Tempat Favorite untuk Keluarga di Singapura

IMG-8447.JPGPrissa Putri J – Once a Lawyer, always a mother.. Raising a fairy princess Quorra and a mighty knight Shatra.

Hello! Nama saya Prissa Putri, sudah 4 tahun ini status saya adalah full time home-maker aka. woman who fully manage a household hahaha..! Jadi termasuk juru masak, tukang bersih bersih, tutor privat sampai uber mom yang sebagian besar waktu habis di jalan untuk mengantar anak dan suami setiap harinya. Sebelum terjun ke profesi menantang ini, pekerjaan saya sebelumnya adalah seorang corporate lawyer di salah satu lawfirm terbesar di Jakarta selama 8 tahun, kemudian naik pangkat diberi kepercayaan mengurus 2 orang anak, Quorra Tjokroatmodjo (6 thn) dan Artachshatra Tjokroatmodjo (4,5 thn) tanpa bala bantuan aka helper di negeri rantau Singapura (malu nih disebut negara rantau padahal jaraknya cuma sejauh cibubur hahaha).

Saya, suami dan 2 anak kami, Quorra dan Shatra pindah ke Singapura pada tahun 2013, setelah suami mendapatkan tawaran bekerja disalah satu multinational technology company. Tepat di awal bulan ini menandai pindahnya kita pindah lengkap sekeluarga selama 4 tahun.

Processed with VSCO with a6 preset

The four of us

Di awal keputusan menerima pekerjaan di Singapura ini, kebetulan kami berdua sama-sama meniti karir yang sama di Jakarta. Sehingga “ambisi wanita karir” saya masih meluap-luap haha… jadi kami tidak langsung pindah secara bersamaan, melihat jarak yang cukup dekat antara Jakarta-Singapura, saya sempat memutuskan untuk tetap bekerja di Jakarta at least sampai akhir tahun 2013 (nunggu bonus akhir tahun lah hahaha, ups!). Setelah 3 bulan mencoba, dan merenungkan kembali prioritas hidup, yang menurut kami keluarga itu sudah seharusnya bersama sama, akhirnya di bulan Oktober 2013 saya memutuskan untuk resign sepenuhnya dan hijrah ke Singapura.

We enjoy every bit of seconds living here in Singapore! Menurut kami, negara ini adalah tempat yang sempurna untuk membesarkan anak-anak. Lingkungan aman, taman kota dimana-mana, playground bersih dan mudah ditemukan, lingkungan komunitas yang kondusif disini sangat memudahkan kami akhirnya menyebut Singapore as our home.

Pindah kesini saat Quorra masih berusia 2 tahun dan Shatra kurang lebih 8 bulan, pertama kali jadi full time home-maker, masih mencari rhythm yang pas, jadi di awal awal kepindahan banyak cerita0cerita yang gak bisa dilupain, salah satunya yang paling menantang adalah waktu Shatra masih harus digendong kemana-mana (thank you ergo baby!) dan antar jemput Quorra sekolah dengan public transportation, sampai pernah sekali waktu, karena cepet-cepet turun, saya sukses terjatuh dan kaki pun terkilir sehingga harus pakai aircast! Tantangan banget haha! Karena disini pace hidup orang-orang itu serba cepet-cepet kaaan jadi penyesuaian ini mengorbankan kaki fracture ;p

Kiasusim

Satu yang saya bisa sebutkan sebagai whatnot to like living here in Singapore, yaitu KIASUISM orang Singapura! Sifat ini mendarah daging sekali sampai ke anak-anak, ambisius ada baiknya, tapi kiasuism that’s another level! Hahahahaha.

Apasih “KIASUISM”, dari istilah Kiasu (Chinese: 驚輸; Pe̍h-ōe-jī: kiaⁿ-su) adalah istilah bahasa Hokkien yang arti sebenarnya adalah sikap mau menang sendiri dan egois. Ini salah satu sikap yang lengkeeett dan identik dengan para Singaporean, dan bisa diliat dalam semua segi berkehidupan di Singapura, mulai dari antri chicken rice, antri sale, daftar sekolah anak, sampe sampe masuk giliran di playground. Karena ini udah sifat yang mendarah daging, dan jadi bagian dari culture Singaporean, jadi anak-anak kecil pun (tentunya karena sikap orang tuanya yang seperti itu juga) jadi ikutan, pokoknya slogannya “gue harusss yang pertamaaaaaaaa” hahahahhahaa. Nah, inilah yang para pendatang dari luar Singapura biasanya merasa super super risih sama sifat yang satu ini, so when I said ambitious is good but Kiasuism is another level, I really mean it! When you’re ambitious, you set the goal for yourself to be successful, but Kiasu, you have to be successful but everyone must loose!

Terjemahan dalam bahasa inggrisnya “afraid to lose out” dari ‘kia’ artinya ‘afraid’ dan su artinya ‘kalah’.

Area Tempat Tinggal

Kami tinggal di area Bukit Timah, masuk postal districtnya district 10, memutuskan tinggal disini karena areanya yang residensial. Mau ke Botanic Garden terjangkau dan dekat, ke kota juga tidak terlalu jauh dengan area hijau yang banyak! Area tempat kami tinggal ini termasuk area pendatang, jadi tetangga kiri kanan depan belakang mostly adalah perantau di Singapura.

IMG-2172

Singaporean yang tinggal di area pun kebanyakan yang memiliki landed house dan pergi ke sekolah di sekolah unggulan Singapura jadi tidak sering berinteraksi dengan mereka kecuali di satu tempat les dengan anak anak hahaha! Menurut kami, area ini new-comer friendly! Sejak 4 tahun lalu, kami jatuh cinta dengan area ini.

Kids Friendly Restaurants

Hampir setiap minggu ada tempat makan baru di Singapura yang memanggil-manggil untuk dicoba haha dan mostly kids friendly! Karena, kebanyakan pendatang di Singapura itu keluarga dengan anak, dan anak-anak tersebut rata-rata babies, toddlers sampai teenagers. Most restaurants di Singapura pasti menyediakan crayons, kertas mewarnai atau buku bacaan! Free magazine yang berkeliaran disinipun membahas seputaran keluarga dan segala aktifitas buat anak-anak jadi gampaaang sekali untuk menentukan aktifitas akhir pekan sama anak-anak disini. Hmmmm, kalau disuruh menyebutkan satu tempat makan favorit ini rasanya suliiittt banget! Tapi saya akan kasih 3 tempat favorit kami sekeluarga untuk ini:

1)    Riders Café

Tempat ini salah satu all time favorite kami! Tempatnya di area Bukit Timah, tidak jauh dari kota tetapi begitu masuk areanya rasanya seperti di ranch luar kota 😀 Kids loveee this place! Timing yang disarankan adalah waktu sarapan, anak-anak punya kesempatan untuk masuk ke kandang kuda keliling liat kuda bahkan bisa pony ride 😀 Weekend, agak sulit dapat meja, tetapi bisa reservasi dulu.

ulu-restaurants-singapore-07160009

2)     Open Farm Community 

Restauran ini letaknya tidak jauh dari Orchard Rd dan dekat sekali dari Singapore Botanic Gardens, restaurant ini punya organic city-farm di areanya dan semua bahannya digunakan untuk penyajian makanan di restaurannya. So definitely its Organic-kids friendly! Dan punya halaman outdoor playground yang luas yang jadi favorit anak-anak. Biasanya kalau udah kesini, habis makan, 2 cangkir kopi pun gak cukup hahaha!

umdscf9892

3)    The Quayside at Robertson Quay

Ini merupakan suatu area, konsepnya adalah open space restaurant row, banyak sekali pilihan makanan sesuai selera, dari Mexican, Japanesse, Chinese, Italian, sampai Middle East yang semuanya kids friendly! So, when in doubt go to this area! Kids can play scooters along the quay of Singapore river trus kita makan enak!

super-loco-3

One of the Mexican Restaurant, Super Loco

 

Nah, kalau tempat hang out terfavorite kita sekeluarga adalah:

1)    Singapore Botanic Gardens

Untuk anak-anak kunci utamanya adalah lapangan luas buat jungkir balik sampe capek tanpa diteriakin mama papanya ya! Hahahhaha jadi tempat ini selalu jadi andalan kita sekeluarga, lebih lagi di Singapore botanic gardens itu punya jadwal rutin concert in the park! Kita selalu cek jadwal rutin di website nparks yang super update untuk event-event ini, bahkan ada juga cinema in the park  yang super kids friendly!

20140811_botanic_sph

item_3-thumbnail-carousel-img-740-416

2)    Museum!

Yes, in Singapore we have these privileges of crazy cool museums everywhere! Anak-anak bisa terekspos dengan Museum yang sangat apik, terawat dan memadai, jadi sesering mungkin kami selalu mengajak anak-anak mengunjungi museum waktu akhir pekan. Favorit kita sekarang ini adalah Singapore National Gallery! Latest visit, kita memperkenalkan lukisan-lukisan karya Raden Saleh ke anak-anak. Dan tentunya exhibition Life is the Heart of the Rainbow oleh Yayoi Kusama.

C5TUKk-VUAEffmw

Tantangan menjadi mamarantau di Singapura

Menurut saya pribadi, hidup disini hampir bisa dikatakan sangat mudah, making friends also is easy karena itu tadi, rata-rata disini banyak pendatang dari berbagai negara jadi lebih friendly. Quorra dan Shatra sekolah di Sekolah Internasional, dan muridnya sangat beragam, dari nationality Israeli, Pakistani, Kuwaity, Greek, Indian, you name it ada semua, dan inilah yang kami mau tanamkan ke anak-anak kalau kita semua ini citizen of the world, we have friends from many different country. Jadi kami sangat bersyukur dengan kesempatan ini.

Tapi tetep sih ada tantangan sebagai seorang Indonesia merantau di Singapura, saya pribadi tidak suka dengan pembagian ras yang diterapkan di Singapore, meskipun negara ini punya tujuan sendiri atas itu menurut saya hal-hal sedemikian harus kita minimalisir. Paras kita yang sama dengan penduduk Singapura dengan ras Malay (Melayu), sering menjadi pengelompokan di tempat-tempat tertentu, dan budaya Melayu yang suka ikut campur (hampir sama nih kayak orang Indonesia 😛 ) kadang-kadang mengganggu hahaha!

====

Instagram: @pichaputri

Advertisement

[Mamarantau Tips] Pengalaman Naik Pesawat dengan Bayi 1 Bulan

Fathiannisa Gelasia (Icha) – Seorang litigator yang sekarang beralih profesi mendedikasikan waktu serta tenaga untuk merantau bersama suami ke Bangkok dan menjadi stay at home mom.

Tips Pertama:  Naik Pesawat dan Traveling Bersama Bayi 1 Bulan

Saya dan suami pertama kali membawa Dhaulagiri pulang ke Indonesia dengan pesawat ketika Dhaulagiri berusia 1 bulan 7 hari. Waktu itu kami, terutama saya, lumayan panik dan kebingungan, karena ini pertama kalinya membawa anak bayi yang bahkan belum berusia 40 hari untuk naik pesawat terbang. Sesuai dengan rekomendasi dokter di Bangkok, tidak ada halangan untuk Dhaula bisa naik pesawat, dan tidak ada keharusan untuk saya menutup lubang telinganya, sesuai dengan apa yang direkomendasikan banyak orang selama ini.

Seandainya memungkinkan, memang lebih baik apabila ketika lepas landas maupun mendarat Dhaulagiri aktif menggunakan otot-otot di rahang dan rongga kerongkongannya, agar tidak ada udara yang tersumbat ketika tekanan kabin naik. Akan tetapi, dokter kami tidak mewajibkan hal tersebut. Untuk berjaga-jaga, saya tetap membawa kapas yang sudah digulung kecil-kecil untuk telinga Dhaula. Kami sengaja membeli tiket pulang ke Indonesia pada malam harinya, ketika jam tidur Dhaula. Alhamdulillahnya, Dhaula sejak usia 1 bulan selalu tidur di waktu yang sama setiap malamnya, dan Alhamdulillah masih beranjut hingga sekarang sudah berumur 4 bulan 11 hari. Walaupun masih terbangun 2-3 kali setiap malamnya, tapi antara pukul 20.00 – 21.00 pasti sudah tertidur di kamar.

Pengalaman pertama naik pesawat bersama Dhaula berjalan lancar. Dhaula sempat menangis 20 menit pertama di pesawat, karena tidurnya terganggu dengan suara-suara di pesawat, dan arena saya juga panik, maka mungkin Dhaula ikut menjadi panik juga. Akhirnya sepanjang perjalanan pulang tersebut, karena saya tidak bisa menenangkan Dhaula saking paniknya, akhirnya Dhaula digendong oleh bapaknya hingga kami mendarat di Soekarno Hatta. Tidak ada kapas yang tersumpal di telinga Dhaula maupun susu yang diminum sesuai rencana, tapi untungnya Dhaula tidak mengalami gangguan pada telinganya.

Hingga hari ini, Dhaula sudah 8 kali naik pesawat terbang, dan semuanya tanpa menggunakan kapas pada telinganya. Apabila memungkinkan dan Dhaula sedang terbangun, pasti saya beri susu. Namun apabila tidak, saya dan suami tidak memaksa Dhaula untuk bangun dari tidurnya untuk minum susu. Yang paling saya ingat adalah perjalanan pulang kami dari Korea Selatan kembali ke Bangkok, ketika Dhaula masih berusia 2,5 bulan. Kami mengambil pesawat  sore karena tidak ada jadwal untuk pesawat malam. 2 jam pertama Dhaula tertidur pulas, tapi lalu terbangun karena tiba-tiba Dhaula harus buang air, dan lalu pampersnya bocor, haha. Jadilah saya harus memandikan Dhaula di wastafel kamar mandi pesawat terbang yang sangat sempit tersebut.

Tips dari saya, intinya sebagai orang tua tidak boleh panik, karena pastinya anaknya ikutan panik juga.  Tidak usah terlalu strict dan yang penting dibawa happy. Anak bayi menangis ketika lepas landas ataupun mendarat saat naik pesawat itu hal biasa, kadang-kadang Dhaula juga menangis, tapi saya dan suami cuek aja. Dibawa happy sambil ajak ngobrol si bayi. Untungnya suami saya selalu siaga membantu saya menjaga Dhaula, ditambah suami saya tipe orang yang anti panik, jadilah kalo saya panik sedikit pasti langsung dibantu untuk bisa santai lagi.

Tips Kedua: SLING WRAP, BABY CARRIER ATAU STROLLER?

Kondisi pedestrian street di Bangkok tidak semaju di Negara-negara Barat sana; jalanannya tidak rata, banyak lubang dan tidak semua stasiun ataupun terminal untuk kendaraan publik memungkinkan kami menggunakan stroller. Saya mulai menggunankan sling wrap ketika Dhaula berumur 2 minggu, merk saya gunakan adalah Boba, bentuknya kain panjang dengan bahan elastis yang cara penggunaannya harus dililit di badan saya.

Saya juga punya baby carrier dengan merk ergo baby, dan mulai digunakan sejak Dhaula berumur 2 minggu juga. Dengan penggunaan sling wrap ataupun baby carrier itu, saya bisa dengan bebas menggunakan kedua tangan saya untuk beraktifitas, dan entah kenapa Dhaula selalu dapat tidur lebih lelap dengan kedua benda tersebut. Bahkan diawal-awal, suami saya setiap malam membantu saya menidurkan Dhaula dengan menggunakan ergo baby sebelum dipindahkan ke kasur. Untuk berjalan-jalan pun kami lebih prefer untuk menggunakan sling wrap atau baby carrier.

Selama di Korea dan Koh Samui, keduanya adalah benda yang wajib ada di dalam tas saya. Mungkin karena posisi Dhaula ketika digendong seperti dipeluk dan di dekat dengan dada saya atau suami, sehingga tidurnya pun lebih tenang. Akan tetapi untuk sekarang, saya dan suami membatasi penggunaannya hanya apabila kami berjalan-jalan keluar rumah atau apabila saya harus beraktifitas di rumah, seperti memasak, menyapu, dll.

Sementara untuk stroller, Dhaula belum bisa terlalu lama dan betah duduk berlama-lama di stroller, sehingga walaupun kami keluar membawa stroller, kami tetap berjaga-jaga membawa salah satu dari sling wrap atau baby carrier. Merk stroller yang kami gunakan adalah Babyzen Yoyo karena tingginya frekuensi kami untuk travelling, maka suami saya memilih untuk invest di stroller yang kokoh, ringan dan kecil ketika dilipat. Sewaktu kami travelling ke Koh Samui saat liburan songkran kemarin, hanya dua kali kami menggunakan stroller, sisanya dengan boba atau ergo. Keadaan jalanan di Koh Samui hampir tidak memungkinkan kami untuk menggunakan stroller. Ditambah karena destinasi kami adalah pulau, maka stroller lebih sering digunakan apabila kami berjalan-jalan disekitar hotel saja.

Tips saya untuk yang mau berwisata ke Bangkok, selalu sedia kain untuk menggendong anak, baik itu slingwrap, geos ataupun kain jarik dan atau baby carrier, karena kondisi jalanan dan udara di Bangkok tidak selalu memungkinkan untuk penggunaan stroller, apalagi jika bentuk strollernya adalah heavy weight stroller.

===

Merantau di Bangkok

Processed with VSCO with hb1 presetFathiannisa Gelasia (Icha) – Seorang litigator yang sekarang beralih profesi mendedikasikan waktu serta tenaga untuk merantau bersama suami ke Bangkok dan menjadi stay at home mom.

PENGALAMAN MERANTAU

Pertama kali saya mulai merantau itu pada tahun 2013, dimana saya menempuh pendidikan master hukum di Leiden, Belanda. Tapi saat itu saya belum menikah dan belum jadi seorang mamarantau. Setelah menikah dengan suami pada tahun 2015, kami sempat merantau dan tinggal di Bali selama 7 bulan, sebelum akhirnya suami mendapatkan panggilan kerja di Bangkok pada awal tahun 2016.

IMG_8476

With husband: Agantara Juanda

Awalnya hanya suami yang berangkat ke Bangkok karena saya sedang hamil kedua dan ketika kehamilan pertama saya mengalami kegagalan, dokter menyarankan saya untuk berangkat ke Bangkok ketika kehamilan kedua saya ini sudah berumur 5 bulan.

MERANTAU DI BANGKOK

Pada tanggal 15 Agustus 2016 saya tiba di Bangkok dan memulai perantauan saya kembali, kali ini bersama suami saya. Walaupun sudah terbiasa tidak tinggal serumah dengan orangtua (saya sejak kuliah sampai akhirnya menikah dengan suami tidak tinggal bersama orang tua), mungkin karena saya sedang hamil dan hormon yang berantakan, bulan-bulan pertama saya di Bangkok lumayan membuat saya depresi, tertekan dan sedih. Sejak lulus kuliah Sarjana Hukum pada Januari 2012, saya sudah terbiasa bekerja, menghasilkan pendapatan sendiri dan memiliki hari-hari yang aktif.

Processed with VSCO with hb1 preset

Namun, karena kondisi saya yang sedang hamil 5 bulan ketika tiba di Bangkok, maka sangat tidak mungkin ada kantor hukum atau perusahaan yang mau menerima saya bekerja karena toh dalam waktu 3 bulan saya sudah akan mengambil cuti melahirkan. Maka dimulailah hari-hari saya dimana saya benar-benar belajar menjadi ibu rumah tangga dan belajar menikmati kesendirian saya di Bangkok.

TENTANG BANGKOK

Tinggal di Bangkok hampir mirip dengan Jakarta. Cuacanya, kondisi jalanannya, bahkan tekstur makanan pun sedikit tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Yang cukup mengejutkan adalah kemacetan di Bangkok; sama persis dengan Jakarta. Untungnya apartemen saya dan suami berada persis di depan stasiun BTS (Bangkok Mass Transit System) yang berupa kereta cepat, hampir sama dengan MRT. Karena kemacetan yang berlebihan itu, terkadang saya dan suami sangat menghindari berkunjung ke tempat-tempat yang hanya bisa didatangi dengan menggunakan kendaraan pribadi.

5104226627001_5230017886001_5219431537001-vs

Bangkok via Lonely Planet

7138231-bangkok-july-12-bts-sky-train-at-the-platform-in-rush-hour-on-july-12-2013-in-bangkok

The Bangkok Mass Transit System, commonly known as the BTS or the Skytrain

Lebih menarik lagi, ojek disini juga merupakan sebuah transportasi yang cukup umum dan sangat murah. Jadi, terkadang saya dan suami menyiasati jalanan macet dengan menggunakan ojek. Misalnya, sewaktu shalat Ied pada Idul Adha kemarin. Jarak antara rumah kami dengan KBRI cukup jauh, dan di daerah sekitar KBRI tidak terdapat BTS. Ditambah KBRI berada di tengah-tengah kawasan perbelanjaan, jadi biasanya sangat jarang taksi yang mau mengantarkan penumpang dengan tujuan ke daerah-daerah sekitar KBRI tersebut. Shalat Ied di Bangkok dilaksanakn pukul 07.00 pagi, bersamaan dengan jam sibuk para pegawai Bangkok yang harus berebutan untuk bisa masuk ke dalam BTS. Setelah mengantri di BTS lebih dari 30 menit, saya dan suami akhirnya memutuskan untuk naik ojek ke KBRI. Dengan waktu tempuh sekitar 30-35 menit ke KBRI, kami harus membayar ojek sekitar 80.000 per orang. Tapi ya hampir sama dengan di Jakarta, kalau pake ojek, sudah pasti akan bisa menghindari macet di Bangkok.

motorcycle-taxi-in-bangkok_1

Motorcycle Taxi (a.k.a Ojek)  dan ada UberMOTO juga

Hal menarik lainnya yang kami alami disini adalah ketika Raja Thailand, King Rama IX Bhumibol Adulyajed, meninggal dunia pada bulan Oktober 2016 yang lalu. Kami menyaksikan sendiri bagaimana seluruh warga Thailand secara bersama-sama berkabung atas kematian Raja mereka tersebut. Stasiun TV lokal hanya menggunakan warna hitam putih, hampir seluruh website Thailand pun hanya berwarna hitam putih, tidak ada lagi iklan dan musik-musik yang terdengan di TV umum di dalam BTS, dan hampir 90% warga Bangkok menggunakan baju berwarna hitam, abu-abu atau putih. Sangat jarang kami melihat ada warga Bangkok yang tidak menggunakan ketiga warna tersebut. Minggu-minggu pertama setelah kematian Raja Thailand tersebut, suasana berkabung benar-benar terasa di seluruh jalanan-jalanan Thailand.

ru-co-tang-3ngay-tang-thong3.jpg

Saya dan suami pun berusaha mengikuti peraturan berkabung tersebut. Sampai-sampai kami kehabisan pilihan baju berwarna hitam, abu-abu atau putih untuk digunakan sehari-hari.

KEHIDUPAN DI BANGKOK

Untuk mengurus rumah di Bangkok saya dan suami seringkali mengalami kesulitan, khususnya dalam hal bahasa. Rata-rata pegawai yang bekerja di apartemen kami tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, termasuk pula asisten rumah tangga harian yang membantu saya membersihkan rumah, ataupun pekerja yang biasa memperbaiki AC atau masalah listrik kami. Jadi benar-benar semuanya menggunakan bahasa Inggris yang sangat singkat dan kebanyakan menggunakan bahasa isyarat. Saya dan suami tidak mempekerjakan asisten rumah tangga bulanan, tetapi hanya mingguan. Seminggu sekali, ada 2 orang asisten rumah tangga yang membantu saya membersihkan rumah. Sisanya saya sendiri yang membersihkan. Sampai detik ini saya masih belajar dan berusaha beradaptasi dengan peran baru saya sebagai ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan mulai Desember, mulai mengurus anak pertama kami. Akan tetapi, kemauan saya untuk bekerja sepertinya sangat sulit untuk dihilangkan sehingga sudah sebulan belakangan ini saya akhirnya memulai profesi baru saya sebagai konsultan hukum freelancer, yang mana sejauh ini pekerjaan tersebut sangat pas dengan saya di Bangkok ini.

Karena kondisi sedang hamil sewaktu pindah ke Bangkok, jujur saya tidak terlalu banyak mengeksplorasi kota Bangkok, kecuali berkunjung ke tempat2 perbelanjaan yang memang harganya sangat jauh lebih murah dibanding Jakarta. Menariknya, di Bangkok ini sangat banyak dan terkenal dengan Night Market, yaitu tempat-tempat perbelanjaan dan hiburan yang buka dari sore hingga dini hari. Dari mulai yang khusus untuk belanja seperti Chatucak Weekend Market, sampai kawasan hiburan malam seperti yang ada di Patpong.

IMG_3163

chatuchak-weekend-market

The Chatuchak Weekend Market is the largest market in Thailand. Also known as JJ Market, it has more than 8,000 stalls, divided into 27 sections.

or-tor-kor-market-bangkok

Food galore via migrationology

Sisanya hampir sama seperti Jakarta, Bangkok dikelilingi oleh mall-mall besar yang menjadi tempat hiburan utama.

PENGALAMAN HAMIL DAN MELAHIRKAN

Pada 22 Desember 2016 yang lalu, saya melahirkan anak pertama saya di Bangkok. Perjalanan kami untuk bisa menemukan dokter yang sesuai tidak terlalu susah sepertinya. Hal tersebut dikarenakan kriteria saya dan suami dipersempit dengan keharusan memilih rumah sakit yang jaraknya dekat apartemen kami dan mudah aksesnya (akses BTS terutama, karena seperti yang sudah tulis, kemacetan di Bangkok tidak jauh berbeda dengan Jakarta). Pilihan kami akhirnya jatuh pada rumah sakit St. Louis, yang jaraknya hanya 3 stasiun BTS dari apartemen kami. Untuk akses dengan uber maupun taksi pun cukup mudah dan dekat, sehingga tidak perlu khawatir mengenai waktu tempuh. Dokter kandungan yang kami temui pun ternyata sangat pro persalinan normal dan kemampuan berbahasa Inggris-nya mempermudah kami untuk berkomunikasi.

IMG_8083

St. Louis Hospital – Women’s Health Center

Due date persalinan saya Desember kemarin adalah tgl 26 Desember 2016. Namun, sejak awal Desember rupanya saya sudah mengalami pembukaan 1, dan pembukaan 1 mentok hampir 10 hari. Dua minggu sejak dokter saya memeriksa bukaan 1 saya tersebut, akhirnya keputusan untuk diinduksi kami ambil karena rupanya saya sudah ada di bukaan 4, akan tetapi kontraksi yang saya rasakan tidak cukup kuat. Pada 22 Desember 2016 pukul 3 sore, saya masuk ruang persalinan.

Pengalaman melahirkan saya yang pertama ini cukup traumatis untuk saya pribadi, walaupun terhitung cukup cepat. Saya mulai diinduksi pukul 15.00 sore, dan putri kami lahir pukul 23.36 malamnya. Akan tetapi, proses persalinan yang saya alami cukup jauh berbeda dengan persalinan di Indonesia. Pukul 20.00 dokter menyatakan bahwa saya sudah memasuki bukaan 8, dan sepertinya pukul 21.00 saya sudah akan mempunyai bukaan penuh dan bisa mengejan untuk melahirkan anak saya. Akan tetapi, sejak bukaan 8 tersebut, rupanya saya sudah disuruh untuk mengejan. Dokter bilang untuk mempercepat naiknya bukaan. Saya pun mengejan ditemani suami dan ibu saya, dibantu oleh beberapa bidan, dokter saya ada di ruangan sebelah membantu pasien lain yang juga sedang bersalin.

Pukul 21.00 tiba, tetapi dokter saya tidak juga datang. Beberapa bidan juga sudah sibuk keluar masuk sehingga terkadang saya mengejan hanya didampingi suami dan ibu saya. Rasa sakit dan mulas karena kontraksi serta obat induksi bercampur jadi satu, ditambah juga rasa panik karena dokter yang kami andalkan tidak datang-datang ke ruang bersalin. Pukul 22.30 akhirnya dokter masuk ruang bersalin sambil meminta maaf karena sebelumnya tertahan di ruang bersalin lainnya dengan pasien yang juga sedang melahirkan. Suami dan ibu saya sudah habis tenaga untuk protes dan saya pun sudah tidak bisa fokus lagi. Proses persalinan pun dimulai, saya mulai mengejan dan kepala putri kami mulai perlahan-lahan terlihat. Namun, mungkin badan saya sudah terlalu lemas dan tidak bertenaga karena tiba-tiba saya kejang-kejang dan akhirnya dokter pun memutuskan untuk emergency c-section karena kondisi saya cukup berbahaya untuk persalinan normal. Pukul 23.05 kami masuk ruang operasi dengan keadaan saya yang masih gemetar tidak bisa diberhentikan, dan baru bisa tenang setelah disuntikkan obat penenang. Setelah itu proses operasi pun dimulai dan tak lama kemudian putri saya lahir. Alhamdulillah dengan keadaan sehat, selamat dan sempurna.

IMG_2134

Putri pertama kami “Kakak Dhaula”

Secara keseluruhan, kebiasaan-kebiasaan di rumah sakit ini hampir sama dengan di Indonesia. Saya diajari cara menyusui yang baik dan benar, bahkan suster-suster pun tidak keberatan membantu saya melakukan breast massage di hari-hari awal untuk memperlancara produksi ASI. Saya diberikan minuman jahe dan gingseng 3 kali sehari untuk memperbanyak ASI dan memulihkan tenaga. Setelah 4 hari observasi di rumah sakit, akhirnya kami sekeluarga bisa pulang ke rumah. Yang unik adalah rumah sakit di Bangkok tidak mengenal tindik menindik pada bayi perempuan, jadinya putri kami baru bisa ditindik ketika kami pulang ke Indonesia sebulan kemudian.

HAL SEPUTAR ANAK

Sejauh ini mengurus bayi hanya berdua dengan suami di negara orang merupakan tantangan tersendiri. Selain dari asisten rumah tangga yang datang untuk membersihkan rumah seminggu sekali, kami melakukan yang lain-lainnya sendiri. Untungnya Bangkok sangatlah baby friendly. Rata-rata stasiun BTS memiliki eskalator dan elevator sehingga mempermudah kami menggunakan stroller. Di mall-mall pun sudah disediakan nursery room, walaupun terkadang masih menjadi satu dengan disable bathroom, tapi setidaknya privasi ketika menyusui atau harus ganti popok bisa terjaga dengan baik.

TUJUAN WISATA DI BANGKOK

Tempat favorit saya dan keluarga, terutama apabila ada keluarga atau teman yang berkunjung ke Bangkok, adalah Asiatique Riverfront. Night Market yang satu ini letaknya ada persis di sebelah Sungai Chao Phraya. Menariknya, toko-toko di sini buka sampai malam dan dikelilingi dengan jajanan yang menarik di sekitarnya. Untuk kami yang mempunyai bayi kecil, night market yang satu ini sangat ideal. Udaranya enak karena letaknya di pinggir sungai, banyak restoran-restoran yang bisa jadi pilihan untuk makan, dan tersedia nursery room di beberapa bagian.

Asiatique-6Edit

Asiatique The Riverfront is an expansive open-air mall with river views and a cutting-edge ‘festival market and living museum’ concept.

Merantau bertiga bersama suami dan anak saya adalah pengalaman hidup yang mengajarkan saya banyak hal. Bagaimana harus bekerja sama dengan suami, membagi tugas dan berkomunikasi dengan baik, dimana hingga saat ini saya dan suami masih harus terus belajar dan belajar. Apalagi ditambah, kami jauh dari keluarga dan kerabat dekat kami, sehingga sangat minim yang namanya bala bantuan. Hampir semua pekerjaan rumah tangga saya lakukan sendiri, 2 minggu sekali ada yang datang kerumah untuk membantu membersihkan rumah dari tungau-tungau, dan di weekend, saya dan suami kerja bakti berdua mengurus rumah sambil menjaga Dhaula. Begitu pula dalam hal mengurus Dhaula, setiap mandi pagi dan malam, bapaknya selalu meluangkan waktu untuk memandikan Dhaula sebelum berangkat kerja dan ketika pulang kerja. Baru ketika malam hari, saya dan suami bisa bersantai, makan malam dan beraktifitas lainnya. Siang harinya kadang saya harus putar otak untuk meng-entertain Dhaula, kadang saya ajak Dhaula jalan-jalan untuk groceries shopping atau sekedar bermain sore hari di taman atau apabila suami sedang tidak sibuk dan bisa pulang on time, saya ajak Dhaula jalan kaki menjemput suami ke kantornya yang memang jaraknya tidak jauh dari rumah.

Sekian sekilas cerita-cerita tentang kehidupan di Bangkok. Nanti akan saya sambung lagi mengenai liburan keluarga kami ke Koh Mui dan Seoul beberapa waktu lalu dengan si bayi kecil Dhaulagiri. Saya akan berbagi tips berpergian dengan bayi 40 hari  🙂

WhatsApp Image 2017-05-01 1at 22.37.25

———-

Foto-foto terlampir adalah foto pribadi Icha dan keluarga. Beberapa foto lainnya terhubung dengan tautan asli foto atau dicantumkan dalam picture credit.

Article written by Icha and edited by Mamarantau’s content editor: Mita Rangkuti.

Instagram Icha: ichagelasia. More info about living in Bangkok or contact Icha personally please contact to mamarantau@gmail.com.

 

Merantau di Ho Chi Minh

AmelAmalia Siregar- Ibu rumah tangga yang baru punya 1 anak perempuan umur 6 bulan, Pecinta art, craft, design & photography. Sedang merintis bisnis editing design foto keluarga atau personal yang dicetak di Lacquer khas Vietnam, dengan nama Mel Lacquer Project.

Amel dan Keluarga

Saya Amalia Siregar, Lahir 6 Juni 1982 tinggal & besar di Bandung, lahir dari bapak orang Batak dan Ibu orang Sunda. Saya & suami lulusan Desain Produk ITENAS, ketemu & berjodoh karena sama-sama bekerja di bidang desain sepatu. Sebelum menikah, saya pernah bekerja di Reebok IDC di Tangerang dan terakhir di BEBOB shoes sebagai designer sepatu wanita di Bandung. Suami saya, Yosse, sudah malang melintang di industri sepatu di Indonesia semenjak lulus kuliah dan saat ini bekerja sebagai Adidas Footwear Designer.

Mel Lacquer Project.jpg

Mel Lacquer Project

Enam bulan setelah calon suami pindah & bekerja di Vietnam (masih calon karena belum sah menikah) – pada Desember 2010, kami menikah dan saya langsung diboyong ke negara Republik Sosialis Vietnam ini tepatnya di kota Ho Chi Minh atau lebih dikenal dengan Saigon. Setelah 5 tahun menikah, Alhamdulillah tahun kemarin kami baru dikaruniai anak perempuan.

Amel, Yosse & RIndu di Nguyen Hue

Amel, Yosse, dan bayi mungil: Rindu.

Kehidupan di Ho Chi Minh City

Awal pindah ke Ho Chi Minh City ini tidak terlalu sulit untuk kita beradaptasi, karena dari lingkungan hampir mirip dengan Indonesia, dengan suhu udara yang cenderung panas dan lembab. Cuaca di Ho Chi Minh City rata-rata berkisar di 25°C-35°C.

Patung Ho Chi Minh

Ho Chi Minh statue. Hồ Chí Minh, born Nguyễn Sinh Cung, also known as Nguyễn Tất Thành and Nguyễn Ái Quốc, was a Vietnamese Communist revolutionary leader who was prime minister and president of the Democratic Republic of Vietnam.

Yang menarik dari negara ini, suhu di utara & selatan Vietnam berbeda, di utara memiliki 4 musim sedangkan selatan 2 musim. Jadi saat musim dingin di utara, berimbas pada suhu di selatan (Ho Chi Minh City) lebih dingin dari bulan biasanya bisa sekitar 18°C-25°C. Kalau mau jalan-jalan ala-ala winter pake coat & syal bisa berkunjung ke Hanoi di akhir tahun.

vietnammapwithcities1

Kota ini tidak seperti Jakarta banyak gedung tinggi dan mall dimana-mana. Mall di kota ini bisa dihitung jari dan tidak sebesar mall di Jakarta bahkan bisa dibilang sepi pengunjung mall. Tapi yang saya salut dari kota ini tempat rekreasi outdoornya difasilitasi dengan baik; sebagai contoh, taman terbuka di tengah kota bisa digunakan warga untuk berkumpul, piknik, olahraga, dll. Sering saya lihat di taman-taman tersebut sekeluarga bawa kompor kecil dan makanan saat akhir pekan atau anak mudanya berkumpul latihan menari dan bermain musik.

Downtown HCMC

Nguyen Hue Pedestrian Street at night

Suasana downtown HCMC

Di kota ini, bangunan peninggalan kolonial Perancis masih dilestarikan, bahkan gedung dan apartemen tua di tengah kota sekarang ini banyak dialih fungsikan oleh anak muda menjadi café dengan interior unik & menarik.

Gambar-gambar propaganda ini bisa dilihat disetiap sudut kota ini. Sebagai negara sosialis mereka mempergunakan media komunikasi kampanye pemerintahan dengan gaya propaganda.

Propaganda Poster

Poster propaganda

Sepeda motor adalah transportasi utama di Vietnam. Jadi jangan heran saat lihat penumpangnya macam-macam, bisa dari orang dewasa, anak-anak, binatang, pohon, kulkas, mesin cuci, kasur, sampai lemari pun bisa diangkut menggunakan sepeda motor.

lalu lintas Saigon

3030483-slide-hoolahoops

Segala macam jenis motor ada di sini, sampe-sampe suami saya beli motor Honda Chaly keluaran tahun 80an, kita kasih nama Bulao. Motor ini biasanya dipake nenek-nenek untuk pergi ke pasar, karena hanya 50 cc, jadi jalannya pelan dan tidak bisa ngebut serta tidak perlu punya SIM untuk pake motor ini ke jalanan. Menurut teman saya proses bikin SIM untuk ekspatriat disini ribet dan ada ujiannya, tidak bisa hanya mengkonvert SIM Indonesia menjadi SIM lokal sini.

Suami & Chaly

Suami dan Chaly

Lalu jangan tertipu kalau lihat perempuan-perempuan yang mengendarai motor selintas seperti menggunakan hijab (full cover dari tudung kepala, helm, masker, kacamata, jaket, sarung tangan, rok penutup kaki, kaus kaki & highheel) tapi saat motor diparkir, mereka buka semua penutup covernya tinggal tanktop & rok mini. Alasannya cuma karena takut kulitnya menghitam kena sinar matahari 😀

motor-bike-rush-hour-ho-chi-minh-city-vietnam

Motorbikes at Rush Hour, Ho Chi Minh City

Sudah Hampir 6 tahun saya tinggal disini yang paling sulit yaitu bahasa Vietnam. Tulisannya latin tapi cara baca dan intonasi beda, artinya akan beda juga. Kalau kita dengar orang sini ngobrol, terdengar seperti orang yang lagi berantem dengan tone suara yang tinggi. Sejauh ini bahasa Vietnam yang saya kuasai hanya bahasa taksi, bahasa tawar menawar di pasar (yang ini penting untuk ibu-ibu, haha).

Menurut saya negara ini surganya sayuran dan buah-buahan, karena yang dijual di pasar tradisional dengan kualitas baik dan harganya murah. Musim mangga bisa sepanjang tahun, jadi bisa ditemui chi oi (“ibu-ibu” dalam bahasa Vietnam) di jalanan berjualan mangga potong lengkap dengan garam cabai bubuknya. Vietnam ini pemakan sayuran segar, dan daun-daunan yang di Indonesia seringnya tumbuh di pinggir kali, di sini ternyata jadi pelengkap dalam sup ikan, dan enak ternyata.. haha.

Benh Thanh Market .JPG

Benh Thanh Market

Hari Besar Vietnam

Hari besar Vietnam yaitu Tet Holiday atau Chinese New Year atau imlek di Indonesia. Libur nasional selama 3 hari, tapi sebenarnya warga sini merayakan Tet Holiday ini bisa hingga 2 minggu. Hari libur ini semua perkantoran & toko libur, seperti lebaran di Indonesia, warga sini punya tradisi mudik juga untuk kumpul keluarga, jalanan di kota sepi dan tidak ada restoran yang berjualan. Biasanya 1 minggu restoran & toko-toko tutup.

Menjelang Tet tiba, pemerintah mempercantik jalanan dan kotanya dengan dekorasi warna merah dan kuning, dekorasi Bunga Aprikot Kuning atau Hoa Mai yang menjadi simbol Tet.

Setiap tahunnya kota Ho chi minh merayakan Tet dengan mendekorasi jalan Nguyen Hue menjadi taman bunga yang cantik didekorasi sesuai lambang tahun china. Pengunjung yang datang berdandan cantik dan berfoto dengan pakaian tradisional Vietnam, disebut Ao Dai. Juga ada book corner & poster-poster sejarah tentang Vietnam.

img_42251

Tet is Vietnamese New Year and is the most important festival and public holiday in Vietnam. An example of Tet being the definitive Vietnamese holiday is that ‘Tet‘ itself means ‘festival‘ and is the shortened version of ‘Tết Nguyên Đán’, which is Sino-Vietnamese for ‘Feast of the First Morning of the First Day’.

Warga Indonesia di HCMC

Saat pindah ke sini, suami bertemu dengan warga Indonesia yang bekerja di salah satu pabrik sepatu di Dong Nai. Dari beliau ini kita bergabung dengan Masyindo (Perhimpunan Masyarakat Indonesia) Ho Chi Minh City.

Warga Indonesia di Ho Chi Minh City ini sekitar 400 orang. Banyak kegiatan warga Indonesia disini dari keagamaan sampai olahraga. Untuk Muslim ada pengajian Nurul Hikmah untuk ibu-ibu Indonesia yang dilakukan setiap hari rabu, perkumpulan agama lainnya pun ada dan semua kegiatan biasanya dilakukan setiap seminggu 1 kali. Kegiatan olaharaga ada badminton, futsal, tennis, dll.

Masyindo punya kegiatan keluarga Indonesia namanya Pesta Rakyat & Pasar Senggol yang biasanya diadakan setahun sekali dalam rangka 17 Agustus. Acara tersebut ajang warga Indonesia dari lingkungan HCMC dan provinsi sekitarnya untuk berkumpul di isi dengan bazzar, berjualan makanan Indonesia, permainan tradisional Indonesia, dll.

Ibu2 Pengajian Nurul Hikmah Sesi Foto Bersama

Ibu-ibu Pengajian Nurul Hikmah Sesi Foto Bersama

Info lebih lanjut tentang warga Indonesia di HCMC: Website Konsulat  Jenderal RI di HCMC dan Website Masyindo HCMC.

Lalu untuk yang Muslim, Alhamdulillah, selama hampir 6 tahun tinggal di negara ini kami tidak menemukan kesulitan dalam beribadah. Setiap Ramadhan tiba masjid-masjid menyediakan buka bersama gratis dan shalat tarawih. Shalat Idul Fitri atau idul adha dilaksanakan jam 9 pagi, ceramah biasanya 2 bahasa, bahasa Vietnam dan Melayu. Ada 3 mesjid yang mudah dijangkau dan terletak ditengah kota yaitu :

  1. Musulmane Mosque, 66 Dong Du, Q.1. HCMC (sebelah Hotel Sheraton)
  2. Al-Rahim Mosque, 45 Nam Ky Kho Nghia, Q.1 HCMC
  3. Jamiul Islamiah Mosque, 459B Tran Hung Dao, Q.1 HCMC

Dong Du Mosque HCMC

Di sekitar masjid-mesjid ini pasti ada rumah makan halal, biasanya RM Malaysia, Turki, India atau Vietnam.

Traveling di Vietnam

Pariwisata di Vietnam ini mudah, murah dan menarik, Transportasi menuju tempat wisata di Vietnam mudah dijangkau karena sudah diakomodir oleh pemerintah. Travel agen di Ho Chi Minh City ini mudah dicari, tinggal datang ke Pham Ngu Lao, backpacker area di distrik 1. Agen-agen tersebut menawarkan jasa pesan bis, kereta, pesawat sampai paket tour keliling Vietnam. Untuk pilihan Bis dan kereta di Vietnam ada sleeper bus atau sleeper train. Jadi nyaman banget untuk perjalanan yang lebih dari 5 jam.

blog-beer-street

Dari Utara Vietnam sampai selatan yang pernah dikunjungi dan paling kami suka yaitu Sapa & Hoi An.

Sapa. Letaknya di Vietnam utara dekat dengan perbatasan China. Untuk mencapai ke sana dari Ho Chi Minh City terbang dulu ke Hanoi sekitar 2 jam, lanjut dengan kereta malam (sleeper train) 10 jam menuju Lao Cai, tiba di Lao Cai jam 8 pagi lanjut dengan bis atau mobil  kira-kira 1 jam akan tiba di Sapa. Tapi sekarang ini setelah dibangun highway dari Hanoi menuju Sapa hanya 6 jam saja dengan menggunakan Bis.

Sapa merupakan lokasi tertinggi di Vietnam, setiap akhir tahun suhunya bisa mencapai 1ºC dan sudah 2 tahun ini turun salju.

  Penduduk asli Sapa yaitu etnis Hmong dengan busananya yang khas.

Yang menarik menurut saya dari Sapa yaitu sawah-sawah di lereng bukit dan terasering, udaranya yang sejuk, dan penduduk etnisnya yang unik. Saat di sana saya menginap disalah satu hotel yang balkonnya menghadap ke pegunungan, lokasi di lereng bukit dan dengan awan yang silih berganti seolah-olah saya sedang berada di atas awan dan saat pagi hari berkali-kali pelangi muncul dari balik gunung dengan jelasnya.

hinh-anh-sapa-1

Sapa

Jika sudah di sana bisa pilih tour yang kita suka bisa mengunjungi Hmong Village yang menyajikan culture etnis mereka dan juga pertunjukan tari-tarian tradisional. Kalau suka wisata sport bisa trekking, biking atau hiking ke gunung Fansipan, gunung tertinggi di Vietnam.

Hoi An. Letaknya di Vietnam tengah. Untuk mencapai ke sana, dari Ho Chi Minh City terbang ke Danang sekitar 1 jam 30 menit, lanjut dengan Taxi sekitar 45 menit ke kota Hoi An. Hoi An merupakan kota tua yang di akui UNESCO sebagai salah satu world heritage. Kota yang didominasi bagunan tua campuran asitektur Perancis, Vietnam, China dan Jepang. Bangunan bernuansa rustic dan berwarna kuning, ciri khas dari Vietnam cocok untuk yang hobi photography kota ini menarik dari segala angle.

424283_10150620123313392_1242769865_n

Untuk menikmati Heritage Hoi An Tour tinggal beli tiket seharga VND90,000 bisa masuk ke area yang dilestarikan. Yang paling terkenal dari kota ini adalah The Japanese Covered Brigde atau “Lai Vien Kieu” dalam bahasa Vietnam. Jembatan yang dibangun di abad ketujuh belas. Selain jembatan ini ada bangunan tua yang umurnya sudah berabad-abad tahun dan masih kokoh, di balik bangunan tua tersebut ada sejarah dari pemilik bangunan tersebut. Kalau capek jalan kaki berkeliling di kota tua ini, bisa juga sewa sepeda ontel dengan harga VND 20,000 per harinya.

Malam hari kota ini dihiasi warna warni lampu lampion juga hiburan malam dari warga lokal dengan bernyanyi dan tarian di alun-alunnya.

Makanan Favorite di Vietnam

Pho, makanan paling terkenal dari Vietnam. Mie beras dengan kuah kaldu sapi (Pho Bo) atau Ayam (Pho Ga) dicampurkan dengan potongan daun-daunan segar. Pho dinikmati warga sini bisa untuk makan pagi, siang atau malam. Kesulitan kita sebagai muslim di negara ini yaitu tidak bisa menikmati makanan street food sembarangan, karena sumber protein pokok disini yaitu babi. Alhamdulillah, teman saya memberi info ada Pho Halal disini namanya Pho Muslim di 459B Tran Hung Dao, lokasinya belakang Mesjid Jamiul Islamiah. Penjualnya keturunan Champa dari provinsi Châu Đốc yang warganya mayoritas muslim. Setiap weekend sudah menjadi menu wajib saya, suami & kawan-kawan sarapan pagi di sini.

Pho Bo & Caphe Sua Da

IMG_2205

Pho Muslim

10943410_649322191860256_790645866_n

Ada juga banh mi yang berarti “roti” dan juga dikenal dengan “Vietnamese Sandwich” yang wajib dicoba. Biasanya berisi daging, pickles dari wortel, timun, daikon, dan daun ketumbar – namun, khusus yang Muslim,  ada baiknya memperhatikan kehalal-annya.

Kopi Vietnam, minuman paling terkenal di Vietnam. Disini kita bisa menikmati kopi dimana saja dari kopi yang dijual chi oi pake motor sampe minum kopi di café milik brand terbesar di Vietnam namanya Trung Nguyen. Cara menyeduh kopi disini menggunakan dripper yg berbentuk cangkir dari bahan alumunium dan disimpan diatas cangkir kopi. Yang paling khas yaitu Caphe Sua Da atau es kopi susu,. 1 gelas isinya 1/3 susu kental manis, 1/3 ekstrak kopi, sisanya es batu. Cara menikmatinya tunggu sampe es batu sedikit mencair supaya tidak kopi terlalu kental.

img_0002

Segar!

Kopi Vietnam ini jenisnya robusta rasanya lebih pahit dari kopi Indonesia , kalau menurut saya kopi di sini tidak membuat lambung saya perih. Setelah saya mencicipi kopi Vietnam ini tidak ada bandingannya daripada kopi francise Amerika yang rasa kopinya berkurang karena terlalu banyak susunya.

Ada juga Banh Knot ini makanan favorit saya, semacam bakwan dari tepung beras dengan potongan udang diatasnya. Cara makannya digulung dengan daun2an segar khas Vietnam, celup dalam saus campuran jeruk & cabe.

banh-khot-goc-vu-sua

Sebagian besar makanan Vietnam ini disajikan dengan daun-daunan segar untuk digulung dimakanan atau dimasukan dalam sup panas, Daun wajib dalam setiap masakan Vietnam yaitu daun ketumbar yang aromanya menyengat, lidah saya masih belum bisa menerima aroma daun tersebut.

Yuk, jalan-jalan ke Saigon!


Sebagian foto pada laman ini terhubung dengan image asli gambar, dan selebihnya adalah karya Amel dan keluarga.

Instagram : @ameliorative. Foodblog : www.foodwalks.tumblr.com

Mel Lacquer Project : https://www.etsy.com/shop/MelLacquerProject

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di Singapura

858533_10151441582214637_205627387_oAnya –  32 y.o – Loves good food, good friends, good walk, and clean houses – Lives in Singapore since 2010 with a toddler girl, a baby girl, and a human male

Pengalaman hamil di Singapura

Pengalaman hamil saya garis besarnya sama dengan ibu-ibu di belahan dunia lain mungkin ya? Apa-apa dikerjakan sendiri, kemana-mana sendiri, naik public transport di saat penuh pun kadang harus cuek dan berani minta orang untuk memberi tempat duduknya untuk kita. Biasanya yang rela memberi tempat duduk adalah ibu-ibu, bahkan kadang nenek-nenek, sampai saya sendiri yang malu. Mas-masnya sih biasanya pura-pura tidur, jadi harus berani untuk nyolek dan minta tempat duduk.

Memilih Obgyn dan Rumah Sakit di Singapura

Untuk obgyn dan pilihan lokasi melahirkan, di Singapura ada dua opsi, public atau private. Melahirkan di public hospital relatif lebih murah biayanya dibandingkan dengan private hospital. Tapi biarpun namanya rumah sakit pemerintah, standar pelayanannya bagus dan kondisi rumah sakit bersih, nyaman, dan tidak seram (ini penting kan ya?). Selain itu, untuk kondisi kehamilan beresiko tinggi, melahirkan di public hospital lebih aman karena banyak dokter spesialis yang berpraktek di RS tsb, dan tentunya akan menekan biaya apabila ternyata proses bersalin memerlukan penanganan tambahan, misalnya NICU, emergency c-sect, dll. Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan bila ingin memilih public hospital, seperti:

        • Untuk paket pemeriksaan dokter umumnya hanya ada 2 kali scan USG, sementara private clinic biasanya melakukan cek lewat USG di setiap kunjungan konsultasi
        • Beberapa rumah sakit melakukan pemeriksaan dokter dan USG di ruangan terpisah
        • Saat bersalin ada kemungkinan dokter didampingi residen yang kadang ikut melakukan penjahitan, atau ikut melakukan observasi
03 KKH

Kandang Kerbau Hospital (KKH) adalah rumah sakit ibu dan anak yang paling besar di Singapura, terkenal dengan dokter-dokter anak dari berbagai spesialisasi

Ada beberapa hal yang bisa jadi perhatian untuk ibu yang ingin melahirkan di sini.

  • Rumah sakit di Singapura umumnya menyediakan maternity hospital tour. Dalam tour ini, calon ibu dan ayah bisa melihat kondisi ruang bersalin, kamar pasien, kamar bayi, fasilitas yang disediakan (parentcraft room, waterbirth room, dan sebagainya). Yang asyik, setelah maternity tour ibu diberi goodiebags dari rumah sakit berisi sampel produk ibu dan bayi
  • Beberapa minggu sebelum melahirkan, calon ibu sebaiknya melakukan pre-admission di RS yang bersangkutan dan memberikan bukti pre-admission kepada dokter
  • Agak berbeda dengan di Indonesia, ibu hanya boleh ditunggu oleh 1 (satu) orang sejak memasuki ruang bersalin. Biasanya pihak RS meminta agar calon ayah yang menunggu. Bila ayah berhalangan, baru orangtua atau orang terdekat lain.
  • Untuk normal delivery, rumah sakit di sini menerapkan skin-to-skin contact langsung begitu bayi lahir dan ari-ari digunting. Biasanya ibu diminta untuk memeluk (dan menyusui bila mungkin) bayi selama kurang lebih 30 menit, sebelum bayi dibersihkan dan diberi tag
  • Beberapa rumah sakit mulai memakai barcode tagging. Bila bayi berdekatan dengan orang tua yang salah, maka alarm pada tag akan berbunyi
  • Untuk makanan, supplier makanan di rumah sakit adalah halal-certified, dan terdapat confinement menu untuk pasien Chinese
  • Rumah sakit menyediakan parentcraft class gratis selama ibu menginap di RS, topik yang diajarkan umumnya mengenai breastfeeding dan cara memandikan bayi. Bila ingin kelas yang lebih komprehensif, ada juga kelas-kelas yang berbayar
  • Saat anak lahir, rumah sakit akan memberikan health book yang isinya mirip dengan Kartu Menuju Sehat. Selain itu juga ada daftar imunisasi yang nanti akan dilengkapi dengan vaksin-vaksin yang diterima anak. Seperti sudah ditulis oleh Ajeng, pemerintah Singapura mewajibkan semua anak untuk melengkapi mandatory vaccination sebelum masuk primary school.
04 Healthbook

Children’s health book

Total biaya melahirkan normal di public hospital berkisar antara 2000-6000 SGD, sedang di private hospital sekitar 5000-15000 SGD, tergantung jenis kamar. Bila ingin menggunakan epidural atau forceps, tambahan biayanya sekitar 500-1000 SGD. Untuk persalinan caesarian total biaya sekitar 25% lebih mahal dari persalinan normal (sumber: Ministry of Health).

Pemilihan Home Birth, Water Birth, dll.

Home birth belum terlalu populer di Singapura dan dokter kandungan yang bersedia membantu persalinan di rumah masih sangat sedikit. Selain itu persalinan di rumah wajib dibantu oleh bidan yang teregistrasi. Tahun 2014 lalu belum ada bidan Singapura yang teregistrasi untuk melakukan persalinan. Sehingga orang tua yang ingin melakukan home-birth harus mengundang bidan dari negara lain yang teregistrasi. Bidan ini harus melaporkan diri dan mendaftar ke Singapore Nursing Board sebelum mendapat ijin mengakomodasi home birth. (sumber: home birth)

Waterbirth di Singapura bisa dilakukan di National University Hospital (NUH), Mount Alvernia Hospital, Thomson Medical Centre, dan Raffles Hospital dengan tambahan biaya sekitar 300-4000 SGD untuk fasilitas waterbirth. (sumber: biaya waterbirth)

Di sini sudah jarang ada ibu yang melahirkan normal dan drug-free. Beberapa dokter ada yang memang menyarankan agar ibu memilih persalinan dengan epidural. Alasannya, supaya pengalaman melahirkan bisa diingat sebagai hal yang mudah dan tidak traumatik. Akan tetapi, rumah sakit juga menyediakan alat-alat bantu selain obat-obatan, seperti gym ball, yoga mat, atau portable CTG sehingga selama labor ibu tidak harus terikat di tempat tidur dan bisa bebas bergerak.

Kesan Tentang Dokter

Dokter di sini umumnya membebaskan orangtua untuk memilih metode melahirkan. Tapi dari pengalaman saya dengan dua dokter berbeda di rumah sakit berbeda, umumnya mereka akan mengusahakan persalinan normal (termasuk Vaginal Birth After Caesarian-VBAC), kecuali untuk ibu hamil beresiko tinggi.

Saat kehamilan anak pertama saya ada di minggu ke 35, janin masih sungsang dan dokter menyarankan untuk menunggu sampai minggu ke 36. Bila masih sungsang, dokter memberi pilihan untuk melakukan external cephalic version (ECV), yang maksudnya adalah melakukan ‘pijatan’ pada perut dengan tujuan memutar bayi. Harapannya supaya sebisa mungkin saya bisa melahirkan dengan normal. Dokter ini juga termasuk dokter yang sangat pro-pain medication, tapi saya tetap memilih untuk melahirkan tanpa epidural. Pagi setelah melahirkan, dia datang ke rumah sakit sambil misuh-misuh. Katanya saya kok mau-maunya menahan sakit kontraksi padahal ada pilihan untuk pain-free. Dalam hati saya bilang, yakali gratis Dok.. Lumayan kan 1000 dolar bisa buat mudik dua kali :))

Dokter untuk anak kedua saya lain lagi ceritanya. Orangnya cantik, punya 4 (yes, empat!) anak dan badannya seperti model iklan WRP. Dokter ini sangat pro-natural. Saat bayi saya belum menunjukkan tanda-tanda lahir saat due date tinggal beberapa hari lagi, dia yang menyuruh saya untuk sabar dan tidak menyarankan untuk induksi.

Rumah sakit dan tenaga medis di Singapura sangat mendukung ASI ekslusif. Iklan dan promosi susu formula untuk bayi umur dibawah 6 bulan dilarang oleh pemerintah, biarpun susu formula tetap tersedia di supermarket bagi yang membutuhkan.

Seperti saya tulis di atas, begitu bayi lahir langsung diberikan ke ibu untuk skin to skin bonding dan inisiasi menyusu dini. Kamar bayi tetap tersedia, tapi rumah sakit menekankan agar bayi berada di dekat ibu selama mungkin. Default dari rumah sakit adalah full breastfeeding, kecuali memang kondisi ibu secara medis tidak memungkinkan dan ada permintaan dari orangtua.

Selama ibu menginap di rumah sakit, ada lactation consultant yang akan mendampingi dan membantu ibu agar dapat menyusui dengan benar. Mereka juga akan menelepon ibu beberapa minggu setelah melahirkan untuk mengecek apakah proses menyusui berjalan lancar. Lactation consultant saya saat hamil anak pertama galak sekali, dia sering menelepon untuk mengecek, sambil bilang, “Coba kamu pikir, 200 dolar sebulan untuk beli susu, kalau kamu kumpulin kan bisa untuk liburan sekeluarga.” (Harga susu formula untuk bayi di bawah setahun berkisar antara 45-60 sgd per kaleng)

Status Kewarganegaraan Anak yang Lahir di Singapura. Kewarganegaraan anak yang lahir di Singapura akan mengikuti kewarganegaraan orangtuanya. Anak dari orangtua yang bukan WN Singapura berstatus foreigner dan diberi waktu 42 hari sejak lahir untuk tinggal di Singapura sebelum memperpanjang izin tinggal. Jadi apa saja yang harus dilakukan orangtua yang melahirkan di Singapura?

  • Begitu anak lahir, langsung mengurus Singapore Birth Certificate di rumah sakit atau di Immigration and Checkpoints Authority of Singapore (ICA, kantor imigrasi Singapura). Lama waktu pembuatan akta sekitar 5-15 menit. Nomor akte kelahiran akan menjadi nomor identitas anak dan akan digunakan untuk banyak keperluan administrasi, termasuk keperluan imigrasi dan pendaftaran sekolah.
  • Setelah itu, orang tua membawa Singapore Birth Certificate, paspor orangtua dan buku nikah orangtua ke KBRI sebagai syarat pembuatan Akta Kelahiran (Indonesia). Lama pembuatan 1 hari kerja
  • Setelah punya akta kelahiran, langsung membuat paspor bayi di KBRI. Biasanya selesai dalam waktu 3 hari kerja
  • Kalau bayi sudah memiliki paspor, maka orangtua bisa mulai memilih apakah ingin mendaftarkan anak mereka untuk menjadi Permanent Resident, atau akan tetap dengan status foreigner dan mengajukan permohonan Long Term Visit Pass (LTVP). Karena pengajuan PR memakan waktu proses yang lama dan ada kemungkinan untuk ditolak, biasanya orangtua langsung memproses LTVP supaya bayi tidak overstay.

———

Pembagian District di Singapura dan Info Mencari Sekolah Anak

858533_10151441582214637_205627387_oAnya Windira –  A mother of two, used to work in an office with shared cubicles before decided to pack her stuffs and flew to Singapore. Likes good friends, good food, and clean houses. Sometimes she tells people that she loves traveling around the world while in fact a trip to wet market is enough to make her happy.

Pembagian District. Biarpun negaranya cuma seuprit (luas Singapura kira-kira sama dengan Jakarta), tapi orang sini tetap suka main cela-celaan distrik lho. Garis besarnya, area di SG itu terbagi 4: North, West, East, dan Central. Dan masalah cela-mencela yang paling heboh adalah East vs West.

Pembagian wilayah Singapura

1. East Region. Stereotypingnya begini, daerah East ini adalah daerah yang paling dekat dengan Changi Airport, jadi daerahnya lebih hidup karena banyak business dan industrial center. Termasuk juga daerah Tampines, Bedok, Kallang, dll. Pada awal berdirinya, konon di East inilah orang-orang Inggris di Singapura membangun beach houses, sehingga rata-rata area di East berkesan lebih ekslusif dibanding di West. Kelemahannya, East ini aslinya banyak rawa, jadi udaranya cenderung gersang dan panas. Dan biarpun bekas rawa, di East tetap banyak area hijau. Selain itu, di East tempat makan enak dan halal lebih beragam dan lebih mudah ditemui dibandingkan dengan area lain di Singapura.

Tempat-tempat di East yang menarik untuk dikunjungi: Outdoor: Pasir Ris Park, Bedok Reservoir Park, East Coast Park. Beberapa tempat menyediakan penyewaan sepeda, space untuk barbeque, camping area, dan watersports.

Bedok Reservoir Park

Cafe-cafe dan toko-toko kecil di East Coast dan Katong Geylang Serai wet market: pasar basah dengan bahan makanan Malay (dan Indonesia) terlengkap. Pada bulan Ramadhan pasar Geylang Serai buka sejak sore hingga malam hari dan ramai dengan pasar Ramadhan.

Katong District: Singapore Peranakan Neighborhood

08 EC Shophouses

Jejeran rumah bergaya kolonial di daerah East Coast yang dipertahankan dan dipakai sebagai shophouses (ruko)

Suasana Geylang Serai saat bulan Ramadhan – ramai menjajakan aneka makanan Malay dan Indonesia

2. West Region. Daerah West ini dulunya hutan dan peternakan, jadi sampai sekarang relatif lebih rimbun dan masih banyak hutan hujan yang terpelihara, seperti Bukit Timah Nature Reserve dan Bukit Batok Nature Park. Tapi, area West yang paling ujung dekat dengan jembatan menuju Johor Bahru (daerah Tuas), yang mana di sana adalah lokasi heavy industrial area sehingga daerah itu lebih berpolusi.

Little Guilin, Bukit Gombah yang masih satu area dengan Bukit Batok

Daerah West juga sering dianggap lebih kumuh karena banyak non Singaporean dan blue-collar worker yang tinggal di sini. Selain itu mungkin karena jauh dari main business center, perkembangan area ini relatif lebih lambat dibandingkan East. Baru setelah tahun 2010 di area ini mulai banyak mall dan perkantoran.

Tempat-tempat menarik di daerah West: Outdoor: West Coast Park, Bukit Timah Nature Reserve, Chinese Garden/Jurong Lake, bersepeda menyusuri Park Connectors Singapore Science Center Nanyang Technical University dan National University of Singapore (main campus).

09 Ulupandan

Ulu Pandan Connector Bridge adalah salah satu spot foto favorit untuk jogger atau fun cyclist

10 Chinese Garden

Chinese Garden dan Jurong Lake

11 Kidstop

Kidstop, salah satu atraksi di Singapore Science Center, dimana anak-anak bisa mencoba berbagai pengalaman di dunia ‘orang dewasa’, seperti belanja di supermarket, melakukan ekskavasi fosil dinosaurus, menjadi cameraman untuk acara TV, dan banyak lagi

“Perseteruan” East vs West ini biarpun banyak jadi bahan candaan, kadang dianggap serius lho oleh orang Singapura, terutama bila dihubung-hubungkan dengan politik. Kalau saya dan teman-teman sih paling becandaannya seputar perlu atau enggaknya bawa paspor dan sikat gigi kalau main-main ke daerah West 🙂

 3. Central Region: adalah area yang paling keren. Harga properti di sini jauh lebih mahal dibanding area lain sehingga daerah ini dianggap sebagai daerah orang kaya-nya Singapura. Tempat-tempat seperti Orchard Road, Bugis, dan Marina Bay Sands, semua berlokasi di Central Singapore. Jadi biasanya, orang yang tinggal di Central jadi bahan disirikin sama yang lain. Paling gaya soalnya 🙂

Suasana Orchard Road saat menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru

Tempat menarik di Central Area: selain tempat-tempat yang umumnya ada di panduan wisata ke Singapura, ada juga Bishan park, taman kota yang dibuat bergaya ‘kampung’, atau hiking di MacRitchie Reservoir.

Bishan Park

March 25 2015: A poster of elder statesman Lee Kuan Yew is surrounded by messages of support and flowers outside the Singapore General Hospital.

4. North Region terbagi menjadi dua: Northwest (Woodlands, Kranji, dll) adalah daerah yang terjauh dari Changi Airport dengan jalur kereta yang paling tidak reliable :), tapi harga sewa rumah biasanya lebih murah, dan biasanya apartemennya pun lebih luas. Sedang daerah Northeast (Sengkang, Punggol), karena termasuk daerah termuda, kelebihannya adalah umur apartemen yang masih baru dan demografis penghuni yang umumnya pasangan muda.

Tempat menarik di Northwest: Selain Singapore Zoo, banyak area urban farming yang terbuka untuk umum, misalnya Bollywood Farm di area Kranji, atau Urban Barn and Farm di daerah Bukit Panjang. Ada juga Sembawang Park dimana masih terdapat pantai yang natural (karena hampir semua pantai Singapura adalah hasil reklamasi).

Singapore Zoo

Salah satu plang di Bollywood Farm

Sembawang Park Playground

Faktor-faktor yang harus dipikirkan oleh calon mamarantau dalam memilih district untuk apartemen di Singapura:

Biasanya yang pertama dilihat adalah jarak dari rumah ke kantor. Karena biarpun negara ini kecil, tapi kalau punya rumah di West dan kantornya di East lumayan juga lho, bisa menghabiskan 1.5 jam untuk berangkat ke kantor.

Kemudian, untuk yang punya anak usia SD, sebaiknya mengecek SD yang ada di sekitar rumah, apakah semua SD unggulan, atau ada SD papan tengah. Alasannya kenapa? Karena sistem penerimaan SD (primary school) di Singapura ini SANGAT kompetitif. Level kompetisinya mungkin sama dengan jaman saya mengikuti UMPTN.

Sistem penerimaan SD di sini terbagi dalam beberapa fase:

  • Fase 1: Pendaftaran dibuka untuk anak yang saudara kandungnya sedang bersekolah di primary school tersebut.
  • Fase 2A: Pendaftaran dibuka untuk anak yang orangtua atau saudara kandungnya adalah alumni SD tersebut, atau yang orangtuanya adalah staf di sekolah tersebut.
  • Fase 2B: Pendaftaran untuk Singaporean Citizen yang orangtuanya adalah volunteer di SD tersebut.
  • Fase 2C: Pendaftaran untuk Singaporean Citizen atau PR yang belum masuk di fase 2B. Sekolah akan mendahulukan Citizen dalam penerimaan.
  • Fase 3: Pendaftaran untuk foreigner dan pendaftar yang tidak mendapat kursi di fase 2C.

SD unggulan di Singapura umumnya sudah penuh oleh Singaporean citizen di fase 2B. Sehingga anak-anak PR dan foreigner biasanya memilih untuk mendaftar di SD non unggulan yang jaraknya dekat rumah. Yang repot kalau SD di sekeliling rumah adalah unggulan semua. Biasanya Ministry of Education (MOE) akan meng-assign anak tersebut di SD yang masih punya kursi kosong, yang tak jarang lokasinya jauh dari rumah si anak. Sehingga banyak foreigner yang terpaksa pindah rumah demi bisa tinggal dekat sekolah.

Sementara untuk masuk ke level SMP (Secondary school), sudah ditentukan berdasarkan nilai ujian akhir, disini disebut PSLE (Primary School Leaving Examination). Jadi jarak tidak terlalu berpengaruh. Urusan kedekatan dengan amenities (supermarket, fasilitas kesehatan, public transport, wet market), biasanya tidak jadi masalah, karena umumnya di setiap daerah perumahan terdapat fasilitas yang lengkap.

Komunitas Orang Indonesia di Singapura. Ibu-ibu rumah tangga di sini umumnya mengikuti kelompok keagamaan. Untuk yang beragama Nasrani, biasanya ada perkumpulan keluarga dari majelis persekutuan gereja masing-masing. Majelis ini cukup aktif mengadakan family gathering. Bisa juga mendapat teman yang anak-anaknya ikut sekolah Minggu yang sama.

Untuk yang Muslim, di sini ada pengajian Muslimah yang dibuat per distrik dan diatur oleh IMAS (Ikatan Muslim Singapura). Membuat kelompok pengajian di Singapura tidak bisa sembarangan, harus terkoordinir. Begitupun untuk menjadi guru mengaji, seseorang harus mendapat ijazah melalui ujian yang diadakan oleh Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). IMAS juga mengadakan kajian rutin di Mesjid Istiqamah KBRI Singapura yang mengundang pembicara dari Indonesia. Acara ini dikenal sebagai Saung Istiqamah dan sering jadi ajang silaturahim keluarga Muslim di Singapura. Selain itu, setiap bulan Ramadhan ada buka puasa bersama umat Muslim Indonesia di Singapura. Serunya, hidangan berbuka disuplai oleh semua kelompok pengajian ibu-ibu Indonesia se-Singapura.

Kelompok tahsin

Kelompok tahsin tempat saya bergabung ikut berpartisipasi menyiapkan makanan untuk Iftar IMAS tahun 2014 lalu.

Ada juga perkumpulan orang-orang dari latar belakang etnis yang sama, misalnya Paguyuban Pasundan Singapura dan KUA (Keluarga Urang Awak). Dari Paguyuban Pasundan terbentuk Indonesia Angklung Ensemble, yang cukup sering tampil di acara-acara lokal Singapura seperti Soundwaves 2012 Asia Major, Singapore Heritage Festival, dan banyak event lainnya.

13 Angklung

Indonesia Angklung Ensemble tampil di Botanic Gardens dalam salah satu rangkaian acara SG50 Celebration (50 tahun kemerdekaan Singapura)

Pementasan di Esplanade Open Theater 2011 oleh Indonesia Angklung Ensemble

Selain itu ada juga komunitas informal seperti komunitas futsal, bulutangkis, lari, dan tim basket amatir. Saya sendiri bergabung dalam kelompok pengajian dan mamarunners. Karena sama-sama berada di rantau, yang awalnya hanya untuk mencari teman yang punya minat yang sama, ternyata lama-lama jadi seperti saudara. Selain punya banyak teman, banyak informasi yang saya dapat dari teman komunitas. Contohnya info katering (dari mulai pempek sampai tumpeng) dan rekomendasi pembantu jam-jaman. Lalu ada info tukang pijat, tukang urut keseleo, sampai tukang cat murah meriah dan jasa penukaran uang. Yang paling dicari tentunya info preorder barang-barang dari Indonesia. Jadi biarpun tidak tinggal di Indonesia, kami semua cukup up-to-date dengan apa-apa yang sedang hits di Indonesia, mulai dari cireng bumbu rujak sampai jilbab Hana! (yang nggak kenal jilbab Hana silakan google yaa).

—–

Anya: Instagram @lengkengaddicts. Semua foto terlampir adalah milik Anya dan beberapa foto penunjang terhubung langsung dengan link foto asli.

Hal-hal Yang Mempermudah Hidup di Singapura

858533_10151441582214637_205627387_oAnya Windira –  A mother of two, used to work in an office with shared cubicles before decided to pack her stuffs and flew to Singapore. Likes good friends, good foods, and clean houses. Sometimes she tells people that she loves traveling around the world while in fact a trip to wet market is enough to make her happy.

Untuk saya, menjadi first-time mother di negara orang saja adalah sesuatu yang spektakuler hebohnya. Mulai dari masih canggungnya saya dan suami dalam memegang anak, tidak ada orang tua sebagai tempat bertanya, dan masih ditambah dengan perubahan status dari pekerja kantoran menjadi ibu rumah tangga. Semuanya bikin saya dan suami harus beradaptasi, baik secara emosional maupun finansial.

Anya dan keluarga

Anya dan keluarga

Tapi setelah dijalani, lama-lama ritmenya mulai ketemu dan tidak lagi seheboh yang awalnya saya bayangkan. Kalau masalah capek sih, ya namanya punya anak kecil pasti capek, tapi di sini banyak sekali fasilitas yang meringankan. Misalnya, listrik yang tidak byar-pet (hallo PLN!) sehingga banyak alat elektronik yang bisa dimanfaatkan, atau transportasi umum yang nyaman, sehingga para ibu tidak perlu mati gaya dan tetap bisa beraktivitas di luar rumah, meskipun harus membawa anak sendirian. Punya banyak teman sesama ibu juga membuat saya tidak merasa sendirian. Ada teman untuk bertanya dan bercerita, terutama masalah pengasuhan dan kesehatan anak.

Yang paling penting, bagi saya, suami saya selalu mau turun tangan dalam pengasuhan anak dan membantu pekerjaan rumah. Setelah anak saya umur 1 tahun pun saya sudah bisa meninggalkan mereka berdua, sementara saya pergi untuk refreshing, biarpun hanya ke supermarket, berolahraga, atau ketemuan dengan teman-teman.

Tips Pembagian Waktu Menjadi Ibu di Perantauan ala Anya:

1. Tetapkan Prioritas. Yang pertama tentu saja hal yang sifatnya general seperti mengeset prioritas dan ekspektasi. Ada kan ya ibu yang punya anak 4 kecil-kecil dan tetap masak makanan lengkap dengan lauk dan cemilan (dan masih terima order catering – ini kisah nyata). Ada juga student moms yang anak-anaknya selalu rapi dan nggak makan keefsi mekdi and friends (kisah nyata juga). Tapi kan nggak semua orang sama. Untuk saya misalnya, merecycle makanan dan sesekali (=sering) makan sosis nugget adalah hal yang bisa diterima. Tapi saya paling nggak tahan dengan rumah yang kotor dan anak yang lama bermain gadget. Jadi saya menghabiskan lebih banyak effort untuk menjaga rumah supaya bersih dan menemani anak saya bermain, dibanding untuk memasak. Dengan begini, saya bisa memfokuskan energi saya untuk hal yang saya anggap paling utama, dan tidak terlalu bete kalau harus mengabaikan hal yang saya anggap kurang signifikan.

Nah...!

Nah…!

2. Belanja Online. Kemudian, karena jaringan internet di Singapura cepat dan aman, hampir semua transaksi bisa dilakukan secara online. Beberapa hal penting yang bisa dilakukan dari rumah adalah:

        • Pembayaran utilities (listrik, air, gas), tv kabel, internet, telepon, dan iuran sekolah
        • Belanja groceries dari online store berikut ini, termasuk fresh product: redmart.com, fairprice.com.sg, halalmarket.sg.

Note: beberapa supermarket juga menawarkan free home delivery untuk minimum perbelanjaan tertentu. Biasanya fasilitas ini saya gunakan untuk keperluan belanja bulanan.

Belanja barang-barang secondhand: Carousell apps, gumtree.com.sg, forum seperti hardwarezone.com.sg, vr-zone.com.sg

Carousel Apps yang membantu untuk jual-beli barang seken

Carousell Apps yang membantu untuk jual-beli barang seken

Belanja home products (misalnya alat masak, keperluan bayi, bahkan benda-benda seperti plasticware atau panci), baju, kosmetik, dsb. Online shop yang cukup populer di Singapura misalnya: qoo10.com.sg (serba ada), zalora.com.sg (fashion), luxola.com.sg (kosmetik), atau iherb.com (organic products).

3. Selain itu, kalau memang merasa tidak sanggup: outsourcing. Istilahnya canggih ya, tapi maksud sebenarnya adalah, cari bantuan. Di sini sayangnya tidak murah untuk mencari pembantu rumah tangga, tapi ada beberapa alternatif, misalnya untuk masalah makanan, kalau tidak sempat memasak, membeli makan di hawker center juga tidak terlalu jauh bedanya. Seporsi nasi lemak di hawker center harganya berkisar 2.5-3 dolar. Nasi briyani atau dan nasi padang sekitar 3-5 dolar. Untuk yang non-Muslim tentunya lebih mudah karena lebih banyak pilihan, tapi untuk yang Muslim pun banyak masakan halal yang enak, bersih, dan murah. Selain itu ada juga teman-teman yang menerima order catering. Asyiknya, masakan yang ditawarkan umumnya masakan Indonesia, seperti pempek, batagor, nasi bakar, martabak, serabi, soto padang, dan banyak lagi.

Salah satu Hawker Centre yang cukup terkenal: Changi Village

4. Memanfaatkan fasilitas sekitar rumah untuk aktivitas anak supaya mereka tidak cepat merasa bosan. Di sini, setiap kompleks memiliki playground yang memadai dan aman. Selain itu, ada juga community center yang sering mengadakan kegiatan atau kursus untuk warga setempat, misalnya kegiatan art and craft untuk anak umur 4-7 tahun. Biasanya fee-nya jauh lebih murah dibandingkan dengan kegiatan serupa di tempat yang lebih komersil.

05 HDB playground

HBD Playground: Playground di kompleks apartemen tempat saya tinggal

5. Pembagian tugas dengan suami. Sebelum nikah, saya dan suami sudah sepakat dengan garis besar pembagian tugas di rumah. Dia sangat hands-on dalam pengasuhan anak-anak kami, termasuk urusan mengganti popok dan menidurkan anak. Jadi sejak anak kami masih bayi, suami saya cukup nyaman ditinggal berdua dengan anaknya. Dan anaknya pun karena memang sudah biasa dekat bapaknya sejak bayi, jarang sekali rewel kalau ditinggal berdua bapaknya. Malah sepertinya kok lebih banyak tingkah kalau ada ibunya ya? 😀

Tapi namanya juga bapak-bapak yaa… Tetap aja standarnya beda. Kadang kalau ditinggal, begitu pulang anak saya belum mandi dan dikasih sarapan doritos! Akhirnya daripada ngomel-ngomel, setiap mau pergi saya memastikan semua keperluan anak saya tersedia dan mudah dicari. Misalnya, roti, selai, sampai pisau oles dan piringnya harus disediakan supaya suami saya tidak perlu mencari-cari lagi. Agak bingung sih, yang model gini cuma suami saya atau ada yang senasib? :))

Mencari  Asisten Rumah Tangga/ Maid di Singapura.

Di sini mencari jasa maid cukup mudah, tapi tidak murah. Range gaji per bulan untuk full-time maid berkisar antara 300-600 SGD, tergantung kewarganegaraan dan pengalaman. Tapi selain gaji, non-Singaporean employer juga wajib membayar levy ke pemerintah sebesar 295 SGD per bulan. Termasuk makan dan keperluan pribadi maid, total biaya bulanan untuk mempekerjakan ART sekitar 800-1000 SGD. Majikan juga bertanggung jawab atas biaya medis maid selama bekerja. Pemerintah mewajibkan majikan untuk membiayai medical check-up 6 bulanan ART dan menanggung seluruh biaya pengobatan apabila maid menderita sakit, termasuk biaya rawat inap.

Biaya lain adalah one-time security bond deposit sebesar 5000 SGD. Intinya, majikan bertanggung jawab atas keberadaan ART selama bekerja di rumah mereka. Misalnya nih, ada kejadian ART hamil atau kabur, maka kalau majikan tidak segera memulangkan atau menemukan ART yang kabur, 5000 SGD ini akan diambil oleh pemerintah sebagai penalti. Alternatifnya, majikan bisa membeli asuransi yang preminya jauh di bawah fee security bond.

Salah satu contoh selebaran: maid di Singapura kebanyakan berasal dari Indonesia, Filipin, dan Myanmar.

Untuk mempekerjakan maid, bisa lewat 2 jalur: yang pertama adalah melalui maid agency. Menggunakan jasa maid agency tentunya jauh lebih simpel. Sebelum memilih, calon majikan boleh mewawancara calon ART yang terdaftar pada agen tersebut. Kalau sudah menemukan yang cocok, calon majikan bisa langsung meminta agen untuk mengurus semua keperluan maid, seperti dokumen dan medical check up pertama. Calon majikan hanya perlu membayar agent fee yang berkisar antara 2000-4500 SGD (tergantung proses dan agen masing-masing).

Cara kedua adalah membawa sendiri maid dari negara asal. Jadi kalau ingin membawa mbak dari Indonesia, boleh kok. Tentu saja prosesnya lebih rumit, karena kita sendiri yang harus mengurus semuanya. Dari pengalaman beberapa teman, meskipun langkahnya cukup panjang, semua proses jelas dan tidak memakan waktu lama. Lagipula biayanya bisa jauh lebih murah dibanding melalui agen. Singkatnya, bila ingin mengurus work permit maid tanpa agen langkah yang harus dilakukan adalah:

  • Memastikan calon majikan dan calon maid memenuhi syarat yang ditetapkan Ministry of Manpower (MOM = Depnakernya Singapura)
  • Mengurus keperluan dokumen di Indonesia seperti paspor (beberapa orang membuatkan paspor baru untuk maid mereka karena paspor lama yang dibuatkan oleh PJTKI memiliki ‘cap’ TKI yang sering menyulitkan maid dalam berurusan dengan imigrasi bandara)
  • Meminta In-Principle-Approval (visa sementara) dari MOM
  • Mengurus security bond deposit dan asuransi kesehatan di bank atau perusahaan asuransi di Singapura
  • Melakukan medical check-up untuk calon maid di klinik-klinik terdaftar di Singapura
  • Mengikuti orientasi untuk first-timers (Employers’ Orientation Programme untuk calon employer, Settling-In-Programme untuk calon maid).

Detail lebih lanjut dapat dilihat di sini ya.

Full-time maid di sini juga berhak mendapat cuti setiap hari Minggu. Biasanya mereka pergunakan untuk kumpul-kumpul di tempat seperti Lucky Plaza Orchard atau Paya Lebar, namun tak jarang yang memilih untuk bersekolah. Beberapa tempat menyediakan enrichment classes untuk maids, seperti bahasa Inggris, memasak, atau pelatihan perawatan lansia. KBRI Singapura bekerjasama dengan Sekolah Indonesia Singapura (SIS) juga mengadakan program pelatihan untuk para TKI dengan materi yang beragam.

Sementara itu, jasa part-time maid juga bisa didapat melalui agen resmi, dengan tarif 18-20 SGD per jam. Akan tetapi, ada juga jasa PT maid yang lebih murah yang biasa didapat dari mulut ke mulut, atau melalui noticeboard yang biasa terdapat di supermarket atau terminal bus.

——

Anya: Instagram @lengkengaddicts. Semua foto terlampir adalah milik Anya dan beberapa foto penunjang terhubung langsung dengan link foto asli.

Merantau di Singapura

AjengAjeng Ika Nugraheni – Previously worked as a Personal Assistant for Ministry of Public Works under UNDP’s Agency for the Rehabilitation and Reconstruction of Aceh and Nias. Now enjoying her time being  a ‘Personal Assistant’ for her little family in Singapore and working remotely for two institutions in Indonesia.

Merantau ke Singapura: Tahun 2012 pindah ke Singapore mengikuti suami yang bekerja di sini sebagai Software Engineer di salah satu perusahaan bidang media dan secure communication. Anak saya, Maika Lemoni Amanda (Lemon) sekarang berumur 4 tahun lahir di Jakarta, sudah K1 (setara TK A). Sejak pindah ke Singapore, kami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Saya bekerja secara remote untuk dua institusi di Bogor dan Jakarta. Jadi selain mengerjakan tugas-tugas untuk pekerjaan tersebut, saya dan suami bersama-sama mengurus rumah dan anak.

2

Singapore first to do: Tidak ada dokumen yang harus diurus ketika sampai di sini. Visa sudah diurus oleh perusahaan sponsor sebelum kami tiba. Ketika kami sampai, kami hanya diminta untuk melakukan tes kesehatan saja untuk melengkapi persyaratan. Setelah tes kesehatan dinyatakan lolos, kami bisa mengambil kartu identitas di Ministry of Manpower sekaligus melakukan fingerprint scan.

Visa: Jenis visa yang dimiliki oleh suami saya saat ini adalah Employment Pass (EP) alhamdulillah bisa memberikan sponsor tinggal (Dependent Pass, DP) untuk istri dan anak. Pengurusan DP inipun juga diurus oleh perusahaan sponsor. Saat ini status kami masih foreigner. Masih dalam proses pengajuan Permanent Resident (PR) sejak 3 bulan yang lalu, doakan dapet ya 😀

Picture by: Nazura Gulfira

View from Marina Bay Sands

Foreigner: Dengan status kami sebagai foreigner, tidak ada benefit yang menonjol yang kami dapatkan. Biaya rumah sakit, sekolah sampai daftar perpustakaan semuanya bayar. Berbeda dengan PR. Kalau sudah PR, mencari sekolah untuk anak bisa lebih mudah, bisa mencari sesuai dengan yang diinginkan. Jumlah jatah kursinya di bawah citizen soalnya. Kalau foreigner ya terima nasib aja dapet sekolah di mana. Jadi cuma bisa milih sekolah dan berdoa mudah-mudahan masih ada sisa kursi di sekolah tersebut. Kalau jatah sudah habis untuk citizen dan PR (dan foreigner lain) ya pasrah, hehehe. Kesehatan juga begitu. PR mendapat subsidi lebih banyak dari pemerintah daripada foreigner.

Permanent Resident: Kalo PR dan citizen wajib punya account Central Provident Fund (CPF). Uang yang masuk ke rekening ini didapat dari potongan gaji tiap bulan. Baik employer dan employee harus sama-sama berkontribusi untuk CPF ini. Besarannya berbeda-beda. Tergantung di perusahaan lokal atau internasional dia bekerja. Dana CPF ini dibagi 3 peruntukannya: Pertama, Medisave Account, bisa dipakai untuk keperluan rumah sakit (jadi kalo mau vaksin anak dan urusan dengan rumah sakit bisa dipotong dari simpanan ini). Kedua, Special Account, untuk investasi yang bisa dipakai di masa pensiun. Ketiga, Ordinary Account, bisa dipakai untuk membeli properti, asuransi, investasi dan lain sebagainya. Nah, nanti kalau sudah berumur 55 tahun, pemerintah akan membuat Retirement Account yang dananya di combine dari Spesial Account dan Ordinary Account, dan bisa dicairkan dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Jadi selain mendapatkan beberapa kemudahan dibanding foreigner, menjadi PR juga jadi punya tabungan yang diatur oleh pemerintah. Walaupun kesannya ‘dipaksa’ tapi sebenarnya bermanfaat juga untuk kita sendiri.

by Nazura Gulfira

Marina Bay Sands

Remote Worker: Sejak pindah ke sini, otomatis saya harus resign dari pekerjaan saya. Bos saya di Kementerian PU tetap meminta saya membantunya dalam beberapa hal, jadi saya diperbolehkan bekerja jarak jauh. Thanks to technology! Jadi bekerja jarak jauh itu sangat memungkinkan. Saya tetap bisa membantu beliau untuk urusan draft surat menyurat, mengecek laporan dan beberapa dokumen agreement project baik dengan sumber dana dalam negeri atau luar negeri. Selain itu, saya juga sempat membantu tim Komunikasi Bornean Orangutan Survival Foundation (BOSF), sebuah NGO yang mendedikasikan kegiatannya untuk konservasi orangutan dan habitatnya. Saya membantu Tim Komunikasi untuk membuat produk-produk komunikasi, salah satunya mengompilasi cerita dan laporan yang didapat dari lapangan menjadi suatu artikel dan dimuat di Web mereka. Sesekali saya juga ikut membantu menyusun laporan dan cerita adopsi untuk diberikan kepada para donatur. Dulu kalau sedang ada kegiatan pelepasliaran orangutan, saya ikut ke hutan. Kalau sekarang, sambil tiduran di kasur atau sambil nungguin masakan mateng, stand by, tunggu giliran untuk bantu apapun yang bisa dilakukan dari jarak jauh hahaha.

Freelancer: Kalau ada Ibu yang ingin bekerja sebagai freelancer di Singapura, mereka harus mendaftarkan diri mereka sebagai ‘badan usaha’. Hal ini harus dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran dan pajak. Pendaftarannya mudah dan cepat, bisa cek di https://www.acra.gov.sg. Nah, karena saya bekerja untuk institusi di Indonesia, maka saya tidak perlu melapor di sini. Pendapatan juga dalam Rupiah, jadi tidak eligible untuk membayar pajak di Singapore.

Tips saya untuk mamarantau yang juga bekerja dari rumah:

  • Harus punya jadwal. Saya tetap mendahulukan kepentingan rumah tangga dulu baru jika semuanya sudah selesai dikerjakan, saya akan mengerjakan pekerjaan yang tertunda. Ada kalanya saya harus mendahulukan pekerjaan tetapi sebisa mungkin tidak terlalu mengganggu kebutuhan anak saya, misalnya.
  • Harus ikhlas, hahaha. Kadang beberapa pekerjaan baru bisa dikerjakan ketika malam hari ketika semua pekerjaan rumah sudah selesai dan anak sudah tidur. Kadang capek sekali. Pengennya ikutan tidur. Tapi namanya juga kerja, jadi ya harus tanggung jawab dan…ikhlas 😛
  • Berbagi tugas dengan suami. Rasanya tanpa menjadi Ibu bekerja pun, sudah selayaknya kepentingan rumah tangga dikerjakan secara bersama-sama. Jadi kalo lagi dikejar deadline, tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami untuk urusan rumah. Saling support lah 😀

Mencari apartemen: Kami tinggal di apartemen milik pemerintah, Housing and Development Board (HDB). Beberapa tahun yang lalu, kemudahan ini tidak bisa dimiliki oleh foreigner. Foreigner hanya bisa menyewa private apartment/condo. Alhamdulillah ketika kami tiba, peraturan ini sudah dihapus.

4Beda antara HDB dan private apartment adalah di harga (tentu saja) dan fasilitas. Di private apartment biasanya ada fasilitas gym, kolam renang dan activity room (bisa di sewa). Kalau di HDB, tidak ada. Tetapi jangan khawatir karena pemerintah Singapore menyediakan playground, alat-alat olahraga di setiap sudut HDB dan activity building (community center) di setiap distrik. Pemerintah juga menempatkan bangunan-bangunan HDB dekat dengan MRT station dan halte bus. Setiap komplek HDB juga dilengkapi dengan supermarket, convenience store, klinik kesehatan dan berderet ruko-ruko. Biasanya, sekolah anak juga ada yang memakai bangunan HDB. Jadi, kalau tidak/belum punya kendaraan pribadi, tinggal di HDB rasanya lebih efisien.

Ada juga condo yang dekat dengan fasilitas publik, tetapi sepertinya tata kotanya memang sengaja memprioritaskan HDB agar lebih mudah diakses.  Tidak ada syarat khusus untuk menyewa property, kecuali membeli. Foreigner hanya boleh membeli private apartment. Sedangkan PR bisa membeli resale HDB (bukan unit baru), dengan syarat sudah menjadi PR minimal selama 3 tahun.

Biasanya calon penyewa bisa mencari property di website seperti www.propertyguru.com.sg/. Semua transaksi antara calon penyewa dan pemilik biasanya dilakukan dengan perantara agent. Untuk menyewa property di Singapore, selain menyiapkan harga sewa, harus disiapkan juga agent fee (biasanya sebesar setengah harga sewa, jika kontrak sewa 1 tahun) dan deposit untuk pemilik property (biasanya seharga 1 bulan sewa untuk kontrak 1 tahun). Selain itu, juga ada biay stamp duty, untuk pengurusan administrasi dengan pemerintah.

Range harga apartemen: Singapore memang terkenal dengan harga property yang muahal :p Untuk harga sewa HDB di tengah kota (kebetulan saya tinggal di central), 2 bedroom berkisar antara $2100 – $2800 per bulan, tergantung lokasi dan furnish/non furnish. Sedangkan condo, 2 bedroom di daerah yang sama, harga sewanya berkisar antara $2900 – $4500 per bulan.

Pembagian district di Singapura

Sekolah Anak: Fasilitas sekolah gratis hanya berlaku untuk citizen saja. PR membayar tetapi jauh lebih murah daripada foreigner. Kalau di Indonesia masih ada pro kontra belajar calistung, di sini mau gak mau memang sudah harus belajar calistung sejak dini. Tidak heran, banyak sekali anak umur 4 tahun sudah mengikuti les calistung ini, untuk persiapan masuk ke SD. Lalu untuk masalah toleransi. Anak saya sekolah di Kindergarten yang ada di Masjid. Walaupun begitu, mereka juga merayakan hari raya agama lain. Dari Natal, Deepavali sampai Chinese New Year. Dari kecil sudah dipupuk rasa toleransi yang tinggi. Maklum ya, tinggal di negara yang multi agama dan etnis. Pemerintah sangat menjaga diversity ini.

AFP Photo

Pre-school children tour the Garden by the Bay

Vaksinasi: untuk anak, vaksinasi wajib hampir sama dengan di Indonesia kecuali MMR. Vaksin MMR sudah jadi wajib kalo di sini. Waktu pemberian vaksin pun agak sedikit beda. Kalo di Indo, MMR dosis pertama di umur 15-18 bulan, dosis kedua di umur 5 tahun. Kalau di sini, dosis pertama di umur 12 bulan, dosis kedua di umur 15-18 bulan. Biasanya sebelum masuk SD, daftar imunisasi ini akan di cek oleh National Immunisation Registry , kalau ternyata ada yang kurang dan tidak sesuai, akan diminta untuk melengkapi dulu, tapi ya gak gratis juga hihihi. Kecuali citizen ya, mereka punya subsidi khusus dari pemerintah (berupa baby bonus dan atau rekening khusus Medisave milik orangtua).

Transportasi: Sejauh ini kami gak kepikiran untuk punya kendaraan pribadi. Sudah cukup dengan MRT, bus dan taxi yang mudah diakses. Plus juga, transportasi publik ini juga sangat ramah terhadap Ibu (dengan anak-anak) dan kaum disable. Semuanya bisa naik transportasi umum dengan nyaman, aman dan murah. Lagipula harga mobil di sini mahal sekali. Harus bayar ijin juga. Belum pajak dan harga BBM nya juga gak murah. Untuk perbandingannya, satu harga mobil di sini bisa buat beli 3-4 mobil di Indonesia. Untuk naik bus dan MRT, pakenya kartu yang bisa diisi ulang. Biasanya ez-link atau nets. Adult Monthly Pass dihargai $120 untuk unlimited perjalanan selama 30 hari. Ada juga discount fare yang ditujukan untuk penumpang lanjut usia, disable dan pelajar. Lalu ada kartu-kartu khusus yang berafiliasi dengan institusi tertentu, misalnya kartu kredit, yang bisa digunakan untuk kartu perjalanan. Ohya ini beberapa aplikasi yang membantu buat cek jadwal MRT dll: Gothere.sg, GrabTaxi, dan SG NextBus.

Bus

Di MRT dan Bus yang nyaman untuk anak-anak dan keluarga

Anak dengan tinggi di atas 90 cm sudah harus bayar. Tapi untuk anak-anak TK (walaupun tingginya sudah di atas 90 cm) tetap bisa gratis kok, asal mengajukan permintaan dulu ke ticketing office. Nanti dikasih kartu khusus. Sejauh ini sih belum pernah pake yang monthly pass. Soalnya biaya transportasi dalam sebulan baik saya dan suami, gak ada yang sampe $120.

https://muhammadmdrahim.files.wordpress.com

Kendaraan umum di Singapura: aman dan nyaman

Komunitas Indonesia: Kenal dengan mamarunnerSG sejak pindah kesini. Kebetulan Shinta dan Thalia, salah dua dari founder The Urban Mama mengajak untuk bergabung di grup WhatsApp yang isinya Ibu-Ibu Indonesia yang tinggal di Singapore yang lagi keranjingan lari. Kebetulan taun itu saya lagi seneng-senengnya lari, kesenengan dikasih running track bersih aman tersebar di seluruh penjuru negri :p

6

MamarunnerSG

Keluarga MamarunnerSGWalaupun kemampuan olahraga kami berbeda-beda (ada yang udah ikutan marathon, triathlon sampe jago yoga, tapi ada juga yang larinya cuma 5K aja mulu :p) tapi ya cocok-cocok aja tuh. Saling berbagi jadinya. Beberapa dari kami sering janjian lari bareng kalo rumahnya deketan, atau training bareng menjelang race. Semakin kesini hubungan ini jadi lebih dari hubungan ‘ibu-ibu yang sama-sama suka lari’ tapi udah kayak keluarga. Whatsapp group ngebahas dari mulai olahraga sampai urusan sekolah anak. Minimal satu bulan sekali ketemu untuk arisan dan makan-makan. Gak cuma Ibu-Ibu aja yang ngumpul, tapi juga para suami dan anak-anak Sebagai kaum rantau yang jauh dari keluarga support group kayak gini tentu saja ngebantu banget ☺

Tempat favorite untuk jalan-jalan di Singapore:

1. Museum: Singapore punya banyak sekali museum. Beberapa diantaranya: Peranakan Museum, National Museum of Singapore, Singapore Art Museum, Mint Museum of Toys, Science Center dan masih banyak lagi.

Peranakan Museum

( Picture: www.lowsweetling.com)

Mint Museum of Toys

Kebanyakan museum memberikan free entry untuk citizen dan PR. Untuk foreigner biasanya membayar, sesuai dengan golongan usia. Untuk student dan senior, diberikan harga khusus. Museum-museum itu juga memberikan free entry kepada seluruh pengunjung di hari dan jam tertentu. Jadi kalo mau berkunjung, lebih baik cari infonya dulu di website mereka. Siapa tau bisa dapet yang gratis ☺

(Picture by: Nazura Gulfira)

National Museum of Singapore

2. Playground, park atau library. Singapore itu surganya taman. Kebetulan jarak 1 km dari rumah, sudah bisa sampai ke Bishan Park. Bisa sepedaan, lari-larian, main frisbee atau melihat anjing bermain di area dog run. Kadang kami juga jalan-jalan ke Singapore Botanic Garden. Banyak sekali pilihan playground dan tempat bermain outdoor. Tempat-tempat ini tersebar di mana-mana. Bisa dilihat daftarnya di sini https://www.nparks.gov.sg/.

9

Far East Organization Children’s Garden at Garden by the Bay

Konser Singapore Symphonic Orchestra di Singapore Botanic Garden

Singapore juga punya pantai, walaupun buatan hehehe. Tapi lumayan lah kalau cuma pengen main pasir dan basah-basah dikit :p Selain bisa bermain pasir, kita juga bisa menyewa pit untuk barbeque di beberapa pantai (selain pantai-pantai di Sentosa). Sewanya murah, hanya $20 bisa dipakai seharian penuh. Bisa juga mendirikan tenda, tapi tetap harus ijin dulu.

Siloso Beach dan Pasir Ris

3. Perpustakaan. Kami suka ke perpustakaan. Perpustakaan ada di setiap distrik dan within walking distance dari pemukiman. Semuanya swalayan dengan mesin-mesin canggih yang awalnya bikin saya beneran bengong, pas pertama kali masuk ke salah satu public library.

Di salah satu cabang perpustakaan: kita bisa pinjem buku dengan cara seperti ini

Koleksinya lengkap dari buku anak-anak berbagai bahasa sampai koleksi audio dan video. Karena masih foreigner, kami harus membayar sekitar $50 untuk biaya keanggotaan selama satu tahun. Maksimal bisa meminjam 16 buku dalam satu kali pinjam dengan durasi 21 hari. Tidak ada biaya tambahan waktu pinjam buku.

13

Bishan Public Library

Oh ya, ada jadwal untuk aktivitas anak-anak di setiap perpustakaan yang diadakan di hari-hari tertentu. Jadi silahkan cek ke website http://www.nlb.gov.sg/ untuk jadwal di setiap public library.

[Photo: National Library Board]

Children having a fun reading experience at the green library “My Tree House”

National Public Library of Singapore

4. Jalan-jalan. Dengan keluarga: paling jalan ke Orchard Rd. Makan siang, jajan es uncle (es potong yang ada di Orchard) dan jalan-jalan ke mal atau yang paling sering kami lakukan, ngopi di Tiong Bahru Bakery sambil gambar-gambar.

“Es Krim Uncle”

Kongkow

Kongkow dengan temanteman wanita: biasanya ketemu pagi hari waktu anak-anak masih sekolah. Ngopi, sarapan di Tiong Bahru Bakery atau beberapa coffeeshop di Holland Village seperti Baker and Cook atau d’Goods.

Holland Village

Makan dengan keluarga: Paling sering ke Sari Ratu dan Ayam Bakar Ojo Lali (semuanya ada di Lucky Plaza), atau yang sekarang lagi disukai, Encik Tan, menjual makanan lokal Singapore dan halal. Susah soalnya cari makanan lokal Singapore yang halal. Jadi kalo pengen ngerasain Fried Oyster yang halal, bisa dicoba di sini. Atau kalo lagi pengen makan dimsum enak, biasanya ke Tang Tea House Hongkong Café di Bedok. Agak jauh sih dari rumah, tapi demi dimsum halal dan enak, dijabanin juga deh!

Oh ya, untuk persoalan halal dan tidak halal ini, saya merasa Singapore lebih ketat dibanding di Indonesia. Beberapa foodcourt sengaja memisahkan stall halal dan non halal. Kalau pun di satu atap, piring yang digunakan berbeda warna. Biasanya warna hijau (kadang putih) untuk makanan dari stall halal, dan selain warna tersebut untuk stall non halal. Penjualnya juga pro aktif memberitahu kita kalo makanan yang dijualnya gak halal. Misal: chicken rice. Stall nya sih memang cuma jual nasi hainan dan ayam saja, tapi ternyata ayam yang dipakai bukan ayam dari rumah potong berlabel halal. Atau ternyata kaldunya mengandung bahan yang tidak halal. Mereka pasti akan memberitahu kita. Kadang galak :p Sering deh diomelin uncle-uncle dulu pas awal-awal. Kalo sekarang sih, karena males diomelin lagi jadinya yang pasti-pasti aja deh, selalu lihat ada logo halal atau tidak di stall nya. Untuk kami yang muslim, ternyata menjadi minoritas di negara tetangga, gak susah kok. Malah rasanya lebih diperhatikan sama pemerintah ☺ Banyak sumber untuk mengetahui berbagai macam restoran halal di Singapore. Kalau di instagram biasanya saya cek @thehalalfoodblog.

5. Belanja. Pakaian: paling sering di H&M, Cotton On atau Uniqlo. Biasanya saya suka belanja banyak di bulan-bulan Singapore Great Sale. Harga baju-baju jadi murah karena diskon gila-gilaan, jadi bisa sekalian belanja untuk stock.

Groceries. Paling sering belanja di Fairprice atau Giant yang paling dekat dengan rumah. Biasanya dua supermarket ini memang ditempatkan di daerah pemukiman. Jadi hampir di setiap komplek HDB pasti ada salah satu (atau bahkan dua-duanya) supermarket ini. Biasanya supermarket ini juga ada di stasiun MRT. Sayur dan buah-buahan hampir semuanya import karena Singapore gak punya lahan luas untuk pertanian. Paling banyak produk datang dari Malaysia dan Indonesia. Jadi kalo mau cari bahan masakan khas Indonesia, tidak begitu sulit. Tapi kalau mau cari bahan-bahan import non asia yang gak biasa, bisa ke Cold Storage. Barangnya lebih bervariasi. Ada juga pasar basah. Gak di semua distrik ada sih. Tapi saya lebih suka belanja di supermarket karena untuk produk daging dan ayam sudah ada label halalnya. Jadi lebih tenang hehehe. Nah, kalau mau jajanan Indonesia seperti krupuk aci, segala macam snack, minyak kayu putih, bumbu instan untuk masak soto atau indomie yang asli Indonesia, biasanya belanja di Indo Stop, di Lucky Plaza lantai 2.

Buat yang ga pernah ke Singapura dan tiba-tiba harus pindah ke sana, ada tips how to deal with Singaporean? Atau hal-hal yang berpotensi menjadi culture shock?  Waktu pertama pindah kesini, bawaanya parno! Hahaha. Kalo mau apa-apa hati-hati banget. Cari petunjuknya dulu, saking takutnya salah dan melanggar aturan. Singapore kan terkenal banget dengan denda untuk hal-hal seperti buang sampah sembarangan, vandalism, makan/minum di dalam kereta/bus, bawa duren di kereta/bus, merokok sembarangan, ketauan ada jentik nyamuk di rumah dan masih banyak lagi.

Tapi untungnya semua peraturan tersebut sangat jelas. Jadi segala macam sticker peringatan ada di mana-mana. Semua serba teratur. Semua serba antri (bahkan ada yang bilang, Singaporean itu suka banget antri, semakin panjang antrian semakin suka, padahal kadang gak tau apa yang diantriin :p). Tapi walaupun awalnya parno, lama-lama jadi suka dan kadang jadi ikutan concern kalo misal ngeliat turis makan di kereta, menyerobot antrian, atau memaksa pakai lift duluan padahal ada nenek-nenek atau ibu-ibu membawa stroller bayi lagi antri, rasanya pengen negur hihihi.

Sama seperti negara lainnya, Singaporean tersebar di strata sosial yang berbeda-beda. Pandangan dari suatu kelompok tidak bisa dijadikan patokan. Mereka sangat menghormati para foreigner yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda, termasuk Indonesia. Tetapi ada juga sentimen khusus untuk Indonesian, contohnya ketika terjadi kabut asap kiriman akibat pembakaran hutan di Sumatera: Hal ini jadi kasus yang berulang setiap tahun. Karena terus menerus terjadi tanpa perbaikan yang berarti, banyak tanggapan negatif terhadap pemerintah Indonesia. Biasanya juga jadi terbawa ke hubungan Singaporean-Indonesian sehari-hari. Gak terlalu ekstrim sih, cuma kasus itu kayaknya yang paling ‘nempel’ bagi Singaporean.

Singapore haze 2013 – kontras saat kejadian dan sebelum

Soal toleransi juga lumayan kental. Suami dan beberapa teman saya cerita, jika ada acara kantor, lalu mereka mau makan-makan, pasti yang ditanyai adalah muslim dulu. Kalo ada muslim di acara itu, catering yang dipesan pasti halal. Mereka juga pasti menyediakan menu vegetarian dan juga menghormati orang India yang tidak makan beef. Saking banyaknya agama dan suku di sini, justru kepedulian satu sama lain sangat terasa.

Singaporean juga sangat menyukai olahraga. Gak heran deh kalo jam 11 malam masih liat orang lari keliling komplek. Banyak juga yang bike to work, suami saya salah satunya. Banyak sekali acara olahraga yang diadakan baik oleh pemerintah atau swasta. Run race mulai dari yang fun run sampai triathlon. Kalau pergi ke reservoir, bisa liat orang latihan mendayung. Pokoknya, mereka sangat aktif sekali. Lingkungan seperti ini yang bikin kami selalu ikut terpacu untuk terus aktif dan menjaga kesehatan.

How to deal with Singaporean? Kalem aja, lakuin segala sesuatu sesuai perintah. Kalo kita gak ngelakuin sesuatu yang salah, mereka gak akan bereaksi berlebihan kok.

Yang paling disukai dari tinggal di Singapura: Semua hal yang serba teratur, jelas dan efisien! Dan juga lingkungan yang sehat, bersih, menyenangkan dan ramah untuk anak-anak. Yang paling gak disuka? Mahal! :p

———-

Ajeng:  https://mskpk.wordpress.com, IG: @misskepik.

Some pictures are provided by Ajeng – and some others directly linked to the images URL.