Malah sepertinya kok lebih banyak tingkah kalau ada ibunya ya? 😀

Tapi namanya juga bapak-bapak yaa… Tetap aja standarnya beda. Kadang kalau ditinggal, begitu pulang anak saya belum mandi dan dikasih sarapan doritos! Akhirnya daripada ngomel-ngomel, setiap mau pergi saya memastikan semua keperluan anak saya tersedia dan mudah dicari. Misalnya, roti, selai, sampai pisau oles dan piringnya harus disediakan supaya suami saya tidak perlu mencari-cari lagi. Agak bingung sih, yang model gini cuma suami saya atau ada yang senasib? :))

Mencari  Asisten Rumah Tangga/ Maid di Singapura.

Di sini mencari jasa maid cukup mudah, tapi tidak murah. Range gaji per bulan untuk full-time maid berkisar antara 300-600 SGD, tergantung kewarganegaraan dan pengalaman. Tapi selain gaji, non-Singaporean employer juga wajib membayar levy ke pemerintah sebesar 295 SGD per bulan. Termasuk makan dan keperluan pribadi maid, total biaya bulanan untuk mempekerjakan ART sekitar 800-1000 SGD. Majikan juga bertanggung jawab atas biaya medis maid selama bekerja. Pemerintah mewajibkan majikan untuk membiayai medical check-up 6 bulanan ART dan menanggung seluruh biaya pengobatan apabila maid menderita sakit, termasuk biaya rawat inap.

Biaya lain adalah one-time security bond deposit sebesar 5000 SGD. Intinya, majikan bertanggung jawab atas keberadaan ART selama bekerja di rumah mereka. Misalnya nih, ada kejadian ART hamil atau kabur, maka kalau majikan tidak segera memulangkan atau menemukan ART yang kabur, 5000 SGD ini akan diambil oleh pemerintah sebagai penalti. Alternatifnya, majikan bisa membeli asuransi yang preminya jauh di bawah fee security bond.

Salah satu contoh selebaran: maid di Singapura kebanyakan berasal dari Indonesia, Filipin, dan Myanmar.

Untuk mempekerjakan maid, bisa lewat 2 jalur: yang pertama adalah melalui maid agency. Menggunakan jasa maid agency tentunya jauh lebih simpel. Sebelum memilih, calon majikan boleh mewawancara calon ART yang terdaftar pada agen tersebut. Kalau sudah menemukan yang cocok, calon majikan bisa langsung meminta agen untuk mengurus semua keperluan maid, seperti dokumen dan medical check up pertama. Calon majikan hanya perlu membayar agent fee yang berkisar antara 2000-4500 SGD (tergantung proses dan agen masing-masing).

Cara kedua adalah membawa sendiri maid dari negara asal. Jadi kalau ingin membawa mbak dari Indonesia, boleh kok. Tentu saja prosesnya lebih rumit, karena kita sendiri yang harus mengurus semuanya. Dari pengalaman beberapa teman, meskipun langkahnya cukup panjang, semua proses jelas dan tidak memakan waktu lama. Lagipula biayanya bisa jauh lebih murah dibanding melalui agen. Singkatnya, bila ingin mengurus work permit maid tanpa agen langkah yang harus dilakukan adalah:

  • Memastikan calon majikan dan calon maid memenuhi syarat yang ditetapkan Ministry of Manpower (MOM = Depnakernya Singapura)
  • Mengurus keperluan dokumen di Indonesia seperti paspor (beberapa orang membuatkan paspor baru untuk maid mereka karena paspor lama yang dibuatkan oleh PJTKI memiliki ‘cap’ TKI yang sering menyulitkan maid dalam berurusan dengan imigrasi bandara)
  • Meminta In-Principle-Approval (visa sementara) dari MOM
  • Mengurus security bond deposit dan asuransi kesehatan di bank atau perusahaan asuransi di Singapura
  • Melakukan medical check-up untuk calon maid di klinik-klinik terdaftar di Singapura
  • Mengikuti orientasi untuk first-timers (Employers’ Orientation Programme untuk calon employer, Settling-In-Programme untuk calon maid).

Detail lebih lanjut dapat dilihat di sini ya.

Full-time maid di sini juga berhak mendapat cuti setiap hari Minggu. Biasanya mereka pergunakan untuk kumpul-kumpul di tempat seperti Lucky Plaza Orchard atau Paya Lebar, namun tak jarang yang memilih untuk bersekolah. Beberapa tempat menyediakan enrichment classes untuk maids, seperti bahasa Inggris, memasak, atau pelatihan perawatan lansia. KBRI Singapura bekerjasama dengan Sekolah Indonesia Singapura (SIS) juga mengadakan program pelatihan untuk para TKI dengan materi yang beragam.

Sementara itu, jasa part-time maid juga bisa didapat melalui agen resmi, dengan tarif 18-20 SGD per jam. Akan tetapi, ada juga jasa PT maid yang lebih murah yang biasa didapat dari mulut ke mulut, atau melalui noticeboard yang biasa terdapat di supermarket atau terminal bus.

——

Anya: Instagram @lengkengaddicts. Semua foto terlampir adalah milik Anya dan beberapa foto penunjang terhubung langsung dengan link foto asli.

Merantau di Singapura

AjengAjeng Ika Nugraheni – Previously worked as a Personal Assistant for Ministry of Public Works under UNDP’s Agency for the Rehabilitation and Reconstruction of Aceh and Nias. Now enjoying her time being  a ‘Personal Assistant’ for her little family in Singapore and working remotely for two institutions in Indonesia.

Merantau ke Singapura: Tahun 2012 pindah ke Singapore mengikuti suami yang bekerja di sini sebagai Software Engineer di salah satu perusahaan bidang media dan secure communication. Anak saya, Maika Lemoni Amanda (Lemon) sekarang berumur 4 tahun lahir di Jakarta, sudah K1 (setara TK A). Sejak pindah ke Singapore, kami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Saya bekerja secara remote untuk dua institusi di Bogor dan Jakarta. Jadi selain mengerjakan tugas-tugas untuk pekerjaan tersebut, saya dan suami bersama-sama mengurus rumah dan anak.

2

Singapore first to do: Tidak ada dokumen yang harus diurus ketika sampai di sini. Visa sudah diurus oleh perusahaan sponsor sebelum kami tiba. Ketika kami sampai, kami hanya diminta untuk melakukan tes kesehatan saja untuk melengkapi persyaratan. Setelah tes kesehatan dinyatakan lolos, kami bisa mengambil kartu identitas di Ministry of Manpower sekaligus melakukan fingerprint scan.

Visa: Jenis visa yang dimiliki oleh suami saya saat ini adalah Employment Pass (EP) alhamdulillah bisa memberikan sponsor tinggal (Dependent Pass, DP) untuk istri dan anak. Pengurusan DP inipun juga diurus oleh perusahaan sponsor. Saat ini status kami masih foreigner. Masih dalam proses pengajuan Permanent Resident (PR) sejak 3 bulan yang lalu, doakan dapet ya 😀

Picture by: Nazura Gulfira

View from Marina Bay Sands

Foreigner: Dengan status kami sebagai foreigner, tidak ada benefit yang menonjol yang kami dapatkan. Biaya rumah sakit, sekolah sampai daftar perpustakaan semuanya bayar. Berbeda dengan PR. Kalau sudah PR, mencari sekolah untuk anak bisa lebih mudah, bisa mencari sesuai dengan yang diinginkan. Jumlah jatah kursinya di bawah citizen soalnya. Kalau foreigner ya terima nasib aja dapet sekolah di mana. Jadi cuma bisa milih sekolah dan berdoa mudah-mudahan masih ada sisa kursi di sekolah tersebut. Kalau jatah sudah habis untuk citizen dan PR (dan foreigner lain) ya pasrah, hehehe. Kesehatan juga begitu. PR mendapat subsidi lebih banyak dari pemerintah daripada foreigner.

Permanent Resident: Kalo PR dan citizen wajib punya account Central Provident Fund (CPF). Uang yang masuk ke rekening ini didapat dari potongan gaji tiap bulan. Baik employer dan employee harus sama-sama berkontribusi untuk CPF ini. Besarannya berbeda-beda. Tergantung di perusahaan lokal atau internasional dia bekerja. Dana CPF ini dibagi 3 peruntukannya: Pertama, Medisave Account, bisa dipakai untuk keperluan rumah sakit (jadi kalo mau vaksin anak dan urusan dengan rumah sakit bisa dipotong dari simpanan ini). Kedua, Special Account, untuk investasi yang bisa dipakai di masa pensiun. Ketiga, Ordinary Account, bisa dipakai untuk membeli properti, asuransi, investasi dan lain sebagainya. Nah, nanti kalau sudah berumur 55 tahun, pemerintah akan membuat Retirement Account yang dananya di combine dari Spesial Account dan Ordinary Account, dan bisa dicairkan dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Jadi selain mendapatkan beberapa kemudahan dibanding foreigner, menjadi PR juga jadi punya tabungan yang diatur oleh pemerintah. Walaupun kesannya ‘dipaksa’ tapi sebenarnya bermanfaat juga untuk kita sendiri.

by Nazura Gulfira

Marina Bay Sands

Remote Worker: Sejak pindah ke sini, otomatis saya harus resign dari pekerjaan saya. Bos saya di Kementerian PU tetap meminta saya membantunya dalam beberapa hal, jadi saya diperbolehkan bekerja jarak jauh. Thanks to technology! Jadi bekerja jarak jauh itu sangat memungkinkan. Saya tetap bisa membantu beliau untuk urusan draft surat menyurat, mengecek laporan dan beberapa dokumen agreement project baik dengan sumber dana dalam negeri atau luar negeri. Selain itu, saya juga sempat membantu tim Komunikasi Bornean Orangutan Survival Foundation (BOSF), sebuah NGO yang mendedikasikan kegiatannya untuk konservasi orangutan dan habitatnya. Saya membantu Tim Komunikasi untuk membuat produk-produk komunikasi, salah satunya mengompilasi cerita dan laporan yang didapat dari lapangan menjadi suatu artikel dan dimuat di Web mereka. Sesekali saya juga ikut membantu menyusun laporan dan cerita adopsi untuk diberikan kepada para donatur. Dulu kalau sedang ada kegiatan pelepasliaran orangutan, saya ikut ke hutan. Kalau sekarang, sambil tiduran di kasur atau sambil nungguin masakan mateng, stand by, tunggu giliran untuk bantu apapun yang bisa dilakukan dari jarak jauh hahaha.

Freelancer: Kalau ada Ibu yang ingin bekerja sebagai freelancer di Singapura, mereka harus mendaftarkan diri mereka sebagai ‘badan usaha’. Hal ini harus dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran dan pajak. Pendaftarannya mudah dan cepat, bisa cek di https://www.acra.gov.sg. Nah, karena saya bekerja untuk institusi di Indonesia, maka saya tidak perlu melapor di sini. Pendapatan juga dalam Rupiah, jadi tidak eligible untuk membayar pajak di Singapore.

Tips saya untuk mamarantau yang juga bekerja dari rumah:

  • Harus punya jadwal. Saya tetap mendahulukan kepentingan rumah tangga dulu baru jika semuanya sudah selesai dikerjakan, saya akan mengerjakan pekerjaan yang tertunda. Ada kalanya saya harus mendahulukan pekerjaan tetapi sebisa mungkin tidak terlalu mengganggu kebutuhan anak saya, misalnya.
  • Harus ikhlas, hahaha. Kadang beberapa pekerjaan baru bisa dikerjakan ketika malam hari ketika semua pekerjaan rumah sudah selesai dan anak sudah tidur. Kadang capek sekali. Pengennya ikutan tidur. Tapi namanya juga kerja, jadi ya harus tanggung jawab dan…ikhlas 😛
  • Berbagi tugas dengan suami. Rasanya tanpa menjadi Ibu bekerja pun, sudah selayaknya kepentingan rumah tangga dikerjakan secara bersama-sama. Jadi kalo lagi dikejar deadline, tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami untuk urusan rumah. Saling support lah 😀

Mencari apartemen: Kami tinggal di apartemen milik pemerintah, Housing and Development Board (HDB). Beberapa tahun yang lalu, kemudahan ini tidak bisa dimiliki oleh foreigner. Foreigner hanya bisa menyewa private apartment/condo. Alhamdulillah ketika kami tiba, peraturan ini sudah dihapus.

4Beda antara HDB dan private apartment adalah di harga (tentu saja) dan fasilitas. Di private apartment biasanya ada fasilitas gym, kolam renang dan activity room (bisa di sewa). Kalau di HDB, tidak ada. Tetapi jangan khawatir karena pemerintah Singapore menyediakan playground, alat-alat olahraga di setiap sudut HDB dan activity building (community center) di setiap distrik. Pemerintah juga menempatkan bangunan-bangunan HDB dekat dengan MRT station dan halte bus. Setiap komplek HDB juga dilengkapi dengan supermarket, convenience store, klinik kesehatan dan berderet ruko-ruko. Biasanya, sekolah anak juga ada yang memakai bangunan HDB. Jadi, kalau tidak/belum punya kendaraan pribadi, tinggal di HDB rasanya lebih efisien.

Ada juga condo yang dekat dengan fasilitas publik, tetapi sepertinya tata kotanya memang sengaja memprioritaskan HDB agar lebih mudah diakses.  Tidak ada syarat khusus untuk menyewa property, kecuali membeli. Foreigner hanya boleh membeli private apartment. Sedangkan PR bisa membeli resale HDB (bukan unit baru), dengan syarat sudah menjadi PR minimal selama 3 tahun.

Biasanya calon penyewa bisa mencari property di website seperti www.propertyguru.com.sg/. Semua transaksi antara calon penyewa dan pemilik biasanya dilakukan dengan perantara agent. Untuk menyewa property di Singapore, selain menyiapkan harga sewa, harus disiapkan juga agent fee (biasanya sebesar setengah harga sewa, jika kontrak sewa 1 tahun) dan deposit untuk pemilik property (biasanya seharga 1 bulan sewa untuk kontrak 1 tahun). Selain itu, juga ada biay stamp duty, untuk pengurusan administrasi dengan pemerintah.

Range harga apartemen: Singapore memang terkenal dengan harga property yang muahal :p Untuk harga sewa HDB di tengah kota (kebetulan saya tinggal di central), 2 bedroom berkisar antara $2100 – $2800 per bulan, tergantung lokasi dan furnish/non furnish. Sedangkan condo, 2 bedroom di daerah yang sama, harga sewanya berkisar antara $2900 – $4500 per bulan.

Pembagian district di Singapura

Sekolah Anak: Fasilitas sekolah gratis hanya berlaku untuk citizen saja. PR membayar tetapi jauh lebih murah daripada foreigner. Kalau di Indonesia masih ada pro kontra belajar calistung, di sini mau gak mau memang sudah harus belajar calistung sejak dini. Tidak heran, banyak sekali anak umur 4 tahun sudah mengikuti les calistung ini, untuk persiapan masuk ke SD. Lalu untuk masalah toleransi. Anak saya sekolah di Kindergarten yang ada di Masjid. Walaupun begitu, mereka juga merayakan hari raya agama lain. Dari Natal, Deepavali sampai Chinese New Year. Dari kecil sudah dipupuk rasa toleransi yang tinggi. Maklum ya, tinggal di negara yang multi agama dan etnis. Pemerintah sangat menjaga diversity ini.

AFP Photo

Pre-school children tour the Garden by the Bay

Vaksinasi: untuk anak, vaksinasi wajib hampir sama dengan di Indonesia kecuali MMR. Vaksin MMR sudah jadi wajib kalo di sini. Waktu pemberian vaksin pun agak sedikit beda. Kalo di Indo, MMR dosis pertama di umur 15-18 bulan, dosis kedua di umur 5 tahun. Kalau di sini, dosis pertama di umur 12 bulan, dosis kedua di umur 15-18 bulan. Biasanya sebelum masuk SD, daftar imunisasi ini akan di cek oleh National Immunisation Registry , kalau ternyata ada yang kurang dan tidak sesuai, akan diminta untuk melengkapi dulu, tapi ya gak gratis juga hihihi. Kecuali citizen ya, mereka punya subsidi khusus dari pemerintah (berupa baby bonus dan atau rekening khusus Medisave milik orangtua).

Transportasi: Sejauh ini kami gak kepikiran untuk punya kendaraan pribadi. Sudah cukup dengan MRT, bus dan taxi yang mudah diakses. Plus juga, transportasi publik ini juga sangat ramah terhadap Ibu (dengan anak-anak) dan kaum disable. Semuanya bisa naik transportasi umum dengan nyaman, aman dan murah. Lagipula harga mobil di sini mahal sekali. Harus bayar ijin juga. Belum pajak dan harga BBM nya juga gak murah. Untuk perbandingannya, satu harga mobil di sini bisa buat beli 3-4 mobil di Indonesia. Untuk naik bus dan MRT, pakenya kartu yang bisa diisi ulang. Biasanya ez-link atau nets. Adult Monthly Pass dihargai $120 untuk unlimited perjalanan selama 30 hari. Ada juga discount fare yang ditujukan untuk penumpang lanjut usia, disable dan pelajar. Lalu ada kartu-kartu khusus yang berafiliasi dengan institusi tertentu, misalnya kartu kredit, yang bisa digunakan untuk kartu perjalanan. Ohya ini beberapa aplikasi yang membantu buat cek jadwal MRT dll: Gothere.sg, GrabTaxi, dan SG NextBus.

Bus

Di MRT dan Bus yang nyaman untuk anak-anak dan keluarga

Anak dengan tinggi di atas 90 cm sudah harus bayar. Tapi untuk anak-anak TK (walaupun tingginya sudah di atas 90 cm) tetap bisa gratis kok, asal mengajukan permintaan dulu ke ticketing office. Nanti dikasih kartu khusus. Sejauh ini sih belum pernah pake yang monthly pass. Soalnya biaya transportasi dalam sebulan baik saya dan suami, gak ada yang sampe $120.

https://muhammadmdrahim.files.wordpress.com

Kendaraan umum di Singapura: aman dan nyaman

Komunitas Indonesia: Kenal dengan mamarunnerSG sejak pindah kesini. Kebetulan Shinta dan Thalia, salah dua dari founder The Urban Mama mengajak untuk bergabung di grup WhatsApp yang isinya Ibu-Ibu Indonesia yang tinggal di Singapore yang lagi keranjingan lari. Kebetulan taun itu saya lagi seneng-senengnya lari, kesenengan dikasih running track bersih aman tersebar di seluruh penjuru negri :p

6

MamarunnerSG

Keluarga MamarunnerSGWalaupun kemampuan olahraga kami berbeda-beda (ada yang udah ikutan marathon, triathlon sampe jago yoga, tapi ada juga yang larinya cuma 5K aja mulu :p) tapi ya cocok-cocok aja tuh. Saling berbagi jadinya. Beberapa dari kami sering janjian lari bareng kalo rumahnya deketan, atau training bareng menjelang race. Semakin kesini hubungan ini jadi lebih dari hubungan ‘ibu-ibu yang sama-sama suka lari’ tapi udah kayak keluarga. Whatsapp group ngebahas dari mulai olahraga sampai urusan sekolah anak. Minimal satu bulan sekali ketemu untuk arisan dan makan-makan. Gak cuma Ibu-Ibu aja yang ngumpul, tapi juga para suami dan anak-anak Sebagai kaum rantau yang jauh dari keluarga support group kayak gini tentu saja ngebantu banget ☺

Tempat favorite untuk jalan-jalan di Singapore:

1. Museum: Singapore punya banyak sekali museum. Beberapa diantaranya: Peranakan Museum, National Museum of Singapore, Singapore Art Museum, Mint Museum of Toys, Science Center dan masih banyak lagi.

Peranakan Museum

( Picture: www.lowsweetling.com)

Mint Museum of Toys

Kebanyakan museum memberikan free entry untuk citizen dan PR. Untuk foreigner biasanya membayar, sesuai dengan golongan usia. Untuk student dan senior, diberikan harga khusus. Museum-museum itu juga memberikan free entry kepada seluruh pengunjung di hari dan jam tertentu. Jadi kalo mau berkunjung, lebih baik cari infonya dulu di website mereka. Siapa tau bisa dapet yang gratis ☺

(Picture by: Nazura Gulfira)

National Museum of Singapore

2. Playground, park atau library. Singapore itu surganya taman. Kebetulan jarak 1 km dari rumah, sudah bisa sampai ke Bishan Park. Bisa sepedaan, lari-larian, main frisbee atau melihat anjing bermain di area dog run. Kadang kami juga jalan-jalan ke Singapore Botanic Garden. Banyak sekali pilihan playground dan tempat bermain outdoor. Tempat-tempat ini tersebar di mana-mana. Bisa dilihat daftarnya di sini https://www.nparks.gov.sg/.

9

Far East Organization Children’s Garden at Garden by the Bay

Konser Singapore Symphonic Orchestra di Singapore Botanic Garden

Singapore juga punya pantai, walaupun buatan hehehe. Tapi lumayan lah kalau cuma pengen main pasir dan basah-basah dikit :p Selain bisa bermain pasir, kita juga bisa menyewa pit untuk barbeque di beberapa pantai (selain pantai-pantai di Sentosa). Sewanya murah, hanya $20 bisa dipakai seharian penuh. Bisa juga mendirikan tenda, tapi tetap harus ijin dulu.

Siloso Beach dan Pasir Ris

3. Perpustakaan. Kami suka ke perpustakaan. Perpustakaan ada di setiap distrik dan within walking distance dari pemukiman. Semuanya swalayan dengan mesin-mesin canggih yang awalnya bikin saya beneran bengong, pas pertama kali masuk ke salah satu public library.

Di salah satu cabang perpustakaan: kita bisa pinjem buku dengan cara seperti ini

Koleksinya lengkap dari buku anak-anak berbagai bahasa sampai koleksi audio dan video. Karena masih foreigner, kami harus membayar sekitar $50 untuk biaya keanggotaan selama satu tahun. Maksimal bisa meminjam 16 buku dalam satu kali pinjam dengan durasi 21 hari. Tidak ada biaya tambahan waktu pinjam buku.

13

Bishan Public Library

Oh ya, ada jadwal untuk aktivitas anak-anak di setiap perpustakaan yang diadakan di hari-hari tertentu. Jadi silahkan cek ke website http://www.nlb.gov.sg/ untuk jadwal di setiap public library.

[Photo: National Library Board]

Children having a fun reading experience at the green library “My Tree House”

National Public Library of Singapore

4. Jalan-jalan. Dengan keluarga: paling jalan ke Orchard Rd. Makan siang, jajan es uncle (es potong yang ada di Orchard) dan jalan-jalan ke mal atau yang paling sering kami lakukan, ngopi di Tiong Bahru Bakery sambil gambar-gambar.

“Es Krim Uncle”

Kongkow

Kongkow dengan temanteman wanita: biasanya ketemu pagi hari waktu anak-anak masih sekolah. Ngopi, sarapan di Tiong Bahru Bakery atau beberapa coffeeshop di Holland Village seperti Baker and Cook atau d’Goods.

Holland Village

Makan dengan keluarga: Paling sering ke Sari Ratu dan Ayam Bakar Ojo Lali (semuanya ada di Lucky Plaza), atau yang sekarang lagi disukai, Encik Tan, menjual makanan lokal Singapore dan halal. Susah soalnya cari makanan lokal Singapore yang halal. Jadi kalo pengen ngerasain Fried Oyster yang halal, bisa dicoba di sini. Atau kalo lagi pengen makan dimsum enak, biasanya ke Tang Tea House Hongkong Café di Bedok. Agak jauh sih dari rumah, tapi demi dimsum halal dan enak, dijabanin juga deh!

Oh ya, untuk persoalan halal dan tidak halal ini, saya merasa Singapore lebih ketat dibanding di Indonesia. Beberapa foodcourt sengaja memisahkan stall halal dan non halal. Kalau pun di satu atap, piring yang digunakan berbeda warna. Biasanya warna hijau (kadang putih) untuk makanan dari stall halal, dan selain warna tersebut untuk stall non halal. Penjualnya juga pro aktif memberitahu kita kalo makanan yang dijualnya gak halal. Misal: chicken rice. Stall nya sih memang cuma jual nasi hainan dan ayam saja, tapi ternyata ayam yang dipakai bukan ayam dari rumah potong berlabel halal. Atau ternyata kaldunya mengandung bahan yang tidak halal. Mereka pasti akan memberitahu kita. Kadang galak :p Sering deh diomelin uncle-uncle dulu pas awal-awal. Kalo sekarang sih, karena males diomelin lagi jadinya yang pasti-pasti aja deh, selalu lihat ada logo halal atau tidak di stall nya. Untuk kami yang muslim, ternyata menjadi minoritas di negara tetangga, gak susah kok. Malah rasanya lebih diperhatikan sama pemerintah ☺ Banyak sumber untuk mengetahui berbagai macam restoran halal di Singapore. Kalau di instagram biasanya saya cek @thehalalfoodblog.

5. Belanja. Pakaian: paling sering di H&M, Cotton On atau Uniqlo. Biasanya saya suka belanja banyak di bulan-bulan Singapore Great Sale. Harga baju-baju jadi murah karena diskon gila-gilaan, jadi bisa sekalian belanja untuk stock.

Groceries. Paling sering belanja di Fairprice atau Giant yang paling dekat dengan rumah. Biasanya dua supermarket ini memang ditempatkan di daerah pemukiman. Jadi hampir di setiap komplek HDB pasti ada salah satu (atau bahkan dua-duanya) supermarket ini. Biasanya supermarket ini juga ada di stasiun MRT. Sayur dan buah-buahan hampir semuanya import karena Singapore gak punya lahan luas untuk pertanian. Paling banyak produk datang dari Malaysia dan Indonesia. Jadi kalo mau cari bahan masakan khas Indonesia, tidak begitu sulit. Tapi kalau mau cari bahan-bahan import non asia yang gak biasa, bisa ke Cold Storage. Barangnya lebih bervariasi. Ada juga pasar basah. Gak di semua distrik ada sih. Tapi saya lebih suka belanja di supermarket karena untuk produk daging dan ayam sudah ada label halalnya. Jadi lebih tenang hehehe. Nah, kalau mau jajanan Indonesia seperti krupuk aci, segala macam snack, minyak kayu putih, bumbu instan untuk masak soto atau indomie yang asli Indonesia, biasanya belanja di Indo Stop, di Lucky Plaza lantai 2.

Buat yang ga pernah ke Singapura dan tiba-tiba harus pindah ke sana, ada tips how to deal with Singaporean? Atau hal-hal yang berpotensi menjadi culture shock?  Waktu pertama pindah kesini, bawaanya parno! Hahaha. Kalo mau apa-apa hati-hati banget. Cari petunjuknya dulu, saking takutnya salah dan melanggar aturan. Singapore kan terkenal banget dengan denda untuk hal-hal seperti buang sampah sembarangan, vandalism, makan/minum di dalam kereta/bus, bawa duren di kereta/bus, merokok sembarangan, ketauan ada jentik nyamuk di rumah dan masih banyak lagi.

Tapi untungnya semua peraturan tersebut sangat jelas. Jadi segala macam sticker peringatan ada di mana-mana. Semua serba teratur. Semua serba antri (bahkan ada yang bilang, Singaporean itu suka banget antri, semakin panjang antrian semakin suka, padahal kadang gak tau apa yang diantriin :p). Tapi walaupun awalnya parno, lama-lama jadi suka dan kadang jadi ikutan concern kalo misal ngeliat turis makan di kereta, menyerobot antrian, atau memaksa pakai lift duluan padahal ada nenek-nenek atau ibu-ibu membawa stroller bayi lagi antri, rasanya pengen negur hihihi.

Sama seperti negara lainnya, Singaporean tersebar di strata sosial yang berbeda-beda. Pandangan dari suatu kelompok tidak bisa dijadikan patokan. Mereka sangat menghormati para foreigner yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda, termasuk Indonesia. Tetapi ada juga sentimen khusus untuk Indonesian, contohnya ketika terjadi kabut asap kiriman akibat pembakaran hutan di Sumatera: Hal ini jadi kasus yang berulang setiap tahun. Karena terus menerus terjadi tanpa perbaikan yang berarti, banyak tanggapan negatif terhadap pemerintah Indonesia. Biasanya juga jadi terbawa ke hubungan Singaporean-Indonesian sehari-hari. Gak terlalu ekstrim sih, cuma kasus itu kayaknya yang paling ‘nempel’ bagi Singaporean.

Singapore haze 2013 – kontras saat kejadian dan sebelum

Soal toleransi juga lumayan kental. Suami dan beberapa teman saya cerita, jika ada acara kantor, lalu mereka mau makan-makan, pasti yang ditanyai adalah muslim dulu. Kalo ada muslim di acara itu, catering yang dipesan pasti halal. Mereka juga pasti menyediakan menu vegetarian dan juga menghormati orang India yang tidak makan beef. Saking banyaknya agama dan suku di sini, justru kepedulian satu sama lain sangat terasa.

Singaporean juga sangat menyukai olahraga. Gak heran deh kalo jam 11 malam masih liat orang lari keliling komplek. Banyak juga yang bike to work, suami saya salah satunya. Banyak sekali acara olahraga yang diadakan baik oleh pemerintah atau swasta. Run race mulai dari yang fun run sampai triathlon. Kalau pergi ke reservoir, bisa liat orang latihan mendayung. Pokoknya, mereka sangat aktif sekali. Lingkungan seperti ini yang bikin kami selalu ikut terpacu untuk terus aktif dan menjaga kesehatan.

How to deal with Singaporean? Kalem aja, lakuin segala sesuatu sesuai perintah. Kalo kita gak ngelakuin sesuatu yang salah, mereka gak akan bereaksi berlebihan kok.

Yang paling disukai dari tinggal di Singapura: Semua hal yang serba teratur, jelas dan efisien! Dan juga lingkungan yang sehat, bersih, menyenangkan dan ramah untuk anak-anak. Yang paling gak disuka? Mahal! :p

———-

Ajeng:  https://mskpk.wordpress.com, IG: @misskepik.

Some pictures are provided by Ajeng – and some others directly linked to the images URL.