Merantau di Busan, Korea Selatan

Imroatus Sholihah (Iim) – Annyeong! Nama saya Iim. Kami sekeluarga merantau ke Korea sejak akhir tahun 2018 karena suami yang melanjutkan pendidikan S3 nya di Pusan National University Busan, Korea Selatan. Di Maret 2021 kami kembali ke tanah air 😀

Busan adalah kota kedua terbesar setelah ibu kota Seoul di Korea Selatan. Walau judulnya kota besar kedua setelah Seoul di Korea tapi akses ke alam sangat terbuka. Tempat wisata alamnya pun lebih beragam, mau ke gunung ada, ke pantai juga ada. Biaya hidup di sini cenderung lebih ringan dibanding Seoul, dan kalau diskon sembako (kesenengan mamak2 ya) gak tanggung-tanggung bisa mencapai 3-5x lipatnya.

Musim Gugur yang selalu indah

Selain itu kultur Korea yang sangat dekat dengan keluarga, anak dengan ibu dan ayahnya. Kami bertetangga dengan imo dan ahjussi yang sudah berusia senja tapi masih bugar sekali, imo (bibi) ini sangat baik sekali suka memberikan buah-buahan dan sayuran seperti hasil panen, mungkin beliau memang punya rumah dan ladang sendiri di desanya.

Lalu yang saya sukai di sini yaitu akses transportasinya yang saling berhubungan. Mau ke tempat yang paling jauh pun kita hanya perlu mengetap T card sekali untuk pembayaran, jadi ongkosnya jauh dekat sama lah ya dan anak dibawah 6 tahun tak perlu membawa kartu. Karena itu kita bebas pergi kemanapun walau tanpa kendaraan pribadi sekalipun.

Tantangan Hidup di Busan

Tantangan Pertama dengan bahasa, karena kami bukan tinggal di ibu kota Korea dan bukan tempat wisata internasional jadi orang-orang di sini cenderung tidak faham bahasa Inggris bahkan dalam beberapa kata basic, jadi harus menchallenge diri buat berani mencoba bahasa Korea walau dengan dialek foreigner, hal begini jauh lebih respect orang-orangnya dengan kita dari pada harus memakai aplikasi terjemahan kemana-mana.

Ada kejadian lucu terkait nama saya. Jadi, kebiasaanku kalau belanja ke Matte (ya sejenis Giant lah ya kalo di Indonesia) mbak-mbak kasirnya selalu nanya:⁣ “Pointe juseyo”⁣. Lalu aku menyebutkan 4 angka nomor member matteku, gak perlu pake kartu langsung terlacak namaku.⁣ “Ah….Im Ro Ah nim?”⁣. Sama orang non Indonesia aku selalu mengenalkan namaku Imroah, bukan nama panggilan Iim. Pernah suatu ketika awal kesini berkenalan dengan warga Amerika aku mengenalkan namaku Iim malah di baca ayem ayem wkwkwk⁣. Lama kelamaan orang Korea pada ngira namaku ya 3 suku kata itu, Im Ro Ah. Pernah sonsengnim bahasa Koreaku manggil Ro Ah sii, Ro Ah sii….lah wkwkwk⁣. Padahal kalaupun aku mengenalkan nama panggilanku Iim masih masuk saja sama orang Korea. Tulisan hangeul Iim itu 이임 dan biasanya orang Korea baca marga 이 itu bukan “i” tapi lee. Jadi kalau Lee Min Ho tulisannya 이민호. Jadi bisalah aku semarga ya jadi Lee Im wkwkwk⁣. Oh iya, man teman boleh banget kalau mau mampir ke vlog di YouTube aku untuk cerita-cerita lainnya di Busan ya! Termasuk kunjungan ke lokasi syuting K drama #StartUp yang sempat booming dibahas oleh para pencinta K-Drama di tanah air. 

Di tempat lokasi syuting Start-up!

Tantangan kedua dengan makanan halal kami sebagai muslim, ternyata Korea masih sangat berproses menuju edukasi makanan halal. Jadi kami harus struggle dan konsisten mencari bahan-bahan basic perdapuran seperti garam, saus,  yang aman bagi muslim dan edukasi ke anak-anak juga agar memfilter jajanan yang mereka dapat di luar rumah.

Tantangan ketiga tentang kultur pengasuhan, saat sampai di sini anak saya minta dipesenin taksi online seperti di Indonesia karena tidak kuat jalan kaki hehe. Di sini hampir tidak terlihat kesenjangan sosial seperti di drama Korea. Mau itu mahasiswa, dosen dan proffesor semuanya sudah terbiasa berjalan kaki. Kendaraan pribadi mungkin ada tapi biasa hanya dipakai untuk ke tempat jauh atau liburan. Dan kebiasaan seperti inilah yang di awal kami coba adaptasikan ke anak kami. Seperti sejak di sini, kalau mau jajan harus menunggu saya masak sendiri, tidak bisa lagi klik order seperti di Indonesia, karena kita menjaga kehalalan juga. Kakak yang tiba-tiba dari sekolah atau dari luar rumah mendapatkan jajanan harus lapor ke saya dulu untuk memastikan apakah aman dimakan dari segi kehalalan.

Kehidupan Bertetangga di Busan

Jadi, tempat tinggal di Korea itu bermacam jenisnya. Ada yang tipe apartemen (아파트), tipe room (원룸) dan rumah (주택). Nah qadarullahnya kami sekeluarnya menempati tipe yang ketiga, yaitu tipe rumah/주택 (baca: juteg) . Rumah di sini maksudnya ya rumah orang Korea yang disewakan, biasanya satu pagar dengan juin (pemiliknya), biasanya pula juin di lantai 2 penyewa di lantai bawah atau sebaliknya.⁣

Nah karena kami tinggalnya di rumah, jadi mengikuti aturan rumah orang-orang seperti orang Korea, dari mulai kewajiban membayar tagihan listrik, gas, dan internet semua dapat bill terpisah walau satu gedung dengan juin tetap tidak pararel, juga aturan pembuangan sampah dll, kita mengikuti aturan pemerintah setempat bukan aturan gedung atau apartemen.⁣

Ngomong-ngomong soal tetangga di Korea, rumah kami bertetangga denga Coffee Shop ini, pemilik kafenya tinggal di lantai 2 dan di bawahnya kafe ini. Kafenya jarang ramai sebenarnya padahal posisinya lumayan strategis cuma mungkin karena agak masuk ke jalan kecil jadi kadang tidak terlihat dari jalan besar.⁣ Selain kafe ini, disebelah rumah juga terdapat pasangan ahjuma dan ahjussi yang menyewa satu plat disamping kediaman kami. Ahjuma ini begitu ramah, saya dari cuma tahu “anyeong haseo” sampai beberapa kosa kata lainnya. Ada satu anaknya laki-laki yang sepertinya bekerja di luar Busan yang suka datang setiap akhir pekan.⁣

Untuk pemilik rumah yang tinggal di lantai 2, mereka punya anak pertama yang seumuran #kakakgadis (anak pertama kami) tapi berbeda sekolah, dan adiknya yang baru lahir juga laki-laki.⁣ Sepengalaman hampir setahun bertetangga langsung dengan orang Korea di rumah orang Korea, sebenarnya orang Korea itu ramah-ramah dan kepo. Walaupun tingkat keponya gak sampe seperti orang Indonesia, kadang suka berbagi juga, ahjuma sebelah suka berbagi buah-buahan, anaknya juin suka kasih kakak snack dan permen (walau berakhir dijadikan mainan saja wkwkw), bahkan tetangga depan pernah kasih kita segepok kresek yang isinya mainan-mainan anak dan raket bulu tangkis.⁣

Orang-orang Korea cenderung sangat menghargai orang asing yang berusaha bertutur kata sama dengan mereka berbahasa Korea. Walau salah mereka tak segan membenarkan dan mengajari. Yah walau tak seperti tetangga tetanggi di Indonesia yang banyak ajakan liwet sana sini, kami cukup nyaman hidup bertetangga disini, walau ramah dan kepo tapi tetap saling menjaga privasi.

⁣Tempat Favorit di Busan

Tempat favorit pertama saya di Busan ada di pantai Haeundae. Saya yang tadinya tidak suka pantai jadi sangat suka sekali ke pantai karena Haeundae ini. Tempatnya bersih, ada banyak pilihan resto halal disana, dan akses kesana dari rumah pun bisa ditempuh hanya dengan menggunakan subway.

Pantau Haeundae

Di tempat ini juga suka dijadikan lokasi syuting drama Korea, yang paling dekat kemarin drama The King Eternal Monarchnya Lee Min Ho di awal tahun 2020, juga selalu ada berbagai macam festival seperti festival pasir (Haeundae Sand Festival) saat musim panas, festival lampu cantik (Haeundae Lighting Festival) saat musim dingin.

Haeundae Sand Festival 2019
Haeundae Lighting Festival

Lalu tempat kedua yang saya suka di Busan adalah Busan Citizen Park, tempat piknik keluarga melakukan quality time. Jaraknya tak jauh dari rumah, hanya berjarak 8 stasiun subway. Kami hanya perlu menggelar tikar dan membawa makanan dan bergabung dengan keliarga kecil lainnya untuk piknik masing-masing. Area Busan Citizen Park cukup luas, di sini disediakan taman pasir untuk anak-anak bermain, playground dengan berbagai macam permainan, taman bunga, taman bambu, sampai air mancur dan masuk sini pun gratis.

Busan Citizen Park
Busanjin-gu 부산진구 : Busan Citizen Park 부산시민공원

Info Komunitas Indonesia dan Muslim di Busan

Komunitas Muslim di Korea: KMI; komunitas muslimah WNI di Indonesia: Rumaisa (Ig/Fb: RumaisaKorea);  komunitas PMI Korea: Perpika

Sekolah PAUD

Saya cukup terkesan dengan pendidikan usia dini (PAUD) di sini. Awalnya saya tidak akan menyekolahkan anak saya di awal karena judulnya juga sudah Orinijib yang artinya daycare. Tapi ternyata orinijib sangat memperhatikan fase perkembangan anak sesuai usianya. Saat survey saya yang pertama di orinijibnya kakak, saya langsung jatuh hati dengan sistem yang mereka tetapkan disana. Di sana anak-anak hanya bermain, memang hanya bermain tapi jelas dengan permainan edukatif yang menunjang tumbuh kembangnya.

Saat undangan konsultasi oleh kepala sekolah dan guru. Di sini saya membawa interpreter wkwkwk

Hal yang tidak begitu mudah saya berikan sejak ke Korea karena keterbatasan bahasa dan tempat. Juga anak-anak di orinijib diajarkan untuk disiplin dan mandiri sesuai fase usianya, dan yang membuat saya lebih jatuh hati lagi kepala sekolahnya sangat terbuka dan toleran dengan agama yang kami punya. Saya dan suami alhamdulillah berhasil melobby pihak orinijib agar anak kami bisa membawa bekal sendiri ke sekolah karena di Korea, kenapa? Coba cek di sini yaa…!

Untuk sekolah SD-SMA di Korea itu gratis, tapi untuk preschool seperti orinijip dan kindergarten biaya perbulannya bermacam-macam. Standar orinijip itu 400ribu-500ribu won sebenarnya, tapi alhamdulillah wa syukurillah karena kami ikut bersekolah di orinijip yang banyak menerima foreigner dan disana karena status abang sebagai hakseng (mahasiswa) dan foreigner membuat kami banyak diberikan potongan. Jadi untuk fee perbulannya kakak dikenakan biaya sebesar 250.000 won dan adik karena tidak full 100.000 won (hitung sendiri ya kalau di rupiahin berapa wkwkw rate google). Setelah biaya ini tidak dipungut biaya apa-apa lagi, sudah include jemputan, makan, cemilan pagi sore, dan lainnya.

Fashion di Korea

Ngomongin Korea, kalau gak ngomongin KPOP, drakor, skincare dan fashionnya. Saya bernah bertanya-tanya ada gak ya orang kepo sama Korea tapi tidak tersangkut hal-hal di atas wkwwk.⁣

Ngomongin fashion dan style di Korea, memang diakui sih negeri ini memang high style banget di dunia fashion dibandig negeri 4 musim lainnya. Apa hubungannya dengan 4 musim? Lah iya, setiap musim jelas tiap brand punya standar style tersendiri yang kalau selalu diikuti akan merogoh kocek yang lumayan bikin nyeri. Haha. Dan fashion disini tuh cepat sekali berputar, misal dalam suatu toko ada produk di manekin depan keluaran winter tahun ini, di tahun depan di musim yang sama produk tersebut sudah ditaruh di etalase belakang dan tertulis harga sale 1+1 wkwkwk⁣.


Karena branding dari fashion Korea ini banyak orang-orang pendatang yang tinggal disini buka jastip, jasa titip barang-barang Korea. Mulai dari fashion, barang-barang branded, skincare nyampe rumput laut pun bisa menarik peminat calon pembeli sebenarnya. 


IG: im.imroah; Blog: imroahnote.com; YouTube: Im Imroah

Advertisement

Tempat Favorite untuk Keluarga di Singapura

IMG-8447.JPGPrissa Putri J – Once a Lawyer, always a mother.. Raising a fairy princess Quorra and a mighty knight Shatra.

Hello! Nama saya Prissa Putri, sudah 4 tahun ini status saya adalah full time home-maker aka. woman who fully manage a household hahaha..! Jadi termasuk juru masak, tukang bersih bersih, tutor privat sampai uber mom yang sebagian besar waktu habis di jalan untuk mengantar anak dan suami setiap harinya. Sebelum terjun ke profesi menantang ini, pekerjaan saya sebelumnya adalah seorang corporate lawyer di salah satu lawfirm terbesar di Jakarta selama 8 tahun, kemudian naik pangkat diberi kepercayaan mengurus 2 orang anak, Quorra Tjokroatmodjo (6 thn) dan Artachshatra Tjokroatmodjo (4,5 thn) tanpa bala bantuan aka helper di negeri rantau Singapura (malu nih disebut negara rantau padahal jaraknya cuma sejauh cibubur hahaha).

Saya, suami dan 2 anak kami, Quorra dan Shatra pindah ke Singapura pada tahun 2013, setelah suami mendapatkan tawaran bekerja disalah satu multinational technology company. Tepat di awal bulan ini menandai pindahnya kita pindah lengkap sekeluarga selama 4 tahun.

Processed with VSCO with a6 preset

The four of us

Di awal keputusan menerima pekerjaan di Singapura ini, kebetulan kami berdua sama-sama meniti karir yang sama di Jakarta. Sehingga “ambisi wanita karir” saya masih meluap-luap haha… jadi kami tidak langsung pindah secara bersamaan, melihat jarak yang cukup dekat antara Jakarta-Singapura, saya sempat memutuskan untuk tetap bekerja di Jakarta at least sampai akhir tahun 2013 (nunggu bonus akhir tahun lah hahaha, ups!). Setelah 3 bulan mencoba, dan merenungkan kembali prioritas hidup, yang menurut kami keluarga itu sudah seharusnya bersama sama, akhirnya di bulan Oktober 2013 saya memutuskan untuk resign sepenuhnya dan hijrah ke Singapura.

We enjoy every bit of seconds living here in Singapore! Menurut kami, negara ini adalah tempat yang sempurna untuk membesarkan anak-anak. Lingkungan aman, taman kota dimana-mana, playground bersih dan mudah ditemukan, lingkungan komunitas yang kondusif disini sangat memudahkan kami akhirnya menyebut Singapore as our home.

Pindah kesini saat Quorra masih berusia 2 tahun dan Shatra kurang lebih 8 bulan, pertama kali jadi full time home-maker, masih mencari rhythm yang pas, jadi di awal awal kepindahan banyak cerita0cerita yang gak bisa dilupain, salah satunya yang paling menantang adalah waktu Shatra masih harus digendong kemana-mana (thank you ergo baby!) dan antar jemput Quorra sekolah dengan public transportation, sampai pernah sekali waktu, karena cepet-cepet turun, saya sukses terjatuh dan kaki pun terkilir sehingga harus pakai aircast! Tantangan banget haha! Karena disini pace hidup orang-orang itu serba cepet-cepet kaaan jadi penyesuaian ini mengorbankan kaki fracture ;p

Kiasusim

Satu yang saya bisa sebutkan sebagai whatnot to like living here in Singapore, yaitu KIASUISM orang Singapura! Sifat ini mendarah daging sekali sampai ke anak-anak, ambisius ada baiknya, tapi kiasuism that’s another level! Hahahahaha.

Apasih “KIASUISM”, dari istilah Kiasu (Chinese: 驚輸; Pe̍h-ōe-jī: kiaⁿ-su) adalah istilah bahasa Hokkien yang arti sebenarnya adalah sikap mau menang sendiri dan egois. Ini salah satu sikap yang lengkeeett dan identik dengan para Singaporean, dan bisa diliat dalam semua segi berkehidupan di Singapura, mulai dari antri chicken rice, antri sale, daftar sekolah anak, sampe sampe masuk giliran di playground. Karena ini udah sifat yang mendarah daging, dan jadi bagian dari culture Singaporean, jadi anak-anak kecil pun (tentunya karena sikap orang tuanya yang seperti itu juga) jadi ikutan, pokoknya slogannya “gue harusss yang pertamaaaaaaaa” hahahahhahaa. Nah, inilah yang para pendatang dari luar Singapura biasanya merasa super super risih sama sifat yang satu ini, so when I said ambitious is good but Kiasuism is another level, I really mean it! When you’re ambitious, you set the goal for yourself to be successful, but Kiasu, you have to be successful but everyone must loose!

Terjemahan dalam bahasa inggrisnya “afraid to lose out” dari ‘kia’ artinya ‘afraid’ dan su artinya ‘kalah’.

Area Tempat Tinggal

Kami tinggal di area Bukit Timah, masuk postal districtnya district 10, memutuskan tinggal disini karena areanya yang residensial. Mau ke Botanic Garden terjangkau dan dekat, ke kota juga tidak terlalu jauh dengan area hijau yang banyak! Area tempat kami tinggal ini termasuk area pendatang, jadi tetangga kiri kanan depan belakang mostly adalah perantau di Singapura.

IMG-2172

Singaporean yang tinggal di area pun kebanyakan yang memiliki landed house dan pergi ke sekolah di sekolah unggulan Singapura jadi tidak sering berinteraksi dengan mereka kecuali di satu tempat les dengan anak anak hahaha! Menurut kami, area ini new-comer friendly! Sejak 4 tahun lalu, kami jatuh cinta dengan area ini.

Kids Friendly Restaurants

Hampir setiap minggu ada tempat makan baru di Singapura yang memanggil-manggil untuk dicoba haha dan mostly kids friendly! Karena, kebanyakan pendatang di Singapura itu keluarga dengan anak, dan anak-anak tersebut rata-rata babies, toddlers sampai teenagers. Most restaurants di Singapura pasti menyediakan crayons, kertas mewarnai atau buku bacaan! Free magazine yang berkeliaran disinipun membahas seputaran keluarga dan segala aktifitas buat anak-anak jadi gampaaang sekali untuk menentukan aktifitas akhir pekan sama anak-anak disini. Hmmmm, kalau disuruh menyebutkan satu tempat makan favorit ini rasanya suliiittt banget! Tapi saya akan kasih 3 tempat favorit kami sekeluarga untuk ini:

1)    Riders Café

Tempat ini salah satu all time favorite kami! Tempatnya di area Bukit Timah, tidak jauh dari kota tetapi begitu masuk areanya rasanya seperti di ranch luar kota 😀 Kids loveee this place! Timing yang disarankan adalah waktu sarapan, anak-anak punya kesempatan untuk masuk ke kandang kuda keliling liat kuda bahkan bisa pony ride 😀 Weekend, agak sulit dapat meja, tetapi bisa reservasi dulu.

ulu-restaurants-singapore-07160009

2)     Open Farm Community 

Restauran ini letaknya tidak jauh dari Orchard Rd dan dekat sekali dari Singapore Botanic Gardens, restaurant ini punya organic city-farm di areanya dan semua bahannya digunakan untuk penyajian makanan di restaurannya. So definitely its Organic-kids friendly! Dan punya halaman outdoor playground yang luas yang jadi favorit anak-anak. Biasanya kalau udah kesini, habis makan, 2 cangkir kopi pun gak cukup hahaha!

umdscf9892

3)    The Quayside at Robertson Quay

Ini merupakan suatu area, konsepnya adalah open space restaurant row, banyak sekali pilihan makanan sesuai selera, dari Mexican, Japanesse, Chinese, Italian, sampai Middle East yang semuanya kids friendly! So, when in doubt go to this area! Kids can play scooters along the quay of Singapore river trus kita makan enak!

super-loco-3

One of the Mexican Restaurant, Super Loco

 

Nah, kalau tempat hang out terfavorite kita sekeluarga adalah:

1)    Singapore Botanic Gardens

Untuk anak-anak kunci utamanya adalah lapangan luas buat jungkir balik sampe capek tanpa diteriakin mama papanya ya! Hahahhaha jadi tempat ini selalu jadi andalan kita sekeluarga, lebih lagi di Singapore botanic gardens itu punya jadwal rutin concert in the park! Kita selalu cek jadwal rutin di website nparks yang super update untuk event-event ini, bahkan ada juga cinema in the park  yang super kids friendly!

20140811_botanic_sph

item_3-thumbnail-carousel-img-740-416

2)    Museum!

Yes, in Singapore we have these privileges of crazy cool museums everywhere! Anak-anak bisa terekspos dengan Museum yang sangat apik, terawat dan memadai, jadi sesering mungkin kami selalu mengajak anak-anak mengunjungi museum waktu akhir pekan. Favorit kita sekarang ini adalah Singapore National Gallery! Latest visit, kita memperkenalkan lukisan-lukisan karya Raden Saleh ke anak-anak. Dan tentunya exhibition Life is the Heart of the Rainbow oleh Yayoi Kusama.

C5TUKk-VUAEffmw

Tantangan menjadi mamarantau di Singapura

Menurut saya pribadi, hidup disini hampir bisa dikatakan sangat mudah, making friends also is easy karena itu tadi, rata-rata disini banyak pendatang dari berbagai negara jadi lebih friendly. Quorra dan Shatra sekolah di Sekolah Internasional, dan muridnya sangat beragam, dari nationality Israeli, Pakistani, Kuwaity, Greek, Indian, you name it ada semua, dan inilah yang kami mau tanamkan ke anak-anak kalau kita semua ini citizen of the world, we have friends from many different country. Jadi kami sangat bersyukur dengan kesempatan ini.

Tapi tetep sih ada tantangan sebagai seorang Indonesia merantau di Singapura, saya pribadi tidak suka dengan pembagian ras yang diterapkan di Singapore, meskipun negara ini punya tujuan sendiri atas itu menurut saya hal-hal sedemikian harus kita minimalisir. Paras kita yang sama dengan penduduk Singapura dengan ras Malay (Melayu), sering menjadi pengelompokan di tempat-tempat tertentu, dan budaya Melayu yang suka ikut campur (hampir sama nih kayak orang Indonesia 😛 ) kadang-kadang mengganggu hahaha!

====

Instagram: @pichaputri

Musim Dingin di Negeri Padang Pasir, Abu Dhabi

 

c8de7c1d-1923-48ac-834d-ee472ac93925-e1507717587502.jpgWinda Putri (Winda) – Black coffee lover, Bhumi’s bunda, Al’s wife. Move from north to middle east. 4 years in Copenhagen, the 3rd year in Abu Dhabi. Ready for next chapter.

Pastilah yang terbersit saat pertama kali mendengar Timur Tengah dan gurun adalah cuaca panas dan matahari yang terik. Memang tidak mengherankan, di kota ini, musim panas yang dimulai bulan Juni dan puncaknya di bulan Agustus, temperatur udaranya bisa mencapai 55 derajat Celcius. Kegiatan di luar ruangan seolah-olah berhenti saat musim panas. Udaranya yang kering membuat orang-orang malas keluar rumah. Namun saat musim dingin tiba, semuanya berubah.

Abu Dhabi from Heritage Village

Tinggal di Abu Dhabi, salah satu emirat (negara bagian) di Uni Arab Emirat, membuat saya sangat menikmati musim dingin yang dimulai di akhir Oktober. Saat angin dingin mulai bertiup, saat suhu udara mulai turun adalah waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan di luar ruangan. Bahkan musim dingin pun menjadi saat yang tepat untuk membuka kembali koleksi baju hangat , sweater dan jaket, mengingat saat malam hari suhu udara bisa mencapai 7 derajat selsius.

Padang Pasir yang Sureal.

Padang Pasir

Abu Dhabi adalah kota yang dikelilingi oleh padang pasir, hanya bagian Utara yang berbatasan dengan laut. Lautan pasir berwarna kuning adalah keindahan yang bisa dinikmati saat musim dingin tiba. Hening dan sureal. Desir suara pasir yang bergerak seolah-olah mencoba berbicara tentang masa lalu, dinginnya pasir saat bertelanjang kaki berjalan diatasnya mendinginkan tubuh setelah musim panas yang panjang. Keindahan matahari tenggelam yang memberikan warna keemasan dan bintang yang bertebaran di langit saat malam tiba merupakan keelokan yang tak bisa diungkapkan.

 

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di gurun pasir yang indah ini, berkemah salah satunya. Bermalam di padang pasir menjadi kegiatan banyak penduduk Abu Dhabi saat musim dingin. Baik yang datang dengan membawa tenda sendiri atau menggunakan penginapan yang telah disediakan.

 

Gambar kiri atas-bawah : hasil pencarian Google

Pengalaman mengikuti satu paket wisata menikmati padang pasir bersama dengan keluarga mengubah pandangan saya tentang kehidupan sosial masyarakat padang pasir. Sebelum negara Uni Emirat Arab terbentuk, negara awalnya merupakan sebuah suku-suku kecil yang berpindah-pindah dari satu sudut padang pasir yang satu ke sudut yang lain, berkelana bersama keluarga dan kelompoknya bersama dengan ternak mereka yang sering disebut Bedouin. Kehidupan nomaden ini kemudian berubah menjadi kehidupan menetap namun tetap menjalankan tradisi kehidupan semi-nomaden.

DESERT5.JPG

Pada suatu kegiatan berkemah, para tamu akan menggunakan tenda-tenda dengan motif yang indah dan kuat melindungi dari panas di siang hari dan dingin di malam hari sebagai tempat istirahat. Para wanita akan menyiapkan makanan atau membuat hiasan henna di tangan para tamu yang ingin dihias. Para lelaki akan menyiapkan kopi khas Arab yang disebut Qahwa dengan aroma kardamom (kapulaga) yang dibuat langsung diatas bara api dan disajikan dengan teko khusus dallah di teko kecil tanpa gagang fenjan , diiringi bunyi rebab dan puisi yang mengalun menjadikan malam musim dingin, berkemah di bawah langit padang pasir, adalah pengalaman yang tak mudah terlupakan.

Pesona Pantai di Pinggir Teluk Arab

Kalau saja saya tidak pindah ke negara ini, mungkin saya tidak pernah mengatahui kalau negara ini memiliki pulau-pulau kecil di bagian luarnya dan berbatasan dengan teluk Arab yang terkenal. Abu Dhabi memiliki beberapa pantai yang menjadi tujuan penduduknya menghabiskan waktu sambil menikmati matahari saat musim dingin. Salah satu yang menarik adalah Pantai Layang-layang (Kite Beach) , Pulau Yas.

IMG-9926

Pantai ini cukup landai sehingga selain para penggiat hobi kite surfing/boarder , pantai ini juga dijadikan tempat melakukan olah raga kano atau kayak, dan juga merupakan tempat keluarga menghabiskan waktu akhir minggu untuk berkemah. Jika tidak ingin berkemah, bisa juga menikmati hari dengan acara panggang-memanggang dan menunggu air pasang sambil mencari kepiting dibalik bebatuan.

 

Dibeberapa sisinya tedapat sekelompok pohon mangrove sehingga sebagian orang memilih untuk menghabiskan waktu memancing. Tidak jauh dari pantai ini, disisi yang tidak landai, pemilik jetski menghabiskan waktunya memanaskan mainannya dan kemudian berkeliling sedangkan yang lain memilih untuk berkendara dengan kudanya.

Saadiyat beach

Pantai lain yang bisa dijadikan tempat pilihan menikmati sore sambil menunggu matahari terbenam adalah pantai Saadiyat. Pantai ini merupakan bagian dari wilayah konservasi koral dan tempat singgah beberapa spesies lumba-lumba dan penyu di Abu Dhabi.

Museum di Sudut Padang Pasir

Abu Dhabi sesungguhnya bukan kota yang bisa dinikmati dengan transportasi umum. Transportasi umum seperti bis lebih banyak tersedia di pusat kota dan beberapa jalur bis yang menghubungkan pusat kota dengan bagian luar kota . Beberapa tempat hanya bisa dicapai dengan taksi, namun taksi juga tidak tersedia disemua tempat. Sehingga pada umumnya, satu keluarga akan memiliki satu mobil untuk alasan kemudahan.

Museum Auto Nasional

Satu tempat unik yang letaknya agak tersembunyi di tengah gurun Al Bashra layak dikunjungi dan hanya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi adalah Museum Auto Nasional Emirat (Emirates National Auto Museum). Museum ini terletak 45 km dari kota Abu Dhabi atau sekitar 30 menit, dengan bangunan utamanya berbentuk piramida, museum ini memiliki 200 koleksi mobil yang merupakan koleksi pribadi Sheikh Hamad bin Hamdan Al Nahyan yang beberapa diantaranya adalah mobil-mobil dengan ukuran raksasa, pesawat penumpang dan bola dunia beroda.

 

Selain Museum Auto Nasional , tempat lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Syeikh Zayed Learning Centre (SZLC). Berlokasi di dalam kebun binatang Al Ain, yang merupakan kebun binatang terbesar di UEA, pusat belajar ini terdiri dari museum, beberapa ruang pamer, sebuah ruang cinema, dan perpustakan yang akan memberikan informasi tidak hanya kehidupan flora dan fauna di UAE namun juga memberikan informasi mengenai kehidupan kultural di jazirah Arab.

 

Hal menarik lain tentang Pusat Belajar Syeikh Zayed ini adalah bangunannya yang dibangun dengan memperhatikan keberlanjutan dengan lingkungan sekitarnya. Saat berkunjung ke muse mini, pemandu wisata yang sebagian besar adalah mahasiswa menerangkan tentang arsitekturnya dibuat sedemikian rupa sehingga hemat energi, menggunakan bahan yang rendah polusi dan kemudian menerangkan tentang pendingin alami dengan menggunakan kolam di tengah bangunan sehingga menjaga suhu dalam ruangan tetap sejuk. Selain itu yang menarik adalah tentang penggunaan grey water untuk keperluan sanitasi. Satu hal lagi yang menarik tentang museum ini adalah latar belakangnya adalah bagian tertinggi di negara ini, yaitu Jabal Hafeed atau Bukit Hafeed.

Perjalanan Safari di Gurun Buatan terbesar di dunia

Gazelle

Kegiatan menarik lainya bisa dilakukan di kebun binatang terbesar di negara ini, yang terletak di Al Ain, adalah menikmati perjalanan safari di gurun Afrika buatan seluas 217 ha. Di area buatan ini hewan-hewan dibiarkan liar dan kita bisa menyaksikan hewan-hewan ini bergerak berkelompok, beristirahat, dan saling berinteraksi antar spesies. Tempat ini bukan hanya rumah bagi spesies hewan yang berasal dari jazirah Arab dan Afrika seperti Oryx, Springbok , Gazelle, Singa, Burung Unta, Jerapah dan Zebra, namun juga merupakan habitat bagi 38 spesies tanaman yang berasal dari Afrika juga lokal. Tempat ini dibangun menyerupai dengan gurun asli di Afrika dengan membuat oasis di beberapa bagian agar hewan-hewan ini dapat hidup seperti di habitat aslinya.

 

Perjalanan safari ini menggunakan kendaraan 4×4 yang dikemudikan langsung oleh Emirati yang sekaligus sebagai pengarah tur. Sesekali perjalanan harus terhenti karena sekelompok Orxy melintas di depan kendaraan atau sekawanan Jerapah mendekat. Jerapah-jerapah ini boleh diberi makan wortel yang disediakan oleh kebun binatang. Sayangnya, hewan predator , saat ini baru singa, diletakkan ditempat terpisah dan dalam area tertutup, namun masih bisa melihat mereka berkeliaran bebas.

Mesjid Megah yang Menyejukkan

Zayed Grand Mosque

Tempat ini sebenarnya tidak hanya bisa dinikmati saat musim dingin, pada musim panas pun tempat ini akan menjadi salah satu tujuan favorit menghabiskan waktu menunggu waktu sholat sambil membaca Al Quran atau beristirahat. Mesjid besar Syeikh Zayed (Syeikh Zayed Grand Mosque) merupakan masjid terbesar di Abu Dhabi dengan bangunan putih yang megah. Selesai dibangun pada tahun 2006, masjid ini merupakan bangunan dengan desain yang terinspirasi dari desain-desain masjid di seluruh dunia. Kubahnya terinspirasi dari Mesjid Badashi di Lahore Pakistan, dan desain dinding, menara dan ruang-ruangnya terinspirasi dari desain masjid-mesjid di Maroko salah satunya masjid Hasan II di Kasablanka, Maroko. Di ruang utama mesjid , terdapat karpet terbesar di dunia yang melapisi seluruh lantai ruangan dan merupakan buatan tangan para pengrajin karpet Persia dari Iran.

 

Mengikuti tour gratis yang diadakan oleh mesjid adalah pilihan yang tepat untuk bisa menikmati seluruh sudut mesjid, karena beberapa bagian hanya dibuka untuk sholat Jumat dan hanya untuk laki-laki. Dengan mengikuti tour kita bisa menikmati sampai bagian depan mimbar, dan melihat lampu Kristal megah yang berada di tengah-tengah ruangan utama.

Mesjid ini akan menjadi tempat tujuan utama di bulan Ramadhan dan menjadi salah satu mesjid yang menjadi pilihan utama untuk sholat Ied.

Wilayah Suaka Flamingo

Tempat lain yang sangat menarik di sudut kota Abu Dhabi adalah wilayah suaka Al Wathba. Daerah konservasi Al Wathba ini merupakan salah satu daerah tujuan migrasi bagi burung Flamingo di UEA. Flamingo besar (Phoeicopterus roseus) tidak hanya bermigrasi, namun selama musim dingin, mereka juga berkembang biak, sehingga pada puncaknya bisa mencapai 2000 ekor di wilayah suaka ini.

Flamingo Besar

Di tempat ini telah disediakan jalur untuk melakukan pengamatan burung dan di sepanjang jalur kita bisa menemukan tanaman-tanaman liar khas gurun dan bila beruntung kita bisa bertemu dengan beberapa reptil yang melintas. Rumah bagi 260 jenis burung , 16 reptil dan 10 mamalia ini merupakan tempat yang tepat untuk menikmati musim dingin sambil berpiknik. Berjarak 40 km dari pusat kota Abu Dhabi di wilayah Al Ghar, tempat ini merupakan permata tersembunyi di tengah gurun.

 

Tidak dipungkiri, dengan moda transportasi umum yang terbatas, banyak tempat-tempat menarik yang bisa menjadi tujuan menghabiskan musim dingin di Abu Dhabi. Bila ingin merasakan tantangan yang tidak biasa, bisa menikmati dune bashing di bukit pasir tertinggi di negara ini, yaitu di Gurun Liwa, atau menikmati liburan mewah di hotel bintang lima yang terketak di tengah gurun, atau berkemah sambil menikmati kawanan flamingo yang sedang menetap sementara waktu di pesisir teluk Arab ini.

–ø–

windadeftianiputri.wordpress.com |@windadeftiani

Images provided were taken by Winda and family, some related images are linked to original sources.

[Mamarantau Tips] Pengalaman Naik Pesawat dengan Bayi 1 Bulan

Fathiannisa Gelasia (Icha) – Seorang litigator yang sekarang beralih profesi mendedikasikan waktu serta tenaga untuk merantau bersama suami ke Bangkok dan menjadi stay at home mom.

Tips Pertama:  Naik Pesawat dan Traveling Bersama Bayi 1 Bulan

Saya dan suami pertama kali membawa Dhaulagiri pulang ke Indonesia dengan pesawat ketika Dhaulagiri berusia 1 bulan 7 hari. Waktu itu kami, terutama saya, lumayan panik dan kebingungan, karena ini pertama kalinya membawa anak bayi yang bahkan belum berusia 40 hari untuk naik pesawat terbang. Sesuai dengan rekomendasi dokter di Bangkok, tidak ada halangan untuk Dhaula bisa naik pesawat, dan tidak ada keharusan untuk saya menutup lubang telinganya, sesuai dengan apa yang direkomendasikan banyak orang selama ini.

Seandainya memungkinkan, memang lebih baik apabila ketika lepas landas maupun mendarat Dhaulagiri aktif menggunakan otot-otot di rahang dan rongga kerongkongannya, agar tidak ada udara yang tersumbat ketika tekanan kabin naik. Akan tetapi, dokter kami tidak mewajibkan hal tersebut. Untuk berjaga-jaga, saya tetap membawa kapas yang sudah digulung kecil-kecil untuk telinga Dhaula. Kami sengaja membeli tiket pulang ke Indonesia pada malam harinya, ketika jam tidur Dhaula. Alhamdulillahnya, Dhaula sejak usia 1 bulan selalu tidur di waktu yang sama setiap malamnya, dan Alhamdulillah masih beranjut hingga sekarang sudah berumur 4 bulan 11 hari. Walaupun masih terbangun 2-3 kali setiap malamnya, tapi antara pukul 20.00 – 21.00 pasti sudah tertidur di kamar.

Pengalaman pertama naik pesawat bersama Dhaula berjalan lancar. Dhaula sempat menangis 20 menit pertama di pesawat, karena tidurnya terganggu dengan suara-suara di pesawat, dan arena saya juga panik, maka mungkin Dhaula ikut menjadi panik juga. Akhirnya sepanjang perjalanan pulang tersebut, karena saya tidak bisa menenangkan Dhaula saking paniknya, akhirnya Dhaula digendong oleh bapaknya hingga kami mendarat di Soekarno Hatta. Tidak ada kapas yang tersumpal di telinga Dhaula maupun susu yang diminum sesuai rencana, tapi untungnya Dhaula tidak mengalami gangguan pada telinganya.

Hingga hari ini, Dhaula sudah 8 kali naik pesawat terbang, dan semuanya tanpa menggunakan kapas pada telinganya. Apabila memungkinkan dan Dhaula sedang terbangun, pasti saya beri susu. Namun apabila tidak, saya dan suami tidak memaksa Dhaula untuk bangun dari tidurnya untuk minum susu. Yang paling saya ingat adalah perjalanan pulang kami dari Korea Selatan kembali ke Bangkok, ketika Dhaula masih berusia 2,5 bulan. Kami mengambil pesawat  sore karena tidak ada jadwal untuk pesawat malam. 2 jam pertama Dhaula tertidur pulas, tapi lalu terbangun karena tiba-tiba Dhaula harus buang air, dan lalu pampersnya bocor, haha. Jadilah saya harus memandikan Dhaula di wastafel kamar mandi pesawat terbang yang sangat sempit tersebut.

Tips dari saya, intinya sebagai orang tua tidak boleh panik, karena pastinya anaknya ikutan panik juga.  Tidak usah terlalu strict dan yang penting dibawa happy. Anak bayi menangis ketika lepas landas ataupun mendarat saat naik pesawat itu hal biasa, kadang-kadang Dhaula juga menangis, tapi saya dan suami cuek aja. Dibawa happy sambil ajak ngobrol si bayi. Untungnya suami saya selalu siaga membantu saya menjaga Dhaula, ditambah suami saya tipe orang yang anti panik, jadilah kalo saya panik sedikit pasti langsung dibantu untuk bisa santai lagi.

Tips Kedua: SLING WRAP, BABY CARRIER ATAU STROLLER?

Kondisi pedestrian street di Bangkok tidak semaju di Negara-negara Barat sana; jalanannya tidak rata, banyak lubang dan tidak semua stasiun ataupun terminal untuk kendaraan publik memungkinkan kami menggunakan stroller. Saya mulai menggunankan sling wrap ketika Dhaula berumur 2 minggu, merk saya gunakan adalah Boba, bentuknya kain panjang dengan bahan elastis yang cara penggunaannya harus dililit di badan saya.

Saya juga punya baby carrier dengan merk ergo baby, dan mulai digunakan sejak Dhaula berumur 2 minggu juga. Dengan penggunaan sling wrap ataupun baby carrier itu, saya bisa dengan bebas menggunakan kedua tangan saya untuk beraktifitas, dan entah kenapa Dhaula selalu dapat tidur lebih lelap dengan kedua benda tersebut. Bahkan diawal-awal, suami saya setiap malam membantu saya menidurkan Dhaula dengan menggunakan ergo baby sebelum dipindahkan ke kasur. Untuk berjalan-jalan pun kami lebih prefer untuk menggunakan sling wrap atau baby carrier.

Selama di Korea dan Koh Samui, keduanya adalah benda yang wajib ada di dalam tas saya. Mungkin karena posisi Dhaula ketika digendong seperti dipeluk dan di dekat dengan dada saya atau suami, sehingga tidurnya pun lebih tenang. Akan tetapi untuk sekarang, saya dan suami membatasi penggunaannya hanya apabila kami berjalan-jalan keluar rumah atau apabila saya harus beraktifitas di rumah, seperti memasak, menyapu, dll.

Sementara untuk stroller, Dhaula belum bisa terlalu lama dan betah duduk berlama-lama di stroller, sehingga walaupun kami keluar membawa stroller, kami tetap berjaga-jaga membawa salah satu dari sling wrap atau baby carrier. Merk stroller yang kami gunakan adalah Babyzen Yoyo karena tingginya frekuensi kami untuk travelling, maka suami saya memilih untuk invest di stroller yang kokoh, ringan dan kecil ketika dilipat. Sewaktu kami travelling ke Koh Samui saat liburan songkran kemarin, hanya dua kali kami menggunakan stroller, sisanya dengan boba atau ergo. Keadaan jalanan di Koh Samui hampir tidak memungkinkan kami untuk menggunakan stroller. Ditambah karena destinasi kami adalah pulau, maka stroller lebih sering digunakan apabila kami berjalan-jalan disekitar hotel saja.

Tips saya untuk yang mau berwisata ke Bangkok, selalu sedia kain untuk menggendong anak, baik itu slingwrap, geos ataupun kain jarik dan atau baby carrier, karena kondisi jalanan dan udara di Bangkok tidak selalu memungkinkan untuk penggunaan stroller, apalagi jika bentuk strollernya adalah heavy weight stroller.

===

Merantau di Bangkok

Processed with VSCO with hb1 presetFathiannisa Gelasia (Icha) – Seorang litigator yang sekarang beralih profesi mendedikasikan waktu serta tenaga untuk merantau bersama suami ke Bangkok dan menjadi stay at home mom.

PENGALAMAN MERANTAU

Pertama kali saya mulai merantau itu pada tahun 2013, dimana saya menempuh pendidikan master hukum di Leiden, Belanda. Tapi saat itu saya belum menikah dan belum jadi seorang mamarantau. Setelah menikah dengan suami pada tahun 2015, kami sempat merantau dan tinggal di Bali selama 7 bulan, sebelum akhirnya suami mendapatkan panggilan kerja di Bangkok pada awal tahun 2016.

IMG_8476

With husband: Agantara Juanda

Awalnya hanya suami yang berangkat ke Bangkok karena saya sedang hamil kedua dan ketika kehamilan pertama saya mengalami kegagalan, dokter menyarankan saya untuk berangkat ke Bangkok ketika kehamilan kedua saya ini sudah berumur 5 bulan.

MERANTAU DI BANGKOK

Pada tanggal 15 Agustus 2016 saya tiba di Bangkok dan memulai perantauan saya kembali, kali ini bersama suami saya. Walaupun sudah terbiasa tidak tinggal serumah dengan orangtua (saya sejak kuliah sampai akhirnya menikah dengan suami tidak tinggal bersama orang tua), mungkin karena saya sedang hamil dan hormon yang berantakan, bulan-bulan pertama saya di Bangkok lumayan membuat saya depresi, tertekan dan sedih. Sejak lulus kuliah Sarjana Hukum pada Januari 2012, saya sudah terbiasa bekerja, menghasilkan pendapatan sendiri dan memiliki hari-hari yang aktif.

Processed with VSCO with hb1 preset

Namun, karena kondisi saya yang sedang hamil 5 bulan ketika tiba di Bangkok, maka sangat tidak mungkin ada kantor hukum atau perusahaan yang mau menerima saya bekerja karena toh dalam waktu 3 bulan saya sudah akan mengambil cuti melahirkan. Maka dimulailah hari-hari saya dimana saya benar-benar belajar menjadi ibu rumah tangga dan belajar menikmati kesendirian saya di Bangkok.

TENTANG BANGKOK

Tinggal di Bangkok hampir mirip dengan Jakarta. Cuacanya, kondisi jalanannya, bahkan tekstur makanan pun sedikit tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Yang cukup mengejutkan adalah kemacetan di Bangkok; sama persis dengan Jakarta. Untungnya apartemen saya dan suami berada persis di depan stasiun BTS (Bangkok Mass Transit System) yang berupa kereta cepat, hampir sama dengan MRT. Karena kemacetan yang berlebihan itu, terkadang saya dan suami sangat menghindari berkunjung ke tempat-tempat yang hanya bisa didatangi dengan menggunakan kendaraan pribadi.

5104226627001_5230017886001_5219431537001-vs

Bangkok via Lonely Planet

7138231-bangkok-july-12-bts-sky-train-at-the-platform-in-rush-hour-on-july-12-2013-in-bangkok

The Bangkok Mass Transit System, commonly known as the BTS or the Skytrain

Lebih menarik lagi, ojek disini juga merupakan sebuah transportasi yang cukup umum dan sangat murah. Jadi, terkadang saya dan suami menyiasati jalanan macet dengan menggunakan ojek. Misalnya, sewaktu shalat Ied pada Idul Adha kemarin. Jarak antara rumah kami dengan KBRI cukup jauh, dan di daerah sekitar KBRI tidak terdapat BTS. Ditambah KBRI berada di tengah-tengah kawasan perbelanjaan, jadi biasanya sangat jarang taksi yang mau mengantarkan penumpang dengan tujuan ke daerah-daerah sekitar KBRI tersebut. Shalat Ied di Bangkok dilaksanakn pukul 07.00 pagi, bersamaan dengan jam sibuk para pegawai Bangkok yang harus berebutan untuk bisa masuk ke dalam BTS. Setelah mengantri di BTS lebih dari 30 menit, saya dan suami akhirnya memutuskan untuk naik ojek ke KBRI. Dengan waktu tempuh sekitar 30-35 menit ke KBRI, kami harus membayar ojek sekitar 80.000 per orang. Tapi ya hampir sama dengan di Jakarta, kalau pake ojek, sudah pasti akan bisa menghindari macet di Bangkok.

motorcycle-taxi-in-bangkok_1

Motorcycle Taxi (a.k.a Ojek)  dan ada UberMOTO juga

Hal menarik lainnya yang kami alami disini adalah ketika Raja Thailand, King Rama IX Bhumibol Adulyajed, meninggal dunia pada bulan Oktober 2016 yang lalu. Kami menyaksikan sendiri bagaimana seluruh warga Thailand secara bersama-sama berkabung atas kematian Raja mereka tersebut. Stasiun TV lokal hanya menggunakan warna hitam putih, hampir seluruh website Thailand pun hanya berwarna hitam putih, tidak ada lagi iklan dan musik-musik yang terdengan di TV umum di dalam BTS, dan hampir 90% warga Bangkok menggunakan baju berwarna hitam, abu-abu atau putih. Sangat jarang kami melihat ada warga Bangkok yang tidak menggunakan ketiga warna tersebut. Minggu-minggu pertama setelah kematian Raja Thailand tersebut, suasana berkabung benar-benar terasa di seluruh jalanan-jalanan Thailand.

ru-co-tang-3ngay-tang-thong3.jpg

Saya dan suami pun berusaha mengikuti peraturan berkabung tersebut. Sampai-sampai kami kehabisan pilihan baju berwarna hitam, abu-abu atau putih untuk digunakan sehari-hari.

KEHIDUPAN DI BANGKOK

Untuk mengurus rumah di Bangkok saya dan suami seringkali mengalami kesulitan, khususnya dalam hal bahasa. Rata-rata pegawai yang bekerja di apartemen kami tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, termasuk pula asisten rumah tangga harian yang membantu saya membersihkan rumah, ataupun pekerja yang biasa memperbaiki AC atau masalah listrik kami. Jadi benar-benar semuanya menggunakan bahasa Inggris yang sangat singkat dan kebanyakan menggunakan bahasa isyarat. Saya dan suami tidak mempekerjakan asisten rumah tangga bulanan, tetapi hanya mingguan. Seminggu sekali, ada 2 orang asisten rumah tangga yang membantu saya membersihkan rumah. Sisanya saya sendiri yang membersihkan. Sampai detik ini saya masih belajar dan berusaha beradaptasi dengan peran baru saya sebagai ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan mulai Desember, mulai mengurus anak pertama kami. Akan tetapi, kemauan saya untuk bekerja sepertinya sangat sulit untuk dihilangkan sehingga sudah sebulan belakangan ini saya akhirnya memulai profesi baru saya sebagai konsultan hukum freelancer, yang mana sejauh ini pekerjaan tersebut sangat pas dengan saya di Bangkok ini.

Karena kondisi sedang hamil sewaktu pindah ke Bangkok, jujur saya tidak terlalu banyak mengeksplorasi kota Bangkok, kecuali berkunjung ke tempat2 perbelanjaan yang memang harganya sangat jauh lebih murah dibanding Jakarta. Menariknya, di Bangkok ini sangat banyak dan terkenal dengan Night Market, yaitu tempat-tempat perbelanjaan dan hiburan yang buka dari sore hingga dini hari. Dari mulai yang khusus untuk belanja seperti Chatucak Weekend Market, sampai kawasan hiburan malam seperti yang ada di Patpong.

IMG_3163

chatuchak-weekend-market

The Chatuchak Weekend Market is the largest market in Thailand. Also known as JJ Market, it has more than 8,000 stalls, divided into 27 sections.

or-tor-kor-market-bangkok

Food galore via migrationology

Sisanya hampir sama seperti Jakarta, Bangkok dikelilingi oleh mall-mall besar yang menjadi tempat hiburan utama.

PENGALAMAN HAMIL DAN MELAHIRKAN

Pada 22 Desember 2016 yang lalu, saya melahirkan anak pertama saya di Bangkok. Perjalanan kami untuk bisa menemukan dokter yang sesuai tidak terlalu susah sepertinya. Hal tersebut dikarenakan kriteria saya dan suami dipersempit dengan keharusan memilih rumah sakit yang jaraknya dekat apartemen kami dan mudah aksesnya (akses BTS terutama, karena seperti yang sudah tulis, kemacetan di Bangkok tidak jauh berbeda dengan Jakarta). Pilihan kami akhirnya jatuh pada rumah sakit St. Louis, yang jaraknya hanya 3 stasiun BTS dari apartemen kami. Untuk akses dengan uber maupun taksi pun cukup mudah dan dekat, sehingga tidak perlu khawatir mengenai waktu tempuh. Dokter kandungan yang kami temui pun ternyata sangat pro persalinan normal dan kemampuan berbahasa Inggris-nya mempermudah kami untuk berkomunikasi.

IMG_8083

St. Louis Hospital – Women’s Health Center

Due date persalinan saya Desember kemarin adalah tgl 26 Desember 2016. Namun, sejak awal Desember rupanya saya sudah mengalami pembukaan 1, dan pembukaan 1 mentok hampir 10 hari. Dua minggu sejak dokter saya memeriksa bukaan 1 saya tersebut, akhirnya keputusan untuk diinduksi kami ambil karena rupanya saya sudah ada di bukaan 4, akan tetapi kontraksi yang saya rasakan tidak cukup kuat. Pada 22 Desember 2016 pukul 3 sore, saya masuk ruang persalinan.

Pengalaman melahirkan saya yang pertama ini cukup traumatis untuk saya pribadi, walaupun terhitung cukup cepat. Saya mulai diinduksi pukul 15.00 sore, dan putri kami lahir pukul 23.36 malamnya. Akan tetapi, proses persalinan yang saya alami cukup jauh berbeda dengan persalinan di Indonesia. Pukul 20.00 dokter menyatakan bahwa saya sudah memasuki bukaan 8, dan sepertinya pukul 21.00 saya sudah akan mempunyai bukaan penuh dan bisa mengejan untuk melahirkan anak saya. Akan tetapi, sejak bukaan 8 tersebut, rupanya saya sudah disuruh untuk mengejan. Dokter bilang untuk mempercepat naiknya bukaan. Saya pun mengejan ditemani suami dan ibu saya, dibantu oleh beberapa bidan, dokter saya ada di ruangan sebelah membantu pasien lain yang juga sedang bersalin.

Pukul 21.00 tiba, tetapi dokter saya tidak juga datang. Beberapa bidan juga sudah sibuk keluar masuk sehingga terkadang saya mengejan hanya didampingi suami dan ibu saya. Rasa sakit dan mulas karena kontraksi serta obat induksi bercampur jadi satu, ditambah juga rasa panik karena dokter yang kami andalkan tidak datang-datang ke ruang bersalin. Pukul 22.30 akhirnya dokter masuk ruang bersalin sambil meminta maaf karena sebelumnya tertahan di ruang bersalin lainnya dengan pasien yang juga sedang melahirkan. Suami dan ibu saya sudah habis tenaga untuk protes dan saya pun sudah tidak bisa fokus lagi. Proses persalinan pun dimulai, saya mulai mengejan dan kepala putri kami mulai perlahan-lahan terlihat. Namun, mungkin badan saya sudah terlalu lemas dan tidak bertenaga karena tiba-tiba saya kejang-kejang dan akhirnya dokter pun memutuskan untuk emergency c-section karena kondisi saya cukup berbahaya untuk persalinan normal. Pukul 23.05 kami masuk ruang operasi dengan keadaan saya yang masih gemetar tidak bisa diberhentikan, dan baru bisa tenang setelah disuntikkan obat penenang. Setelah itu proses operasi pun dimulai dan tak lama kemudian putri saya lahir. Alhamdulillah dengan keadaan sehat, selamat dan sempurna.

IMG_2134

Putri pertama kami “Kakak Dhaula”

Secara keseluruhan, kebiasaan-kebiasaan di rumah sakit ini hampir sama dengan di Indonesia. Saya diajari cara menyusui yang baik dan benar, bahkan suster-suster pun tidak keberatan membantu saya melakukan breast massage di hari-hari awal untuk memperlancara produksi ASI. Saya diberikan minuman jahe dan gingseng 3 kali sehari untuk memperbanyak ASI dan memulihkan tenaga. Setelah 4 hari observasi di rumah sakit, akhirnya kami sekeluarga bisa pulang ke rumah. Yang unik adalah rumah sakit di Bangkok tidak mengenal tindik menindik pada bayi perempuan, jadinya putri kami baru bisa ditindik ketika kami pulang ke Indonesia sebulan kemudian.

HAL SEPUTAR ANAK

Sejauh ini mengurus bayi hanya berdua dengan suami di negara orang merupakan tantangan tersendiri. Selain dari asisten rumah tangga yang datang untuk membersihkan rumah seminggu sekali, kami melakukan yang lain-lainnya sendiri. Untungnya Bangkok sangatlah baby friendly. Rata-rata stasiun BTS memiliki eskalator dan elevator sehingga mempermudah kami menggunakan stroller. Di mall-mall pun sudah disediakan nursery room, walaupun terkadang masih menjadi satu dengan disable bathroom, tapi setidaknya privasi ketika menyusui atau harus ganti popok bisa terjaga dengan baik.

TUJUAN WISATA DI BANGKOK

Tempat favorit saya dan keluarga, terutama apabila ada keluarga atau teman yang berkunjung ke Bangkok, adalah Asiatique Riverfront. Night Market yang satu ini letaknya ada persis di sebelah Sungai Chao Phraya. Menariknya, toko-toko di sini buka sampai malam dan dikelilingi dengan jajanan yang menarik di sekitarnya. Untuk kami yang mempunyai bayi kecil, night market yang satu ini sangat ideal. Udaranya enak karena letaknya di pinggir sungai, banyak restoran-restoran yang bisa jadi pilihan untuk makan, dan tersedia nursery room di beberapa bagian.

Asiatique-6Edit

Asiatique The Riverfront is an expansive open-air mall with river views and a cutting-edge ‘festival market and living museum’ concept.

Merantau bertiga bersama suami dan anak saya adalah pengalaman hidup yang mengajarkan saya banyak hal. Bagaimana harus bekerja sama dengan suami, membagi tugas dan berkomunikasi dengan baik, dimana hingga saat ini saya dan suami masih harus terus belajar dan belajar. Apalagi ditambah, kami jauh dari keluarga dan kerabat dekat kami, sehingga sangat minim yang namanya bala bantuan. Hampir semua pekerjaan rumah tangga saya lakukan sendiri, 2 minggu sekali ada yang datang kerumah untuk membantu membersihkan rumah dari tungau-tungau, dan di weekend, saya dan suami kerja bakti berdua mengurus rumah sambil menjaga Dhaula. Begitu pula dalam hal mengurus Dhaula, setiap mandi pagi dan malam, bapaknya selalu meluangkan waktu untuk memandikan Dhaula sebelum berangkat kerja dan ketika pulang kerja. Baru ketika malam hari, saya dan suami bisa bersantai, makan malam dan beraktifitas lainnya. Siang harinya kadang saya harus putar otak untuk meng-entertain Dhaula, kadang saya ajak Dhaula jalan-jalan untuk groceries shopping atau sekedar bermain sore hari di taman atau apabila suami sedang tidak sibuk dan bisa pulang on time, saya ajak Dhaula jalan kaki menjemput suami ke kantornya yang memang jaraknya tidak jauh dari rumah.

Sekian sekilas cerita-cerita tentang kehidupan di Bangkok. Nanti akan saya sambung lagi mengenai liburan keluarga kami ke Koh Mui dan Seoul beberapa waktu lalu dengan si bayi kecil Dhaulagiri. Saya akan berbagi tips berpergian dengan bayi 40 hari  🙂

WhatsApp Image 2017-05-01 1at 22.37.25

———-

Foto-foto terlampir adalah foto pribadi Icha dan keluarga. Beberapa foto lainnya terhubung dengan tautan asli foto atau dicantumkan dalam picture credit.

Article written by Icha and edited by Mamarantau’s content editor: Mita Rangkuti.

Instagram Icha: ichagelasia. More info about living in Bangkok or contact Icha personally please contact to mamarantau@gmail.com.

 

Merantau di Chiba

mitaMita Rangkuti – A proud Indonesian living in Chiba with her husband and her son. They are living their life in wanderlust, open to new adventure and opportunity.

KELUARGA MERANTAU

Merantau di Chiba bukanlah kisah perantauan yang pertama bagi keluarga kami. Kami sudah terbiasa hidup merantau sedari awal pernikahan kami ketika kami tengah mengenyam pendidikan lanjut di Singapura. Tuntas dari Singapura, suami saya mendapat pekerjaan yang membawa kami sekeluarga melanjutkan perantauan kami di Chiba.

bangunan

Memiliki pengalaman merantau sebelumnya tidak serta merta membuat kami menjadi 100% ahli. Tentu selalu saja ada hal-hal baru yang menuntut kita terus beradaptasi dan berkembang. Faktor yang paling terasa signifikan bagi saya adalah cuaca, selain juga tentu saja orang-orang dan budayanya. Saya merasa sangat terbantu dengan bermacam informasi yang tersedia di berbagai media saat ini. Oleh karena itu, saya juga akan mencoba berbagi informasi yang saya punya, semoga dapat membantu atau setidaknya menambah wawasan.

TENTANG CHIBA

Chiba merupakan provinsi yang masih masuk ke dalam wilayah Kanto. Chiba berbatasan dengan Tokyo dan Saitama pada bagian barat dan Ibaraki pada bagian utara. Sebagian besar dari wilayah Chiba terletak di dalam Semenanjung Boso, hanya sedikit wilayah Chiba Utara yang terletak di bagian Narita. Begitu pula sebaliknya, seluruh Semenanjung Boso pun masuk ke dalam wilayah Chiba. Dengan begitu, Chiba sangat identik dengan Semenanjung Boso karena dapat dikatakan keduanya merupakan sesuatu yang kurang lebih sama. Hal itu pula yang menyebabkan Chiba dikelilingi oleh perairan, baik Teluk Tokyo di bagian barat maupun Samudera Pasifik di bagian selatan dan timur. Oleh karena itu, tidak heran bila ada banyak sekali pelabuhan dan pantai di Chiba.

chiba-prefecture-91581

Chiba

Secara demografis, Chiba cukup dibanjiri oleh penduduk manula. Dengan begitu, terdapat kesan bahwa kehidupan di Chiba, terutama kehidupan malamnya, tidak segegap gempita kehidupan tetangga sekitarnya, seperti Tokyo dan Yokohama. Bahkan di kota Chiba, pusat perbelanjaan tutup pada pukul 8 malam di Hari Minggu. Efek lain dari banyaknya penduduk manula adalah menjamurnya panti jompo, pusat kebugaran, dokter gigi, klinik dan salon. Hal menarik lainnya terkait dengan itu adalah kendaraan unik khas manula, yang disebut “Town Cart”, seringkali dijumpai di Chiba. Kendaraan tersebut bermesin seperti motor, tetapi memiliki empat roda serta tempat duduk yang extra lebar dan nyaman untuk menyokong aktivitas para manula dalam bermobilisasi. Kendaraan tersebut bahkan dapat digunakan di dalam pusat perbelanjaan dan kereta. Selain dapat digunakan oleh manula, kendaraan unik tersebut juga dapat digunakan oleh orang berkebutuhan khusus.

image1

Kendaraan Manula “town cart”

Salah satu aktivitas yang digemari para manula tersebut selain berkeliling adalah bercocok tanam. Masih banyaknya lahan kosong, terutama di daerah yang jauh dari kota, membuat kegiatan tersebut mungkin dilakukan. Tanaman yang ditanam berbeda-beda mengikuti musim. Hasil panennya kemudian dikonsumsi sendiri atau dibagikan ke sanak kerabat bila tidak dijual. Kegiatan bercocok tanam tersebut biasanya dilakukan di pekarangan sendiri atau lahan umum.

image2

Lahan bercocoktanam

KEHIDUPAN DI CHIBA

Salah satu keuntungan hidup di Chiba sebagai tetangga Tokyo, yang merupakan ibukota Jepang, adalah tersedianya fasilitas yang cukup memadai dengan biaya hidup yang relatif lebih rendah. Selain itu, akses ke tujuan wisata dan tempat hiburan di Tokyo juga relatif mudah. Begitu pula dengan berbagai acara yang sering diadakan di Tokyo, baik kegiatan KBRI dan komunitas Indonesia, maupun event dan festival internasional, juga cukup terjangkau dari Chiba. Keuntungan lainnya yang sangat terasa adalah keberadaan Bandara Narita di Chiba yang memudahkan akses mobilisasi ke dalam dan luar Jepang. Bandara Haneda juga cukup mudah dijangkau dengan adanya Aqua Line, membuat tersedianya lebih banyak pilihan akses dari dan keluar Chiba.

Bila ada keuntungan tentu ada pula kerugian, walaupun menurut saya sejauh ini belum ada yang terlalu signifikan. Menurut saya pribadi, kerugian yang terasa adalah Chiba lebih sepi bila dibandingkan dengan kota besar tetangganya, yakni Tokyo dan Yokohama. Namun, mungkin hal ini tidak masalah bagi orang-orang yang tidak menyukai keramaian dan lebih menyukai keadaan yang tenang jauh dari hingar-bingar. Selain itu, bila dibandingkan dengan kedua kota besar yang saya sebutkan tadi, orang-orang di sini lebih sedikit yang bisa berbahasa inggris, terutama para manula. Masalahnya, di Chiba banyak sekali para manula yang tidak familiar dengan bahasa inggris sehingga kita harus berupaya extra dalam berbahasa jepang. Hal lainnya adalah keberadaan toko indonesia dan produk halal yang juga tidak sebanyak di Tokyo. Walau demikian, hal ini dapat disiasati dengan delivery, baik melalui telepon maupun secara online, yang saat ini sudah cukup banyak tersedia.

TRANSPORTASI UMUM

Kereta

Kereta masih menjadi salah satu transportasi andalan di Jepang dengan tarif yang cukup terjangkau, tidak terkecuali Chiba. Terdapat beberapa perusahaan jalur kereta di Chiba, tetapi yang paling mendominasi adalah Japan Railway atau yang lebih dikenal dengan JR. Terdapat dua jalur utama di bagian selatan, yaitu jalur Sotobo yang menyusuri ruas pantai tepi timur dan jalur Uchibo yang menyusuri ruas pantai tepi barat. Sementara itu di sisi utara, terdapat tiga jalur yang cukup penting, yaitu jalur Narita yang menghubungkan Kota Chiba dengan Bandara Narita, serta jalur Sobu dan Keiyo yang menghubungkan Kota Chiba dengan Tokyo. Selain JR, terdapat pula perusahaan lain yang menyediakan berbagai jalur kereta di Chiba, seperti Keisei dan Kominato.

img_3622

Peta Jalur Kereta di Chiba

Umumnya, terdapat dua jenis kereta, yakni local dan rapid. Kereta local berhenti di seluruh stasiun, sedangkan kereta rapid tidak demikian. Selain itu, di jalur tertentu adakalanya tersedia gerbong khusus untuk reserved seat. Gerbong tersebut memiliki layout tempat duduk seperti shinkansen dan diperlukan biaya tambahan untuk dapat duduk di gerbong tersebut. Selain kereta umum, terdapat pula kereta express yang melewati wilayah Chiba, di antaranya adalah Narita Express, Wakashio dan Sazanami. Kereta tersebut sangat cepat dan hanya berhenti di stasiun tertentu. Di Chiba, Narita Express atau dikenal juga dengan N’EX, hanya berhenti di stasiun Chiba, Yotsukaido, Sakura, and Narita. Itupun hanya pada saat rush hours saja karena untuk selebihnya, kebanyakan N’EX tidak berhenti di antara Bandara Narita dan Tokyo.

Sementara itu, Wakashio dan Sazanami merupakan kereta express penghubung antara Tokyo dengan bagian selatan Semenanjung Boso. Wakashio menghubungkan Tokyo dengan Awakamogawa di sisi timur menggunakan jalur Sotobo, sedangkan Sazanami menghubungkan Tokyo dengan Kimitsu di sisi barat mengunakan jalur Uchibo.

img_3624

Narita Express

Bus

Walaupun menjadi andalan utama, tidak semua bagian Chiba terjangkau oleh kereta. Oleh karena itu, ada kalanya dibutuhkan transportasi lain. Transportasi yang menjadi andalan selanjutnya adalah bus, mengingat tarifnya yang juga masih terjangkau. Yang perlu diperhatikan terkait dengan operasi bus adalah jadwal. Umumnya frekuensi bus tidak terlalu banyak, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil. Bahkan, ada bus dengan jadwal hanya hitungan jari dalam sehari.

Di Chiba, terdapat beberapa perusahaan yang mengoperasikan bus lokal maupun ekspres, seperti Chiba Chuo, Kominato dan Keisei. Bus lokal umumnya mengakomodasi rute-rute yang tidak terjangkau oleh kereta, baik pemukiman maupun public place seperti Rumah Sakit, pusat perbelanjaan, tempat tujuan wisata dan sebagainya. Bus lokal biasanya dapat berhenti di setiap halte dalam rute yang dilewati. Selain bus lokal, terdapat pula bus ekspres yang biasanya hanya menghubungkan beberapa lokasi, seperti Airport Limousine Bus, Willer Express dan Narita Kuko Kotsu. Bus ekspres tersebut memiliki rute dengan tujuan di antaranya Bandara Narita, Tokyo dan Bandara Haneda. Umumnya, tarif bus ekspres relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan menggunakan kereta atau bus lokal. Namun, bus ekspres memang memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih mengingat penumpang hanya tinggal duduk manis sampai tujuan tanpa harus berganti-ganti kendaraan. Hal tersebut tentu dapat menjadi nilai tambah, terutama bagi manula, penumpang dengan banyak bawaan, maupun para penumpang yang berpergian dalam rombongan.

img_3724

Airport Limousine Bus

Taksi

Tarif yang tinggi membuat taksi tidak menjadi pilihan utama dalam berpergian. Untuk jarak yang sama, tarif taksi bisa berkali-kali lipat bila dibandingkan dengan transportasi yang lain. Dapat dikatakan, taksi merupakan transportasi darurat. Misalnya, dalam keadaan ketika tidak ada transportasi lain yang menjangkau tempat tujuan atau pada saat genting yang tidak terelakan, seperti ketika telat atau harus secepatnya pergi ke Rumah Sakit. Namun selain dalam keadaan-keadaan genting tersebut, penggunaan taksi mungkin juga dapat dipertimbangan dalam situasi lain, seperti ketika membawa barang bawaan yang banyak atau berpergian bersama orang penting.

HAL SEPUTAR ANAK

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, fasilitas di Chiba cukup memadai, begitu pula dengan berbagai sarana dan pra-sarana yang terkait dengan kebutuhan anak. Di sini hampir setiap taman dilengkapi dengan fasilitas bermain anak, walaupun hanya se-simple sebuah perosotan atau tempat panjat-panjatan. Terlebih lagi taman-taman yang berukuran besar, umumnya terdapat tempat permainan anak yang lebih kompleks. Biasanya pula di dalam satu neighbourhood tidak hanya terdapat satu taman bermain. Di sekitar tempat tinggal saya contohnya, terdapat setidaknya enam taman bermain dengan jarak berdekatan, dari yang berukuran sangat kecil hingga sangat besar.

Di public area seperti bandara, tempat perbelanjaan dan klinik pun sering kali tersedia tempat bermain anak. Kalau tempatnya tidak terlalu besar pun, mereka berupaya untuk menyediakan pojokan kecil yang dilengkapi dengan beberapa mainan dan buku. Begitu pula dengan nursery room, hampir selalu tersedia di public area sehingga kita tidak perlu cemas bila perlu menyusui atau mengganti popok si kecil. Bila tidak tersedia nursery room khusus, biasanya aktivitas tersebut dapat dilakukan di toilet untuk orang berkebutuhan khusus. Toilet tersebut umumnya dapat ditemui di stasiun dan tempat-tempat keramaian, seperti taman dan pusat perbelanjaan, selama tempat tersebut tidak terlalu terpencil.

mita4

Tempat Bermain Anak di Salah Satu Klinik Chiba

KESEHATAN

Pemerintah Jepang sangat mempedulikan kesehatan penduduknya, tidak terkecuali para pendatang atau orang asing yang dikenal dengan istilah gaijin. Seluruh anggota tidak terlepas dari anjuran medical checkup, tidak terkecuali anak. Saya sebut anjuran karena sebenarnya medical checkup ini tidak wajib, tetapi sangat disarankan. Umumnya medical checkup ini untuk dewasa hanya sekali saja atau dalam beberapa kasus bisa lebih dari sekali dalam setahun. Dalam medical checkup dewasa terdapat tes mata, tes darah, tes urin dan sebagainya yang mana akan cukup mahal bila kita lakukan sendiri di rumah sakit walau dengan asuransi sekalipun sehingga sayang untuk dilewatkan.

Sementara itu untuk anak-anak, pemeriksaan kesehatan dan perkembangan anak dilakukan pada usia-usia tertentu, seperti pemeriksaan pada usia 1.5 tahun, 2 tahun dan sebagainya. Pada pemeriksaan tersebut para orang tua diberi penataran tentang pola asuh anak dan hal-hal terkait perkembangan anak, dalam bahasa jepang tentunya. Orang tua juga diwawancara mengenai perkembangan dan aktivitas anak sehari-hari. Terdapat pula pemeriksaan gigi anak disertai dengan konsultasi mengenai kondisi gigi anak.

KEBERSIHAN DAN TATA CARA PEMBUANGAN SAMPAH

Jepang memang terkenal sebagai negara yang teratur dan disiplin, terutama masalah kebersihan. Hampir semua tempat sampah yang tersedia di tempat umum terbagi dalam beberapa kategori, tidak terkecuali di Chiba. Di tempat umum seperti stasiun dan pusat perbelanjaan, biasanya kategori tersebut terbagi atas bottles, cans, PET bottles, newspapers-magazines dan others. Sementara itu, di beberapa tempat seperti taman terbuka, tempat sampah yang tersedia mungkin tidak sekomprehensif itu, tapi setidaknya terdiri dari dua kategori, yakni recyclable dan combustible. Di sini jarang sekali single bin yang tersedia, kalaupun ada hanya tersedia di toilet wanita. Itupun fungsinya dikhususkan hanya untuk membuang sampah terkait kewanitaan, yang tidak dapat di-flush layaknya tissue toilet degradable.

image3

Tempat sampah di stasiun

Tata cara pembuangan sampah domestik atau sampah rumah tangga pun tidak kalah rumitnya dengan di tempat umum. Di Chiba, terdapat lima kategori sampah rumah tangga, yakni combustible, incombustible, hazardous, recyclable, dan bulky items. Masing-masing kategori tersebut memiliki jadwal pembuangan yang berbeda dengan penanganan yang berbeda pula.

Yang unik, penarikan biaya pembuangan sampah di sini dilakukan via pembelian kantong plastik sampah alih-alih melalui iuran. Dengan begitu, semakin banyak sampah yang perlu dibuang, semakin banyak pula biaya yang diperlukan seiring dengan banyaknya kantong plastik sampah yang diperlukan. Kantong plastik tersebut dapat dibeli di hampir semua toko, dari toko kecil hingga pusat perbelanjaan besar. Namun, pemerintah memberikan sokongan persediaan kantong plastik sampah bagi bayi dan manula, mengingat adanya penggunaan popok dan hal-hal terkait lainnya yang dapat menambah beban pembuangan sampah. Kantong plastik sampah tersebut diberikan setahun sekali dalam jumlah yang cukup banyak.

Terdapat dua jenis kantong plastik sampah, yaitu untuk sampah combustible dan incombustible. Sementara itu, sampah hazardous, recyclable dan bulky items tidak membutuhkan kantong plastik sampah khusus. Sampah hazardous dan recyclable cloth cukup menggunakan kantong plastik bening biasa. Sementara itu, recyclable paper seperti newspapers, magazines dan cardboard cukup diikat dengan tali, tanpa memerlukan kantong plastik. Begitu pula dengan recyclable bottles, cans dan PET bottles, tidak memerlukan kantong plastik dan cukup dimasukkan langsung ke dalam wadah yang disediakan pada saat jadwal pembuangan. Glass bottles dipisahkan sesuai warna, wadah putih untuk uncolored bottles, wadah coklat untuk brown bottles, sedangkan wadah hitam untuk other bottles. Untuk cans tersedia wadah biru, sementara untuk PET bottles tersedia jaring-jaring hijau. Lain halnya dengan kategori sebelumnya, untuk pembuangan bulky items, kita harus melakukan pengajuan khusus. Pengajuan tersebut dapat dilakukan baik via telepon maupun secara online. Bulky items tersebut kemudian akan diangkut setelah kita membayar biaya pembuangannya. Selain itu, kita juga dapat membawa sendiri bulky items tersebut ke tempat pembuangan terdekat dan melakukan pembayaran di sana secara langsung.

KOMUNITAS INDONESIA

PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Chiba
Walaupun tentu masih kalah bila dibandingkan dengan Tokyo, Chiba termasuk daerah yang cukup banyak orang Indonesia-nya, yang sebagian besar juga merupakan mahasiswa. Dengan begitu, PPI Chiba dapat terbilang cukup aktif mengadakan berbagai kegiatan. PPI Chiba memiliki website dan FB page yang aktif. Kegiatan yang diadakan oleh PPI Chiba di antaranya adalah welcome party, sports day, academic forum, perayaan kemerdekaan, buka puasa bersama, dan berbagai acara kumpul-kumpul lainnya. Dari acara-acara tersebut, beberapa di antaranya terbuka untuk umum, baik untuk WNI lainnya maupun WNA, yakni seperti perayaan kemerdekaan dan buka puasa bersama. Kegiatan-kegiatan tersebut umumnya diadakan di seputar lingkungan Universitas Chiba, terutama di sekitar asrama, walaupun ada pula yang diadakan di tempat lain.

tempat-sholat

Suasana 17an di Chiba 😀

PMC (Pengajian Muslimah Chiba)
PMC memiliki agenda pengajian yang diadakan setiap bulannya. Selain pengajian, PMC juga memiliki kegiatan-kegiatan lain, seperti kelas tahsin dan acara buka puasa bersama. Biasanya kegiatan-kegiatan tersebut dipusatkan di Masjid Nishi-Chiba. Setelah menyewa selama bertahun-tahun, baru-baru ini Masjid Nishi-Chiba telah lunas terbeli dan telah sepenuhnya menjadi milik umat.

PRODUK DAN RESTORAN HALAL

Selain tempat diadakaannya berbagai kegiatan, di Masjid Nishi-Chiba juga terdapat NAHA (Nippon Asia Halal Association) yang menyediakan berbagai produk halal. Tidak hanya di Masjid Nishi-Chiba, produk halal juga dapat ditemukan di beberapa pusat perbelanjaan, seperti Gyomu Supa, Kaldi, dan Aeon. Di beberapa tempat seperti Bandara Narita dan Shisui Premium Outlet, juga dapat ditemukan restoran halal. Selain restoran halal, Bandara Narita dan Shisui Premium Outlet juga menyediakan tempat sholat.

image5

Tempat Sholat Shisui Premium Outlet

TUJUAN WISATA

Tokyo Disney Resort
Walau terkenal dengan sebutan Tokyo Disney Resort, tempat hiburan ini sebenarnya masih terletak di wilayah Chiba. Menjadi tujuan wisata yang sangat diminati di Jepang, Tokyo Disney Resort diserbu oleh tidak hanya pengunjung dari Jepang, tetapi juga pengunjung dari mancanegara. Tak ayal, Tokyo Disney Resort hampir selalu penuh setiap saat dibanjiri oleh pengunjung yang membeludak. Terdapat dua macam theme park di Tokyo Disney Resort, yakni Tokyo Disneyland dan Tokyo DisneySea. Keduanya menyuguhkan berbagai wahana dan atraksi yang spektakuler sehingga dapat menyedot antusiasme dari segala umur. Selain theme park, terdapat pula pusat perbelanjaan Ikspiari dan berbagai hotel di Tokyo Disney Resort. Di dalam Ikspiari terdapat toko souvenir yang menyediakan berbagai merchandise Disney. Begitu pula dengan Bon Voyage, toko souvenir yang berada di luar theme park, terletak di sebelah Ikspiari. Dengan begitu, para pengunjung yang tidak masuk ke dalam theme park juga tetap dapat merasakan atmosfer Disney sambil berbelanja.

mita3

Cinderella Castle

Kamogawa Seaworld
Terletak di Semenanjung Boso bagian selatan, Kamogawa Seaworld memiliki atraksi andalan berupa Pertunjukan Paus Pembunuh. Tentu tidak hanya Pertunjukkan Paus Pembunuh, Kamogawa Seaworld juga memiliki tiga atraksi lainnya yakni Pertunjukan Beluga, Pertunjukan Lumba-Lumba dan Pertunjukan Singa Laut. Kamogawa Seaworld memang merupakan Seaworld yang terbilang cukup lengkap di area Boso. Selain terdapat bermacam koleksi ikan yang menarik, terdapat pula berbagai satwa lainnya, seperti walrus, penguin dan beberapa jenis burung. Kamogawa Seaworld juga menyuguhkan berbagai aktivitas edukatif. Pengunjung tidak hanya dapat berinteraksi dengan satwa, tetapi juga dapat memberi makan, berenang bersama, hingga mencicipi pekerjaan sehari-hari animal trainers.

image6

Pertunjukan Paus Pembunuh

Tokyo German Village
Tokyo German Village merupakan taman hiburan dengan nuansa Jerman yang terletak di tengah Semenanjung Boso. Terdapat banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sini, dari berperahu hingga bermain panahan. Selain terdapat berbagai wahana, terdapat juga bermacam aktivitas edukatif, seperti kegiatan memasak, memanen, hingga berinteraksi dengan berbagai satwa. Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan yang asri dengan berbagai bunga yang berbeda setiap musimnya.

image7

Taman Hiburan Bernuansa Jerman

Chiba City Folk Museum (Chiba Castle)
Chiba City Folk Museum atau yang dikenal dengan Chiba Castle ini merupakan pemugaran dari bangunan lama Chiba Castle yang direkonstruksi mengikuti model kastil Jepang tradisional. Bangunan putih klasik jepang ini berlokasi hanya beberapa stasiun dari Stasiun Chiba. Oleh karena itu, tempat ini cukup ideal bagi mereka yang hanya memiliki waktu singkat dalam kunjungannya ke Chiba. Pada musim-musim tertentu seperti saat hanami, Chiba Castle cukup ramai didatangi pengunjung. Pada saat itu, terdapat berbagai stand yang menjual makanan, barang-barang tradisional, dan stand permainan tradisional. Biasanya terdapat pula pertunjukan yang tidak hanya menampilkan musik tradisional jepang, tetapi juga menampilkan musik western.

Naritasan
Naritasan merupakan tujuan wisata yang cukup digemari di Chiba. Berlokasi sangat dekat dengan Bandara Narita membuatnya sering didatangi oleh pengunjung yang hanya singgah sebentar di Jepang. Selain kuil, lorong toko-toko tradisional menuju kuil merupakan daya tarik yang sangat besar bagi pengunjung. Terdapat berbagai makanan dan barang-barang tradisional dengan harga yang cukup terjangkau. Selain toko tradisional, terdapat juga berbagai restoran dan cafe di seputar Naritasan. Kalaupun tidak untuk mengunjungi kuil, para pengunjung bisa datang untuk sekedar bersantai di cafe-cafe tersebut.

narita-san-4

Suasana Kuil

Nokogiriyama
Seperti halnya Kamogawa Seaworld, Nokogiriyama juga terletak di bagian selatan Semenanjung Boso. Namun, keduanya terletak di sisi yang berseberangan. Kamogawa Seaworld menghadap ke Samudera Pasifik, sedangkan Nokogiriyama menghadap ke Teluk Tokyo. Dengan menyuguhkan relief pegunungan, Nokogiriyama memberikan pemandangan alam yang cukup mengagumkan. Terlebih lagi dengan adanya ropeway, yang dapat mengakomodasi pengunjung untuk naik ke bagian puncak dengan menggunakan kendaraan berupa cable car. Selain pemandangan alam, terdapat pula kuil dan patung Buddha yang menjadi ikon Nokogiriyama.

img_3740

Pemandangan dari Ropeway

816663_2282

Selain tempat yang telah diceritakan, masih banyak lagi tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi di Chiba, seperti Mother Farm, Yoro Keikoku, Tateyama dan sebagainya. Masing-masing tempat memiliki keunggulan yang berbeda-beda dan sayang untuk dilewatkan. Jalan-jalan di Chiba memang tidak ada habisnya, semoga ada waktu untuk berkeliling sebanyak-banyaknya.

 —-

All images are courtesy of Mita and family – other used images are linked to its original source.

Instagram: mitarangkuti

Merantau di Ho Chi Minh

AmelAmalia Siregar- Ibu rumah tangga yang baru punya 1 anak perempuan umur 6 bulan, Pecinta art, craft, design & photography. Sedang merintis bisnis editing design foto keluarga atau personal yang dicetak di Lacquer khas Vietnam, dengan nama Mel Lacquer Project.

Amel dan Keluarga

Saya Amalia Siregar, Lahir 6 Juni 1982 tinggal & besar di Bandung, lahir dari bapak orang Batak dan Ibu orang Sunda. Saya & suami lulusan Desain Produk ITENAS, ketemu & berjodoh karena sama-sama bekerja di bidang desain sepatu. Sebelum menikah, saya pernah bekerja di Reebok IDC di Tangerang dan terakhir di BEBOB shoes sebagai designer sepatu wanita di Bandung. Suami saya, Yosse, sudah malang melintang di industri sepatu di Indonesia semenjak lulus kuliah dan saat ini bekerja sebagai Adidas Footwear Designer.

Mel Lacquer Project.jpg

Mel Lacquer Project

Enam bulan setelah calon suami pindah & bekerja di Vietnam (masih calon karena belum sah menikah) – pada Desember 2010, kami menikah dan saya langsung diboyong ke negara Republik Sosialis Vietnam ini tepatnya di kota Ho Chi Minh atau lebih dikenal dengan Saigon. Setelah 5 tahun menikah, Alhamdulillah tahun kemarin kami baru dikaruniai anak perempuan.

Amel, Yosse & RIndu di Nguyen Hue

Amel, Yosse, dan bayi mungil: Rindu.

Kehidupan di Ho Chi Minh City

Awal pindah ke Ho Chi Minh City ini tidak terlalu sulit untuk kita beradaptasi, karena dari lingkungan hampir mirip dengan Indonesia, dengan suhu udara yang cenderung panas dan lembab. Cuaca di Ho Chi Minh City rata-rata berkisar di 25°C-35°C.

Patung Ho Chi Minh

Ho Chi Minh statue. Hồ Chí Minh, born Nguyễn Sinh Cung, also known as Nguyễn Tất Thành and Nguyễn Ái Quốc, was a Vietnamese Communist revolutionary leader who was prime minister and president of the Democratic Republic of Vietnam.

Yang menarik dari negara ini, suhu di utara & selatan Vietnam berbeda, di utara memiliki 4 musim sedangkan selatan 2 musim. Jadi saat musim dingin di utara, berimbas pada suhu di selatan (Ho Chi Minh City) lebih dingin dari bulan biasanya bisa sekitar 18°C-25°C. Kalau mau jalan-jalan ala-ala winter pake coat & syal bisa berkunjung ke Hanoi di akhir tahun.

vietnammapwithcities1

Kota ini tidak seperti Jakarta banyak gedung tinggi dan mall dimana-mana. Mall di kota ini bisa dihitung jari dan tidak sebesar mall di Jakarta bahkan bisa dibilang sepi pengunjung mall. Tapi yang saya salut dari kota ini tempat rekreasi outdoornya difasilitasi dengan baik; sebagai contoh, taman terbuka di tengah kota bisa digunakan warga untuk berkumpul, piknik, olahraga, dll. Sering saya lihat di taman-taman tersebut sekeluarga bawa kompor kecil dan makanan saat akhir pekan atau anak mudanya berkumpul latihan menari dan bermain musik.

Downtown HCMC

Nguyen Hue Pedestrian Street at night

Suasana downtown HCMC

Di kota ini, bangunan peninggalan kolonial Perancis masih dilestarikan, bahkan gedung dan apartemen tua di tengah kota sekarang ini banyak dialih fungsikan oleh anak muda menjadi café dengan interior unik & menarik.

Gambar-gambar propaganda ini bisa dilihat disetiap sudut kota ini. Sebagai negara sosialis mereka mempergunakan media komunikasi kampanye pemerintahan dengan gaya propaganda.

Propaganda Poster

Poster propaganda

Sepeda motor adalah transportasi utama di Vietnam. Jadi jangan heran saat lihat penumpangnya macam-macam, bisa dari orang dewasa, anak-anak, binatang, pohon, kulkas, mesin cuci, kasur, sampai lemari pun bisa diangkut menggunakan sepeda motor.

lalu lintas Saigon

3030483-slide-hoolahoops

Segala macam jenis motor ada di sini, sampe-sampe suami saya beli motor Honda Chaly keluaran tahun 80an, kita kasih nama Bulao. Motor ini biasanya dipake nenek-nenek untuk pergi ke pasar, karena hanya 50 cc, jadi jalannya pelan dan tidak bisa ngebut serta tidak perlu punya SIM untuk pake motor ini ke jalanan. Menurut teman saya proses bikin SIM untuk ekspatriat disini ribet dan ada ujiannya, tidak bisa hanya mengkonvert SIM Indonesia menjadi SIM lokal sini.

Suami & Chaly

Suami dan Chaly

Lalu jangan tertipu kalau lihat perempuan-perempuan yang mengendarai motor selintas seperti menggunakan hijab (full cover dari tudung kepala, helm, masker, kacamata, jaket, sarung tangan, rok penutup kaki, kaus kaki & highheel) tapi saat motor diparkir, mereka buka semua penutup covernya tinggal tanktop & rok mini. Alasannya cuma karena takut kulitnya menghitam kena sinar matahari 😀

motor-bike-rush-hour-ho-chi-minh-city-vietnam

Motorbikes at Rush Hour, Ho Chi Minh City

Sudah Hampir 6 tahun saya tinggal disini yang paling sulit yaitu bahasa Vietnam. Tulisannya latin tapi cara baca dan intonasi beda, artinya akan beda juga. Kalau kita dengar orang sini ngobrol, terdengar seperti orang yang lagi berantem dengan tone suara yang tinggi. Sejauh ini bahasa Vietnam yang saya kuasai hanya bahasa taksi, bahasa tawar menawar di pasar (yang ini penting untuk ibu-ibu, haha).

Menurut saya negara ini surganya sayuran dan buah-buahan, karena yang dijual di pasar tradisional dengan kualitas baik dan harganya murah. Musim mangga bisa sepanjang tahun, jadi bisa ditemui chi oi (“ibu-ibu” dalam bahasa Vietnam) di jalanan berjualan mangga potong lengkap dengan garam cabai bubuknya. Vietnam ini pemakan sayuran segar, dan daun-daunan yang di Indonesia seringnya tumbuh di pinggir kali, di sini ternyata jadi pelengkap dalam sup ikan, dan enak ternyata.. haha.

Benh Thanh Market .JPG

Benh Thanh Market

Hari Besar Vietnam

Hari besar Vietnam yaitu Tet Holiday atau Chinese New Year atau imlek di Indonesia. Libur nasional selama 3 hari, tapi sebenarnya warga sini merayakan Tet Holiday ini bisa hingga 2 minggu. Hari libur ini semua perkantoran & toko libur, seperti lebaran di Indonesia, warga sini punya tradisi mudik juga untuk kumpul keluarga, jalanan di kota sepi dan tidak ada restoran yang berjualan. Biasanya 1 minggu restoran & toko-toko tutup.

Menjelang Tet tiba, pemerintah mempercantik jalanan dan kotanya dengan dekorasi warna merah dan kuning, dekorasi Bunga Aprikot Kuning atau Hoa Mai yang menjadi simbol Tet.

Setiap tahunnya kota Ho chi minh merayakan Tet dengan mendekorasi jalan Nguyen Hue menjadi taman bunga yang cantik didekorasi sesuai lambang tahun china. Pengunjung yang datang berdandan cantik dan berfoto dengan pakaian tradisional Vietnam, disebut Ao Dai. Juga ada book corner & poster-poster sejarah tentang Vietnam.

img_42251

Tet is Vietnamese New Year and is the most important festival and public holiday in Vietnam. An example of Tet being the definitive Vietnamese holiday is that ‘Tet‘ itself means ‘festival‘ and is the shortened version of ‘Tết Nguyên Đán’, which is Sino-Vietnamese for ‘Feast of the First Morning of the First Day’.

Warga Indonesia di HCMC

Saat pindah ke sini, suami bertemu dengan warga Indonesia yang bekerja di salah satu pabrik sepatu di Dong Nai. Dari beliau ini kita bergabung dengan Masyindo (Perhimpunan Masyarakat Indonesia) Ho Chi Minh City.

Warga Indonesia di Ho Chi Minh City ini sekitar 400 orang. Banyak kegiatan warga Indonesia disini dari keagamaan sampai olahraga. Untuk Muslim ada pengajian Nurul Hikmah untuk ibu-ibu Indonesia yang dilakukan setiap hari rabu, perkumpulan agama lainnya pun ada dan semua kegiatan biasanya dilakukan setiap seminggu 1 kali. Kegiatan olaharaga ada badminton, futsal, tennis, dll.

Masyindo punya kegiatan keluarga Indonesia namanya Pesta Rakyat & Pasar Senggol yang biasanya diadakan setahun sekali dalam rangka 17 Agustus. Acara tersebut ajang warga Indonesia dari lingkungan HCMC dan provinsi sekitarnya untuk berkumpul di isi dengan bazzar, berjualan makanan Indonesia, permainan tradisional Indonesia, dll.

Ibu2 Pengajian Nurul Hikmah Sesi Foto Bersama

Ibu-ibu Pengajian Nurul Hikmah Sesi Foto Bersama

Info lebih lanjut tentang warga Indonesia di HCMC: Website Konsulat  Jenderal RI di HCMC dan Website Masyindo HCMC.

Lalu untuk yang Muslim, Alhamdulillah, selama hampir 6 tahun tinggal di negara ini kami tidak menemukan kesulitan dalam beribadah. Setiap Ramadhan tiba masjid-masjid menyediakan buka bersama gratis dan shalat tarawih. Shalat Idul Fitri atau idul adha dilaksanakan jam 9 pagi, ceramah biasanya 2 bahasa, bahasa Vietnam dan Melayu. Ada 3 mesjid yang mudah dijangkau dan terletak ditengah kota yaitu :

  1. Musulmane Mosque, 66 Dong Du, Q.1. HCMC (sebelah Hotel Sheraton)
  2. Al-Rahim Mosque, 45 Nam Ky Kho Nghia, Q.1 HCMC
  3. Jamiul Islamiah Mosque, 459B Tran Hung Dao, Q.1 HCMC

Dong Du Mosque HCMC

Di sekitar masjid-mesjid ini pasti ada rumah makan halal, biasanya RM Malaysia, Turki, India atau Vietnam.

Traveling di Vietnam

Pariwisata di Vietnam ini mudah, murah dan menarik, Transportasi menuju tempat wisata di Vietnam mudah dijangkau karena sudah diakomodir oleh pemerintah. Travel agen di Ho Chi Minh City ini mudah dicari, tinggal datang ke Pham Ngu Lao, backpacker area di distrik 1. Agen-agen tersebut menawarkan jasa pesan bis, kereta, pesawat sampai paket tour keliling Vietnam. Untuk pilihan Bis dan kereta di Vietnam ada sleeper bus atau sleeper train. Jadi nyaman banget untuk perjalanan yang lebih dari 5 jam.

blog-beer-street

Dari Utara Vietnam sampai selatan yang pernah dikunjungi dan paling kami suka yaitu Sapa & Hoi An.

Sapa. Letaknya di Vietnam utara dekat dengan perbatasan China. Untuk mencapai ke sana dari Ho Chi Minh City terbang dulu ke Hanoi sekitar 2 jam, lanjut dengan kereta malam (sleeper train) 10 jam menuju Lao Cai, tiba di Lao Cai jam 8 pagi lanjut dengan bis atau mobil  kira-kira 1 jam akan tiba di Sapa. Tapi sekarang ini setelah dibangun highway dari Hanoi menuju Sapa hanya 6 jam saja dengan menggunakan Bis.

Sapa merupakan lokasi tertinggi di Vietnam, setiap akhir tahun suhunya bisa mencapai 1ºC dan sudah 2 tahun ini turun salju.

  Penduduk asli Sapa yaitu etnis Hmong dengan busananya yang khas.

Yang menarik menurut saya dari Sapa yaitu sawah-sawah di lereng bukit dan terasering, udaranya yang sejuk, dan penduduk etnisnya yang unik. Saat di sana saya menginap disalah satu hotel yang balkonnya menghadap ke pegunungan, lokasi di lereng bukit dan dengan awan yang silih berganti seolah-olah saya sedang berada di atas awan dan saat pagi hari berkali-kali pelangi muncul dari balik gunung dengan jelasnya.

hinh-anh-sapa-1

Sapa

Jika sudah di sana bisa pilih tour yang kita suka bisa mengunjungi Hmong Village yang menyajikan culture etnis mereka dan juga pertunjukan tari-tarian tradisional. Kalau suka wisata sport bisa trekking, biking atau hiking ke gunung Fansipan, gunung tertinggi di Vietnam.

Hoi An. Letaknya di Vietnam tengah. Untuk mencapai ke sana, dari Ho Chi Minh City terbang ke Danang sekitar 1 jam 30 menit, lanjut dengan Taxi sekitar 45 menit ke kota Hoi An. Hoi An merupakan kota tua yang di akui UNESCO sebagai salah satu world heritage. Kota yang didominasi bagunan tua campuran asitektur Perancis, Vietnam, China dan Jepang. Bangunan bernuansa rustic dan berwarna kuning, ciri khas dari Vietnam cocok untuk yang hobi photography kota ini menarik dari segala angle.

424283_10150620123313392_1242769865_n

Untuk menikmati Heritage Hoi An Tour tinggal beli tiket seharga VND90,000 bisa masuk ke area yang dilestarikan. Yang paling terkenal dari kota ini adalah The Japanese Covered Brigde atau “Lai Vien Kieu” dalam bahasa Vietnam. Jembatan yang dibangun di abad ketujuh belas. Selain jembatan ini ada bangunan tua yang umurnya sudah berabad-abad tahun dan masih kokoh, di balik bangunan tua tersebut ada sejarah dari pemilik bangunan tersebut. Kalau capek jalan kaki berkeliling di kota tua ini, bisa juga sewa sepeda ontel dengan harga VND 20,000 per harinya.

Malam hari kota ini dihiasi warna warni lampu lampion juga hiburan malam dari warga lokal dengan bernyanyi dan tarian di alun-alunnya.

Makanan Favorite di Vietnam

Pho, makanan paling terkenal dari Vietnam. Mie beras dengan kuah kaldu sapi (Pho Bo) atau Ayam (Pho Ga) dicampurkan dengan potongan daun-daunan segar. Pho dinikmati warga sini bisa untuk makan pagi, siang atau malam. Kesulitan kita sebagai muslim di negara ini yaitu tidak bisa menikmati makanan street food sembarangan, karena sumber protein pokok disini yaitu babi. Alhamdulillah, teman saya memberi info ada Pho Halal disini namanya Pho Muslim di 459B Tran Hung Dao, lokasinya belakang Mesjid Jamiul Islamiah. Penjualnya keturunan Champa dari provinsi Châu Đốc yang warganya mayoritas muslim. Setiap weekend sudah menjadi menu wajib saya, suami & kawan-kawan sarapan pagi di sini.

Pho Bo & Caphe Sua Da

IMG_2205

Pho Muslim

10943410_649322191860256_790645866_n

Ada juga banh mi yang berarti “roti” dan juga dikenal dengan “Vietnamese Sandwich” yang wajib dicoba. Biasanya berisi daging, pickles dari wortel, timun, daikon, dan daun ketumbar – namun, khusus yang Muslim,  ada baiknya memperhatikan kehalal-annya.

Kopi Vietnam, minuman paling terkenal di Vietnam. Disini kita bisa menikmati kopi dimana saja dari kopi yang dijual chi oi pake motor sampe minum kopi di café milik brand terbesar di Vietnam namanya Trung Nguyen. Cara menyeduh kopi disini menggunakan dripper yg berbentuk cangkir dari bahan alumunium dan disimpan diatas cangkir kopi. Yang paling khas yaitu Caphe Sua Da atau es kopi susu,. 1 gelas isinya 1/3 susu kental manis, 1/3 ekstrak kopi, sisanya es batu. Cara menikmatinya tunggu sampe es batu sedikit mencair supaya tidak kopi terlalu kental.

img_0002

Segar!

Kopi Vietnam ini jenisnya robusta rasanya lebih pahit dari kopi Indonesia , kalau menurut saya kopi di sini tidak membuat lambung saya perih. Setelah saya mencicipi kopi Vietnam ini tidak ada bandingannya daripada kopi francise Amerika yang rasa kopinya berkurang karena terlalu banyak susunya.

Ada juga Banh Knot ini makanan favorit saya, semacam bakwan dari tepung beras dengan potongan udang diatasnya. Cara makannya digulung dengan daun2an segar khas Vietnam, celup dalam saus campuran jeruk & cabe.

banh-khot-goc-vu-sua

Sebagian besar makanan Vietnam ini disajikan dengan daun-daunan segar untuk digulung dimakanan atau dimasukan dalam sup panas, Daun wajib dalam setiap masakan Vietnam yaitu daun ketumbar yang aromanya menyengat, lidah saya masih belum bisa menerima aroma daun tersebut.

Yuk, jalan-jalan ke Saigon!


Sebagian foto pada laman ini terhubung dengan image asli gambar, dan selebihnya adalah karya Amel dan keluarga.

Instagram : @ameliorative. Foodblog : www.foodwalks.tumblr.com

Mel Lacquer Project : https://www.etsy.com/shop/MelLacquerProject

Kesempatan Kedua Tinggal di Jepang..!

IMG_9867Enrica Rinintya (Chacha) – Seorang perempuan (27) asli Yogyakarta yang Alhamdulillah diberi kesempatan untuk singgah di beberapa belahan Bumi. Ibu dari seorang anak lelaki berumur 2 tahun, seorang stay at home mom yang sedang menemani sang suami berpetualang di Negeri Sakura. My family is my life, we learn and grow together. 

Merantau di Jepang

Pertama kalinya menjejakkan kaki di Negeri Sakura ini pada tahun 2008. Dengan status mahasiswa pertukaran pelajar di Osaka, sebuah kota yang menurutku tidak terlalu besar dibandingkan dengan kota di mana saya tinggal sekarang. Saat ini saya adalah seorang Full Time Mother yang berstatus menemani suami yang sedang melanjutkan studi S3 di Tokyo Metropolitan University (TMU/Shuutodai), Tokyo. Saya diberi kesempatan kedua untuk menjejakkan kaki di Negeri ini, kali ini bersama keluarga kecilku: Joned (suami) dan Izza. Di sebuah kota di pinggiran Tokyo; Tama City.

1Sumber: Google.com

Terkenal dengan maskot Hello Kitty, “Sanrio Puroland” dan “Hello Kitty Town” dengan lokasi yang berjarak agak jauh, kira-kira 1 jam dari pusat kota (dengan kendaraan umum), ternyata memiliki cerita dan kejutan-kejutan tersendiri.

sanrio1Sanrio Puroland, Tama City, Tokyo – where Hello Kitty dreams came true

3

Dan di kesempatan kedua kali ini, saya banyak menemukan hal-hal baru, terutama terkait dengan dunia parenting di Jepang. Dimana anak-anak di Negeri ini amat sangat dijaga dengan baik oleh Negara, diberikan fasilitas yang memadai dan pelayanan yang memuaskan.

FASILITAS KESEHATAN

Kami biasa mengantarkan anak kami, Izza (26 bulan) untuk kontrol kesehatan di sebuat klinik di dekat tempat tinggal kami. Setelah selesai kontrol, barulah kami tahu kalau semua fasilitas dan pelayanan adalah gratis! Bahkan biaya imunisasi dan obat pun hampir semua bebas biaya.

Kami awalnya kesusahan dalam berbahasa (untuk istilah-istilah medis) pun dibantu dengan semaksimal mungkin oleh pihak staff klinik yang bertugas. Bahkan pihak dokter pun mau menerjemahkan ke dalam bahasa inggris walaupun terbata-bata. Yah, walaupun mereka lebih sering mengulangi dalam bahasa Jepang, dengan harapan kami mengerti bahasa mereka.

5

6Sumber: Website Tama Garden Clinic

Selain fasilitas berobat di klinik, ternyata dari pihak kantor kecamatan setempat pun mewajibkan Izza untuk melakukan general check-up untuk anak setiap 1,5 tahun sekali. Plus, diberikan jadwal rutin kontrol ke dokter gigi.

Pada saat kontrol ke dokter gigi, semuanya lengkap, selain mengecek kesehatan gigi anak, orangtua pun diajarkan cara menyikat gigi anak dengan tepat. Orangtua diminta untuk praktek langsung di tempat konsultasi yang telah disediakan. Mereka bahkan menanyakan lho sikat gigi dan odol apa yang kita gunakan (karena wajib dibawa saat kontrol) 🙂

FASILITAS TUMBUH KEMBANG ANAK

Tadinya sempet deg-deg an juga, apa jadinya ya hidup di Jepang bersama seorang anak yang masih usia dini. Bisa survive ngga ya kita? Jengjeng..ternyata bisa lho! Karena perhatian pemerintah Jepang terhadap anak-anak ternyata luas biasa besarnya, banyak fasilitas-fasilitas tersedia untuk anak-anak di sekitar kami. Diantaranya yang terjangkau dari lokasi tempat kami tinggal ada:

A. Jidoukan (children center)
Hampir di setiap daerah memiliki Jidoukan. Fasilitas yang ditawarkan pun berbeda-beda. Pada umumnya, jidoukan berlokasi dekat dengan perpustakaan daerah.

221x165xnakameguro-jidoukan-png-pagespeed-ic-iruzpcdn7f

Jidoukan is a great place to meet-up with a fellow Mom and Dad with kids for a playdate, or go alone with baby and make some new friends. (Sumber: bestlivingjapang.com)

Di Toyogaoka Jidoukan, yang berlokasi kira-kira 5 menit dengan berjalan kaki dari tempat kami tinggal, secara rutin mengagendakan aktivitas untuk ibu & anak seminggu sekali. Aktivitasnya seru-seru, biasanya ada tetzukuri (crafting dengan berbagai tema yang berbeda-beda), outing ke kebun binatang, dan  kamishibai (story telling).

kamishibai5

What is Kamishibai? (kah-mee-she-bye) or “paper-theater,” is said to have started in Japan in the late 1920s, but it is part of a long tradition of picture storytelling. Kamishibai stories for educational purposes are still being published and can be found in schools and libraries throughout Japan and more recently, through the efforts of Kamishibai for Kids, in the United States and Canada.

Selain itu, kalo lagi mati gaya, bisa ajak anak ke tempat ini untuk main sepuasnya juga, dari pukul 9.00-15.00 setiap hari (selain ahad). Karena di tempat ini disediakan ruangan bermain dengan permainan lengkap yang sudah ditata sesuai umur dan jenis permainan. Ibu bisa menemani anak sepuasnya, anak senang, ibunya pun bisa menikmati quality time dengan sang anak dan juga bercengkerama dengan ibu-ibu lainnya.

B. Seitoku Youchien (Seitoku Kindergarten)

Belum lama ini, sebuah taman kanak-kanak yang juga berdekatan jaraknya, membuka diri untuk umum, setiap hari Rabu. Anak boleh masuk ke dalam taman kanak-kanak dan bermain dengan fasilitas bermain yang disediakan sepuasnya juga. Bahkan terkadang dibiarkan bermain dengan anak-anak yang bersekolah.

Sumber: (Atas) Website Sekolah Seitoku (Bawah) Dok. Pribadi

Di sini anak dapat belajar untuk bersosialisasi serta mengenal dunia selain rumah. Jadi, walaupun usianya belum menginjak 3 tahun pun sudah bisa kenalan dengan suasana di taman kanak-kanak, yang kurang-lebih dihabiskan dengan belajar sambil bermain.

C. Outdoor Playground

Hampir disetiap blok di antara bangunan di cluster tempat tinggal kami pasti ada taman bermain. Dimana anak bisa bebas bermain dan berlarian. Pastinya, kalau cuaca sedang mendukung fasilitas ini lah yang kita manfaatkan. Begitu pedulinya pemerintah terhadap keselamatan, kenyamanan dan kebahagiaan anak, apapun selalu dengan slogan “kodomo no tame” (demi kepentingan anak-anak/ for the sake of children).

17584404099_70a25d333d_cSuasana salah satu outdoor playground di Tokyo (Sumber: Google)

D. Perpustakaan Daerah dan Toko Buku
Kami dimanjakan dengan fasilitas bernama buku. Kalaupun ternyata buku-buku bertuliskan tulisan jepang, tetapi gambar-gambar di buku anak-anak bagus-bagus semua. Jadi, asik-asik aja buat pinjem buku-buku di perpustakaan Jepang, karena gambarpun bisa kami pakai untuk saling bercerita. Toko buku pun tersebar di sekeliling kami, dimana di toko-toko tersebut biasanya diperbolehkan untuk membaca buku ditempat (disediakan tempat-tempat untuk duduk dan membaca).

mainSalah satu perpustakaan untuk anak di Kyoto Univeristy of Art and Design. Sumber: piccoli.jp

Selain itu, membudayakan membaca untuk anak menurut kami adalah penting. Bukan esensi belajar membacanya tapi menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku dan kegiatan membaca adalah salah satu hal yang menurut kami penting.

FASILITAS UNTUK BELAJAR BERBAHASA

Didanai/diprakarsai oleh Pemerintah Kota, berdirilah sebuat lembaga belajar bahasa Jepang. Dengan staff pengajar orang Jepang asli yang bisa berbahasa inggris. Lembaga ini bernama TIC (Tama International Centre). Lembaga ini tersebar di beberapa lokasi di dalam satu kota, jadi kita bisa memilih lokasi yang paling nyaman untuk kita datangi. Selain program bahasa, lembaga ini juga terkadang menawarkan aktivitas-aktivitas kebudayaan berupa kelas yang bisa kami ikuti juga; seperti Ikebana, kelas memasak, dsb. Lembaga ini juga menyediakan fasilitas penitipan anak gratis selama 2 jam, jadi sang ibu bisa belajar dengan tenang sementara sang anak bisa main sepuasnya..(biasanya sih terus ngga mau pulang ^_^v). So, buat yang di rumah dan ingin tetap bisa belajar bahasa dan budaya Jepang, ngga perlu bingung lagi. Kalau penasaran bisa klik link ini yah! http://www1a.biglobe.ne.jp/tic/

FASILITAS KELUARGA

Salah satu bonus, ketika tinggal di Jepang adalah tempat-tempat berlibur bagi keluarga. Kami terkadang menyempatkan sebagian waktu dari keseharian kami untuk berlibur. Semisal ke theme park ataupun ke lokasi-lokasi yang asyik untuk di datangi.

18Yomiuri Land saat Jewel Light-up

21

Ski Park di daerah Nagano

Selain aktivitas-aktivitas di atas, eratnya hubungan antara sesama orang Indonesia pun membuat kami tidak merasa sendirian. Terkadang kami saling bersilaturahmi untuk menimba ilmu dan saling bertukar pengalaman.

(Kiri) Bersama rekan-rekan PPI-TMU (Kanan) Bersama teman-teman Pengajian Muslimah Fuchu

Dan juga, Kebudayaan Jepang yang sangat kental, menghargai hadirnya empat musim bisa kami nikmati seiring dengan kehidupan kami sehari-hari.

24

Undangan ke Pernikahan ala Jepang

26

Hanami – Cherry Blossom Viewing – Menikmati Bunga Sakura di Musim Semi

27

Hina Matsuri (Girls/Dolls Festival)

Kurang lebih itu yang selama ini kami lakukan untuk menghabiskan waktu kami sehari-hari disini. Walaupun seorang Full Time Mother, saya tetap diberi fasilitas untuk menyalurkan minat dan hobi. Izza pun dapat mendapatkan fasilitas-fasilitas yang mendukung tumbuh kembangnya.

——-

Kalau ada teman-teman yang ingin berkenalan dengan kami, kami bisa ditemui di:
Instagram: @rinintya
blog: http://belajarjadiortu.wordpress.com

*Semua foto dalam artikel ini, otherwise stated, adalah dokumentasi pribadi Chacha dan keluarga.

Merantau di Guangdong

lapanganNiken Wulandari – Wanita kelahiran Balikpapan yang sudah pindah dan menetap di Jakarta sejak berumur 3 tahun, sekarang menetap jangka panjang di Foshan, propinsi Guangdong, China bersama suami dan anak perempuan saya yang berkewarganegaraan China.

Pengalaman dan Latar Belakang Merantau

Saya tidak punya keterampilan khusus yg menonjol, suka membaca buku atau sekedar nonton video via handphone. Tetapi dari saya kecil, yang saya tahu, saya punya cita-cita untuk hidup di luar negeri, karena saya tertarik sekali dengan bahasa asing, meskipun pada akhirnya bahasa asing yang saya kuasai pun hanya 1-2 macam saja. Ayah saya beberapa tahun yang lalu baru saja pensiun, sedangkan ibu saya di usianya yg ke 63 tahun masih energik dan masih bekerja menjadi karyawan di perusahaan swasta.

Tahun 2006 saya lulus kuliah dan mendapat beasiswa untuk belajar bahasa mandarin di Sun Yat Sen University, Guangzhou, propinsi Guangdong, China. Saya belajar (sebenernya sih, main sambil belajar karena waktu sekolahnya hanya 4 jam sehari Senin-Jumat) selama 5 bulan di sana. Karena sejak saya kecil orangtua sudah biasa berbahasa Mandarin di rumah, saya cukup beruntung bisa langsung masuk ke kelas intermediate yang (menurut saya) dapat ilmu jauh lebih banyak dibanding memulai dari kelas basic.

Sun Yat- sen University, Guangzhou North Campus

Selama merantau di sana saya mengalami culture shock, yang membuat saya stress hingga sampai absen dapat tamu bulanan sampai 3 bulan. Alasannya? Orang China itu…ya ampun kasar sekaliiii dan tidak mengerti sopan santun sama sekali. Plus kurang menghargai kebersihan. Sampai cape hati saya selama 5 bulan disana, dan berjanji pada diri saya, tidak akan saya kembali ke China lagi untuk hidup jangka panjang (kecuali untuk holiday ya ok-ok  saja :D).

Tapi ternyata Tuhan sedang menghukum saya sepertinya, karena pada April 2007 saya ditugaskan untuk pindah kerja ke Dongguan, masih di propinsi Guangdong juga. Saya sebenarnya sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di Singapore, tetapi ijin kerja saya ditolak oleh pemerintah Singapore, meskipun atasan saya sudah berusaha untuk appeal ke Departemen Tenaga Kerja Singapore. Ya sudahlah saya tidak memaksa juga, tapi ternyata atasan saya sudah kadung cinta pada saya, maka dia tetap berusaha agar saya bisa bekerja dengannya, tapi di negara yg berbeda, yaitu di pabrik produksi perusahaannya. Saya bekerja di Dongguan, dan akhirnya setelah setahun memutuskan untuk resign dan kembali ke Indonesia.

Jadilah saya akhirnya pulang kembali ke Indonesia pada Mei 2008, dan saya lagi-lagi berjanji pada diri saya, tak akan lagi saya kembali ke China, I hate China, I hate Chinese guys dan tidaklah mungkin saya punya pacar apalagi suami orang China…Kenapa saya begitu benci dengan China? karena saya minta ampun sudah tobattttt sama orang China. Orang-orang China yg saya temui saat sekolah dan saat bekerja sangatlah berbeda jauh, karena di lingkungan kerja mereka jauh lebih kompetitif dan “galak”. Mungkin karena kehidupan mereka tidaklah mudah, harus bersaing dengan beberapa milyar orang China lainnya makanya jadi galak dan jutekkk. Tapi kok kayanya saya dipermainkan oleh kata-kata yg keluar dari mulut saya sendiri yah, atau memang ngga boleh deh namanya mengatur-ngatur Tuhan :D. Karena saya kembali bekerja di sebuah perusahaan China di Jakarta, dan di bulan kedua saya bekerja saya malah kecantol orang China hahaha….

By the way, pendeknya saya pacaran kilat selama setahun lebih dan kemudian menikah di tahun 2010 di China.

saya dan suami

Saya dan suami

Setelah menikah kami menetap di Jakarta sampai pada September 2013 kami back for good ke China sampai hari ini.

kamar pengantin 2

Ini foto apa? Ini foto salah satu sudut Kamar Pengantin saya. Sangat tradisional sekali ya..! foto jenis2 “persembahan” untuk sembahyang bagi pengantin baru, diantaranya ada ayam, arak, lilin, sisir rambut, payung dll. intinya seperti perlengkapan bagi pengantin baru untuk memulai hidup berumah tangga

Masih soal kamar penganting, ranjang di kampung-kampung di China (dan sebagian kecil rumah tangga di China) masihlah menggunakan ranjang kayu yang tidak dilapisi kasur lagi. Kalau di musim dingin dilapisi selimut yg tebal dan di musim panas dilapisi tikar agar tidak panas. lumayan kaku badan, apalagi kalau mau balik badan ganti posisi tidur 😀

kehidupan di Foshan secara Umum

Kami tinggal di Foshan Gaoming. Foshan terbagi menjadi beberapa region yaitu Chancheng, Nanhai, Gaoming, Sanshui, Shunde. Gaoming merupakan region yang terkecil dengan 420ribu penduduk saja. Di sini termasuk area kecil, tidak ada kemacetan, kalau macet pasti ada kejadian besar sekali.

kebun sayur

Suasana pedesaan

foshan-map-related-keywords-u0026amp-suggestions-foshan-map-long-tail-

Foshan is a prefecture-level city in central Guangdong province, People’s Republic of China. The area under the city’s jurisdiction is about 3,848.49 km² and has an urban population of over 7.2 million.

Di Gaoming tidak ada mall besar, supermarket besar yg terkenal hanyalah Walmart, brand terbesar yang ada disini hanyalah KFC dan McD, tidak ada Starbucks dan lainnya.

Walmart

Kebanyakan daerah desa, mereka masih berkebun sendiri tanam sayuran, termasuk mertua saya, kami sering mendapat supply sayuran segar tanpa pestisida :).

sayur

Sayuran segar

Yang paling saya sukai di Foshan: suasananya tenang, santai, tidak macet. Suami pulang pergi kerja dlm waktu 15 menit saja. Kemana-mana dekat, dan jalanannya lebar, trotoar bagi pejalan kaki sangatlah lebar, dan tidak dipenuhi oleh pedagang kaki lima (kecuali pada saat-saat dekat musim tahun baru China).

People visit a lantern show to celebrate the Spring Festival on February 17, 2013 in Guangzhou, China. The Chinese Lunar New Year of Snake also known as the Spring Festival, which is based on the Lunisolar Chinese calendar, is celebrated from the first day of the first month of the lunar year and ends with Lantern Festival on the Fifteenth day. (Photo by China Foto Press

Kalau berkunjung ke Gaoming, berjalan-jalan lah ke Wen Chang Lu atau Jalan Wen Chang, inilah jalan teramai di seluruh Gaoming, hanya pedestrian street sepanjang tidak lebih dari 2 km dan umumnya hanya menjual pakaian. McD dan KFC terletak di sini.

Berkeliling di Foshan

Untuk rekomendasi tempat makan, sejujurnya agak susah, karena saya tidak cocok dengan makanan di sini. Either terlalu berminyak (yes, very very greasy!). Karena mereka makan minyak mentah. Maksudnya makan minyak mentah adalah isian sup dimakan dengan dicocolkan ke minyak mentah yang dicampur kecap asin. Cah sayur pun harus dengan minyak yang banyak. Setiap makan harus ada kuah. Tapi anehnya orang China selalu mencibir dengan berkata orang Indonesia makan terlalu banyak makanan berminyak, padahal mereka sendiri konsumsi minyak berlebih. Makanan yang saya suka di sini hampir tidak ada, makanya menderita dan rindu makanan Indonesia *masalah klasik di perantauan*.

Manggong Cake: Kue khas daerah Foshan, seperti kue kacang tanah

Sedangkan makanan halal untuk yang Muslim umumnya bisa ditemukan dengan pergi ke restauran orang Lanzhou, dijamin halal dan enak-enak! Atau bisa juga pergi ke restaurant vegetarian yang herannya ternyata cukup banyak di sini loh.

Tempat favorit jalan-jalan keluarga kami….. biasanya di rumah..! Haha.  Karena sebenarnya di sini tempat hiburan lebih diperuntukkan bagi anak-anak; seperti taman. Banyak sekali taman-taman di sini, yang biasanya penuh dengan orangtua dan anak-anak lagi bermain, apalagi musim panas pasti penuh dengan anak-anak yang bermain pasir dan air.

The Ancestral Temple Foshan

Nanhai Baofeng Temple at Xiqiao Mountain Foshan Big Buddha Guangdong

Untuk berjalan-jalan, biasanya saya naik bus, tidak ada subway di daerah Gaoming sini. Atau lebih tepatnya belum ada rencana dari pemerintah untuk membangun subway sampai ke Gaoming. Tapi Foshan area lainnya sudah ada subway kok 🙂

lapangan

di seluruh China adalah normal untuk menghabiskan waktu di lapangan sperti ini yg tersebar di seluruh daerah. biasanya dipakai untuk bawa anak2 berjalan2, berjemur matahari, menari, atau olahraga ringan

One Child Policy

One child policy tadinya berlaku jika kami memiliki anak kedua yg ingin masuk ke kewarganegaraan China dan harus membayar denda. Di sini bisa mempunyai anak lebih dari satu kalau pihak suami atau istri merupakan anak tunggal, suami saya kebetulan bukan anak tunggal dan saya tidak diakui untuk mengikuti peraturan ini krn saya warga negara asing. Namun “berita gembira”nya, sejak awal November 2015 sudah diresmikan oleh pemerintah China bahwa seluruh penduduk China boleh memiliki 2 orang anak tanpa syarat, jadi saya tidak takut lagi untuk memiliki anak kedua 😀

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di China

Pertama yang bikin kaget adalah…. Dokter yg saya kunjungi untuk cek up bulanan bukanlah dokter yg membantu saya melahirkan nantinya. Dokter untuk cek up bulanan hanya dokter di poliklinik, sedang dokter yang membantu lahiran adalah dokter di bangunan lainnya yang diperuntukkan untuk rawat inap. Di sini mengecek jenis kelamin bayi sebelum lahir adalah melanggar hukum, meskipun bisa saja dilakukan kalau punya kenalan dan uang. Proses kelahiran tidak boleh didampingi suami atau orang lain, karena dalam ruang persalinan biasanya ada ibu melahirkan lainnya. Lainnya setelah melahirkan langsung dilakukan inisiasi dini sama kok seperti di Indonesia. Masa pemulihan setelah melahirkan lumayan banyak pantangan, apalagi karena ibu mertua agak ndeso jadi pantangannya agak banyak hehehe…

keluarga suami

Bersama keluarga suami

kendala berBahasa

Di China umumnya sangat sedikit orang lokal yang bisa berbahasa inggris secara fasih, untuk melakukan percakapan simple pun sangat jarang yang bisa. Bahkan saya bisa mengatakan di kota besarpun sangat jarang yang bisa berbahasa Inggris. Bahasa utama adalah Chinese Mandarin, dengan berbagai macam dialek lokal, kebetulan daerah saya tinggal adalah China selatan yang mayoritas berbahasa Cantonese. Jenis huruf yang dipakai oleh masyarakat di China daratan dan Hongkong dan Taiwan memiliki perbedaan, Hongkong dan Taiwan memakai huruf tradisional sedangkan China daratan huruf simplified.

Pemerintah China (setahu saya) tidak memberikan fasilitas kursus gratis, umumnya bagi orang asing tidak ada fasilitas apa-apa. Belajar bahasa Mandarin cukup susah, karena ada 4 nada yang berbeda, tapi tantangan lebih berat adalah belajar Cantonese karena ada 9 nada yang berbeda dan sampai sekarang saya masih tidak bisa sama sekali.

perkumpulan Orang Indonesia

Perkumpulan orang Indonesia ada, tapi biasanya di kota besar. Saya mempunyai beberapa teman orang Indonesia, tapi itu teman-teman kerja dulu dan beberapa yang kenal via Facebook. Btw, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya diblokir di sini, saya harus menggunakan VPN untuk dapat mengakses website-website tersebut.

Penduduk Lokal Fushon Gaoming dan culture shock

Penduduk lokal termasuk baik, menikmati hidup. Basically karena kota kecil, maka waktu yang diperlukan utk pulang pergi kerja tidak begitu panjang, suka masak dan makan di rumah, jarang dijumpai keluarga besar makan di luar karena mereka menganggap makan di luar/ restaurant mahal dan tidak seenak makan di rumah. Tapi bukan berarti tidak ada sama sekali loh ya…. Mereka juga suka membawa anak jalan-jalan malam sampe jam 9-10, pergi bermain di taman yang lumayan banyak tersebar di sana-sini.

Camera 360

Gendongan bayi: gendongan bayi yang cara memakainya sangatlah rumit dan melelahkan, saya memilih untuk memakai gendongan bayi modern. saya tidak suka gendongan bayi kuno model ini krn selain memasangnya terlalu melelahkan, terlalu mengekspose daerah payudara si penggendong

Jangan bingung – karena ini adalah pemandangan yang lumrah ditemui di berbagai kota di China:  Yep, babies and toddlers in China don’t wear nappies so they’re able to do their ‘business’ wherever and whenever (!).

Nah, kalau berbicara tentang habit dan potensi culture shock…

The most disgusting Chinese habit that all foreigners seem to agree upon is spitting. They hack and spit everywhere, and not only outside. Why, you may wonder? It is claimed pollution is the problem. The air in cities, such as Beijing and Shanghai, is so bad that the simple act of breathing already irritates the throat so much that, like cats cough up hairballs, coughing and horking up mucus is the only way out.

Selain masalah “spitting” atau meludah sembarangan, adalah WC. WC di seluruh China sih memang kurang bersih, ada yang bersih juga tapi jarang. Sebenarnya mungkin karena saya sudah terbiasa hidup di China makanya asal wc-nya (maaf) tidak ada “bom” sudah termasuk bersih. Sekat di WC tidak ada kalau daerahnya agak terpencil, umumnya WC bersekat, tapi kadang-kadang ada juga yg sekatnya rendah jadi bisa sambil lihat-lihat samping kalau lagi buang air, heeeee, tapi jarang kok..! Hehehe.

Lumayan lah ada sekatnya 😉

Untuk potensi culture shock lainnya, bisa ke link ini, cukup membantu untuk yang pertama kali ke China 😀

—–

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di Singapura

858533_10151441582214637_205627387_oAnya –  32 y.o – Loves good food, good friends, good walk, and clean houses – Lives in Singapore since 2010 with a toddler girl, a baby girl, and a human male

Pengalaman hamil di Singapura

Pengalaman hamil saya garis besarnya sama dengan ibu-ibu di belahan dunia lain mungkin ya? Apa-apa dikerjakan sendiri, kemana-mana sendiri, naik public transport di saat penuh pun kadang harus cuek dan berani minta orang untuk memberi tempat duduknya untuk kita. Biasanya yang rela memberi tempat duduk adalah ibu-ibu, bahkan kadang nenek-nenek, sampai saya sendiri yang malu. Mas-masnya sih biasanya pura-pura tidur, jadi harus berani untuk nyolek dan minta tempat duduk.

Memilih Obgyn dan Rumah Sakit di Singapura

Untuk obgyn dan pilihan lokasi melahirkan, di Singapura ada dua opsi, public atau private. Melahirkan di public hospital relatif lebih murah biayanya dibandingkan dengan private hospital. Tapi biarpun namanya rumah sakit pemerintah, standar pelayanannya bagus dan kondisi rumah sakit bersih, nyaman, dan tidak seram (ini penting kan ya?). Selain itu, untuk kondisi kehamilan beresiko tinggi, melahirkan di public hospital lebih aman karena banyak dokter spesialis yang berpraktek di RS tsb, dan tentunya akan menekan biaya apabila ternyata proses bersalin memerlukan penanganan tambahan, misalnya NICU, emergency c-sect, dll. Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan bila ingin memilih public hospital, seperti:

        • Untuk paket pemeriksaan dokter umumnya hanya ada 2 kali scan USG, sementara private clinic biasanya melakukan cek lewat USG di setiap kunjungan konsultasi
        • Beberapa rumah sakit melakukan pemeriksaan dokter dan USG di ruangan terpisah
        • Saat bersalin ada kemungkinan dokter didampingi residen yang kadang ikut melakukan penjahitan, atau ikut melakukan observasi

03 KKH

Kandang Kerbau Hospital (KKH) adalah rumah sakit ibu dan anak yang paling besar di Singapura, terkenal dengan dokter-dokter anak dari berbagai spesialisasi

Ada beberapa hal yang bisa jadi perhatian untuk ibu yang ingin melahirkan di sini.

  • Rumah sakit di Singapura umumnya menyediakan maternity hospital tour. Dalam tour ini, calon ibu dan ayah bisa melihat kondisi ruang bersalin, kamar pasien, kamar bayi, fasilitas yang disediakan (parentcraft room, waterbirth room, dan sebagainya). Yang asyik, setelah maternity tour ibu diberi goodiebags dari rumah sakit berisi sampel produk ibu dan bayi
  • Beberapa minggu sebelum melahirkan, calon ibu sebaiknya melakukan pre-admission di RS yang bersangkutan dan memberikan bukti pre-admission kepada dokter
  • Agak berbeda dengan di Indonesia, ibu hanya boleh ditunggu oleh 1 (satu) orang sejak memasuki ruang bersalin. Biasanya pihak RS meminta agar calon ayah yang menunggu. Bila ayah berhalangan, baru orangtua atau orang terdekat lain.
  • Untuk normal delivery, rumah sakit di sini menerapkan skin-to-skin contact langsung begitu bayi lahir dan ari-ari digunting. Biasanya ibu diminta untuk memeluk (dan menyusui bila mungkin) bayi selama kurang lebih 30 menit, sebelum bayi dibersihkan dan diberi tag
  • Beberapa rumah sakit mulai memakai barcode tagging. Bila bayi berdekatan dengan orang tua yang salah, maka alarm pada tag akan berbunyi
  • Untuk makanan, supplier makanan di rumah sakit adalah halal-certified, dan terdapat confinement menu untuk pasien Chinese
  • Rumah sakit menyediakan parentcraft class gratis selama ibu menginap di RS, topik yang diajarkan umumnya mengenai breastfeeding dan cara memandikan bayi. Bila ingin kelas yang lebih komprehensif, ada juga kelas-kelas yang berbayar
  • Saat anak lahir, rumah sakit akan memberikan health book yang isinya mirip dengan Kartu Menuju Sehat. Selain itu juga ada daftar imunisasi yang nanti akan dilengkapi dengan vaksin-vaksin yang diterima anak. Seperti sudah ditulis oleh Ajeng, pemerintah Singapura mewajibkan semua anak untuk melengkapi mandatory vaccination sebelum masuk primary school.

04 Healthbook

Children’s health book

Total biaya melahirkan normal di public hospital berkisar antara 2000-6000 SGD, sedang di private hospital sekitar 5000-15000 SGD, tergantung jenis kamar. Bila ingin menggunakan epidural atau forceps, tambahan biayanya sekitar 500-1000 SGD. Untuk persalinan caesarian total biaya sekitar 25% lebih mahal dari persalinan normal (sumber: Ministry of Health).

Pemilihan Home Birth, Water Birth, dll.

Home birth belum terlalu populer di Singapura dan dokter kandungan yang bersedia membantu persalinan di rumah masih sangat sedikit. Selain itu persalinan di rumah wajib dibantu oleh bidan yang teregistrasi. Tahun 2014 lalu belum ada bidan Singapura yang teregistrasi untuk melakukan persalinan. Sehingga orang tua yang ingin melakukan home-birth harus mengundang bidan dari negara lain yang teregistrasi. Bidan ini harus melaporkan diri dan mendaftar ke Singapore Nursing Board sebelum mendapat ijin mengakomodasi home birth. (sumber: home birth)

Waterbirth di Singapura bisa dilakukan di National University Hospital (NUH), Mount Alvernia Hospital, Thomson Medical Centre, dan Raffles Hospital dengan tambahan biaya sekitar 300-4000 SGD untuk fasilitas waterbirth. (sumber: biaya waterbirth)

Di sini sudah jarang ada ibu yang melahirkan normal dan drug-free. Beberapa dokter ada yang memang menyarankan agar ibu memilih persalinan dengan epidural. Alasannya, supaya pengalaman melahirkan bisa diingat sebagai hal yang mudah dan tidak traumatik. Akan tetapi, rumah sakit juga menyediakan alat-alat bantu selain obat-obatan, seperti gym ball, yoga mat, atau portable CTG sehingga selama labor ibu tidak harus terikat di tempat tidur dan bisa bebas bergerak.

Kesan Tentang Dokter

Dokter di sini umumnya membebaskan orangtua untuk memilih metode melahirkan. Tapi dari pengalaman saya dengan dua dokter berbeda di rumah sakit berbeda, umumnya mereka akan mengusahakan persalinan normal (termasuk Vaginal Birth After Caesarian-VBAC), kecuali untuk ibu hamil beresiko tinggi.

Saat kehamilan anak pertama saya ada di minggu ke 35, janin masih sungsang dan dokter menyarankan untuk menunggu sampai minggu ke 36. Bila masih sungsang, dokter memberi pilihan untuk melakukan external cephalic version (ECV), yang maksudnya adalah melakukan ‘pijatan’ pada perut dengan tujuan memutar bayi. Harapannya supaya sebisa mungkin saya bisa melahirkan dengan normal. Dokter ini juga termasuk dokter yang sangat pro-pain medication, tapi saya tetap memilih untuk melahirkan tanpa epidural. Pagi setelah melahirkan, dia datang ke rumah sakit sambil misuh-misuh. Katanya saya kok mau-maunya menahan sakit kontraksi padahal ada pilihan untuk pain-free. Dalam hati saya bilang, yakali gratis Dok.. Lumayan kan 1000 dolar bisa buat mudik dua kali :))

Dokter untuk anak kedua saya lain lagi ceritanya. Orangnya cantik, punya 4 (yes, empat!) anak dan badannya seperti model iklan WRP. Dokter ini sangat pro-natural. Saat bayi saya belum menunjukkan tanda-tanda lahir saat due date tinggal beberapa hari lagi, dia yang menyuruh saya untuk sabar dan tidak menyarankan untuk induksi.

Rumah sakit dan tenaga medis di Singapura sangat mendukung ASI ekslusif. Iklan dan promosi susu formula untuk bayi umur dibawah 6 bulan dilarang oleh pemerintah, biarpun susu formula tetap tersedia di supermarket bagi yang membutuhkan.

Seperti saya tulis di atas, begitu bayi lahir langsung diberikan ke ibu untuk skin to skin bonding dan inisiasi menyusu dini. Kamar bayi tetap tersedia, tapi rumah sakit menekankan agar bayi berada di dekat ibu selama mungkin. Default dari rumah sakit adalah full breastfeeding, kecuali memang kondisi ibu secara medis tidak memungkinkan dan ada permintaan dari orangtua.

Selama ibu menginap di rumah sakit, ada lactation consultant yang akan mendampingi dan membantu ibu agar dapat menyusui dengan benar. Mereka juga akan menelepon ibu beberapa minggu setelah melahirkan untuk mengecek apakah proses menyusui berjalan lancar. Lactation consultant saya saat hamil anak pertama galak sekali, dia sering menelepon untuk mengecek, sambil bilang, “Coba kamu pikir, 200 dolar sebulan untuk beli susu, kalau kamu kumpulin kan bisa untuk liburan sekeluarga.” (Harga susu formula untuk bayi di bawah setahun berkisar antara 45-60 sgd per kaleng)

Status Kewarganegaraan Anak yang Lahir di Singapura. Kewarganegaraan anak yang lahir di Singapura akan mengikuti kewarganegaraan orangtuanya. Anak dari orangtua yang bukan WN Singapura berstatus foreigner dan diberi waktu 42 hari sejak lahir untuk tinggal di Singapura sebelum memperpanjang izin tinggal. Jadi apa saja yang harus dilakukan orangtua yang melahirkan di Singapura?

  • Begitu anak lahir, langsung mengurus Singapore Birth Certificate di rumah sakit atau di Immigration and Checkpoints Authority of Singapore (ICA, kantor imigrasi Singapura). Lama waktu pembuatan akta sekitar 5-15 menit. Nomor akte kelahiran akan menjadi nomor identitas anak dan akan digunakan untuk banyak keperluan administrasi, termasuk keperluan imigrasi dan pendaftaran sekolah.
  • Setelah itu, orang tua membawa Singapore Birth Certificate, paspor orangtua dan buku nikah orangtua ke KBRI sebagai syarat pembuatan Akta Kelahiran (Indonesia). Lama pembuatan 1 hari kerja
  • Setelah punya akta kelahiran, langsung membuat paspor bayi di KBRI. Biasanya selesai dalam waktu 3 hari kerja
  • Kalau bayi sudah memiliki paspor, maka orangtua bisa mulai memilih apakah ingin mendaftarkan anak mereka untuk menjadi Permanent Resident, atau akan tetap dengan status foreigner dan mengajukan permohonan Long Term Visit Pass (LTVP). Karena pengajuan PR memakan waktu proses yang lama dan ada kemungkinan untuk ditolak, biasanya orangtua langsung memproses LTVP supaya bayi tidak overstay.

———