adismeRanitya Kusumadewi (Adis) – Currently a PhD student, teaching assistant, and Fulbright scholar at Syracuse University, NY, USA focusing on political economy development. I’m on study leave from work as a government official in the Ministry of Trade Republic of Indonesia. I love music (listen, play, and write songs), watching movies and theater, and traveling for leisure.

Merantau di Syracuse

Pada pertengahan tahun 2011, kami sekeluarga merantau ke Syracuse, New York, Amerika Serikat. Saya menerima beasiswa dari Fulbright untuk melanjutkan studi PhD di Syracuse University. Jadi sekarang sudah tahun ke-4 kami merantau. Dua tahun pertama kami di sini, suami saya, Yogi Primasetya (Ogie) ikut mendampingi dan tinggal di Syracuse. Tapi di tahun ke-tiga sampai sekarang, kami “terpaksa” melakukan Long Distance Marriage untuk menunjang perkembangan perusahaan suami.

2.
Family Picture saat berkunjung ke Grand Canyon 2015

Meski demikian, kami selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk berkumpul. Anak kami, Davino Aldebarra Primakusuma (Vino – 4 .5 tahun), ikut tinggal bersama saya di Syracuse; karena selain saya tidak mau (dan tidak bisa) berjauhan dengan anak, Davino pun ketika ditanya maunya tinggal di Syracuse bersama saya.

3. Clinton Square - Downtown Syracuse
Clinton Square – Downtown Syracuse

Ohya, sebelumnya saya juga pernah merantau di Belanda untuk menempuh studi Master di Institute of Social Studies (ISS), Erasmus University, Den Haag. Tapi ketika itu, saya  belum menikah, walaupun sudah pacaran dengan suami. Jadi LDM yang sedang kita alami sekarang kayanya sudah terlatih waktu LDR dulu di Belanda hehe!

Fullbright scholar dan visa j1-j2

Pada saat proses seleksi beasiswa, Fulbright tidak membedakan antara yang sudah berkeluarga atau tidak. Mereka membolehkan kita membawa keluarga ke Amerika dengan catatan keluarga baru boleh ikut setelah semester pertama (note: ada beberapa beasiswa yang tidak membolehkan membawa keluarga). Jadi saya dulu berangkat duluan ke Amerika dan berpisah dengan suami dan anak selama sekitar 2 bulan.

Bersama beberapa Fullbright scholars lainnya
Awal kedatangan: bersama beberapa Fullbright scholars lainnya

Sayangnya memang Fulbright tidak ada tunjangan untuk keluarga, dan ini memang berat untuk penerima beasiswa yang sudah berkeluarga. Dan persyaratan utama bagi yang mau membawa keluarga adalah menyediakan bukti dana yang mereka tetapkan untuk jumlah keluarga yang akan ikut.

Maxwell School of Citizenship and Public Affairs, University of Syracuse

Namun demikian, dengan menjadi penerima beasiswa Fulbright yang salah satu misinya adalah cultural exchange, kita dan keluarga diberi visa J yang membolehkan pasangan kita untuk bekerja dan sekolah full-time di Amerika (berbeda dengan visa F yang tidak dibolehkan bekerja dan full-time sekolah). Tapi untuk bisa bekerja, suami harus apply Employment Authorization Document (EAD) dulu yang berlaku selama satu tahun dan harus terus diperpanjang. Perlu diingat bahwa status J2 untuk spouse dan dependent tergantung dari status visa J1 saya. Jadi ketika visa J1 saya habis, atau harus diperpanjang, begitu juga visa J2 mereka. Ohya, pihak Fullbright juga selalu membantu segala pengurusan visa, dokumen penting, dan laporan pajak untuk saya dan keluarga yang kalau diurus sendiri kayanya agak ribet.

Syracuse is a city in, and the county seat of, Onondaga County, New York, United States. It is the fifth most populous city in the state of New York.

Kalau asuransi, kita harus beli sendiri untuk anak dan suami, dan tidak eligible untuk program-program asuransi pemerintah karena itu diperuntukan kepada US-citizen. Begitu juga untuk benefits lainnya seperti food stamps yang memang diperuntukkan untuk US-citizen. Tapi ada beberapa benefits yang bisa dimanfaatkan karena mereka tidak mensyaratkan citizenship seperti WIC (Women, Infants and Children), sekolah umum gratis, dan pemotongan biaya (co-pay) kesehatan di local health community.

Contoh makanan yang didapat dari program WIC (wanita hamil/menyusui, bayi dan balita). Jadi setiap bulannya keluarga yang memenuhi kriteria “low-income family” akan mendapatkan beberapa kebutuhan makanan sehat seperti: susu, telur, roti gandum, sereal, buah-buahan dan sayur-mayur,peanut butter, juice, dll yang diberikan dalam bentuk voucher/ seperti kartu debit dan dibelanjakan di grocery stores.

Program-program tersebut diperuntukkan untuk warga/penghuni kota/state terlepas dari warga negaranya – eligibility program yang ditawarkan oleh pemerintah kebanyakan hanya berdasarkan penghasilan dan jumlah anggota keluarga. Misalkan saja untuk program WIC, untuk yang householdnya berjumlah 3 orang (seperti kami), maka batas maksimum penghasilan dalam setahun dalam keluarga adalah $37,167. Lebih dari itu tidak eligible untuk menerima benefit. Untuk lebih lengkap mengenai program-program yang diberikan oleh pemerintah Negara Bagian maupun Federal, bisa lihat di Benefits.gov.

long distance marriage

Suami saya punya perusahaan sendiri yang berbasis di Indonesia. Tentu ada plus dan minusnya untuk kondisi saya yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Plusnya adalah bahwa dengan memiliki perusahaan sendiri, bisa dibilang suami punya wewenang sendiri mengatur kegiatannya. Jadi untuk bisa ke Amerika, dia tidak perlu meminta izin kepada siapapun. Untungnya juga, perusahaan suami terkadang bisa dipantau melalui internet dan via telephone (sekarang sudah banyak aplikasi seperti Skype, LINE, FaceTime, dan lainnya yang mempermudah komunikasi jarak jauh).

Selalu mengupayakan bertemu setiap beberapa bulan sekali

Namun demikian, banyak tantangan yang dihadapi suami selama meninggalkan perusahaannya. Misalnya ada beberapa project besar yang memang membutuhkan kehadiran dia di Indonesia. Untuk menunjang perkembangan perusahaan suami, akhirnya kami memutuskan di tahun ketiga untuk melakukan Long Distance Marriage (LDM). Tapi bisa dibilang LDM kami agak unik. Dalam setahun kita bisa berkumpul dua sampai tiga kali, dan dalam rentan waktu yang lumayan lama seperti 1-2 bulan. Jadi rentang waktu berpisah tidak terlalu lama. Hal ini memungkinkan karena kalau di Amerika, ada waktu school break yang lumayan lama (summer bisa 3 bulan dan winter bisa satu bulan), sementara suami juga terkadang bisa menemani sampai 1 bulan. Intinya, kami selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berkumpul walaupun memang biaya tidak sedikit.

Saat di Chicago, Illinois: Ketika berkumpul, biasanya kami manfaatkan juga untuk traveling ke negara bagian lain.
Saat di Chicago, Illinois: Ketika berkumpul, biasanya kami manfaatkan juga untuk traveling

Tapi kami punya prinsip yang sama bahwa materi bisa dicari, yang penting berkumpul. Yang penting juga dalam LDM adalah komunikasi, kompromi, saling percaya, dan saling support. Dan dalam setiap perpisahan dan rencana berkumpul, Davino pun selalu kami libatkan dalam diskusi sehingga dia bisa mengerti situasi keluarga kami. Kami selalu tanya dulu sama Davino, mau stay sama mommy di Syracuse atau sama papa di Indonesia. Walaupun jawaban dia selalu “Maunya sama Mommy dan Papa di Syracuse”, kami kasih pengertian bahwa tempat kami bekerja saat ini berbeda dan dia harus pilih dulu, dengan catatan bahwa gak lama kemudian kita akan berkumpul lagi.

Tips melalui LDM dengan status sebagai PhD student

Kalau saya pribadi, rasanya tidak bisa berjauhan dengan anak, walaupun pilihan saat ini yang saya jalani adalah sekolah PhD di Amerika + membawa anak kecil + LDM dengan suami saya akui sangaaatttt beraaatttt….! Tapi saya merasa bahwa ini sudah merupakan keputusan yang terbaik yang saya dan suami ambil dengan mempertimbangkan semua kondisi kami. Tentu setiap mommies yang sedang PhD punya tantangan dan kondisi yang berbeda sehingga situasi saya tidak bisa digeneralisir. Ada keluarga yang pasangannya bisa full ikut mandampingi, ada yang bisa bawa anak tapi pasangan tidak bisa full dampingi (seperti saya), dan ada juga yang terpaksa berpisah dengan keluarganya selama menempuh studi. Semua itu pasti hasil dari kompromi bersama keluarga mencari solusi yang terbaik untuk semua.

Tapi untuk momies yang sedang PhD, terutama dengan membawa anak kecil, berikut ada beberapa tips dari saya untuk menjaga balance tanggung jawab di kampus dan mengurus keluarga:

JKTSY

Yang paling utama adalah always stay positive. Walaupun cliché , buat saya ini penting banget. Juggling antara sekolah, asistensi, riset, dan mengurus anak is very very stressful. Sekolah PhD disini sendiri aja udah stressful, ditambah lagi dengan segala tanggung jawab lainnya. Kalau kita berfikiran negative dan sering mengeluh, maka semua kegiatan kita akan gampang banget untuk gagal.

Untuk stay positive, ada tiga kunci buat saya:

Pertama, harus mulai dari diri sendiri dulu dan bukan dari siapapun. Saya tanamkan dalam diri saya sendiri bahwa semua ini adalah berkah yang tidak semua orang bisa dapatkan. Kalau udah mikir begini, rasanya ga berani deh untuk mengeluh sama Tuhan.

Kedua, penting banget untuk kita punya leisure time. Saya senang banget prinsip salah seorang ekonom yang mengatakan bahwa leisure is needed to increase efficiency”. Kita harus punya waktu untuk relax (baik me-time atau family-time) untuk menjaga kinerja kita. Dan jangan salah, anak kita juga bisa mengalami stress yang mungkin kita ga tau. Mungkin stress di sekolah, mungkin kangen dengan keluarga di Indonesia, dan sebagainya. Jadi penting banget buat saya mengajak anak untuk rekreasi dan menjaga supaya dia tetap happy.

1779908_10152772497087145_1778547166390939320_n
Bersama Vino di Hamilton, NY

Lalu untuk mengajak anak bermain sehari-hari juga banyak kegiatan yang bisa diikuti dan tidak perlu yang mahal-mahal. Misalnya ajak anak makan es krim, nonton di bioskop, atau sekedar main di playground, main sepeda, dan ke downtown (kalau lagi summer, kita bisa bebas nyemplung ke kolam yang dulunya merupakan bagian dari erie canal yang menghubungkan kota-kota di New York State).

9. Enjoying downtown in summer
Enjoying Downtown Syracuse in summer

Kami juga sering cari kegiatan lokal seperti acara-acara di library atau park, terutama kalau ada special event seperti Halloween, Easter Egg Hunt, apple-picking, pumpkin patch, dll.

Getting Ready for Trick or Treat - Halloween
Getting Ready for Trick or Treat – Halloween
Pumpkin patch
Pumpkin patch
Easter egg hunt

Terutama kalau summer, banyak festival-festival seru yang bisa dikunjungi seperti misalnya New York State Fair yang merupakan festival khusus New York State yang selalu diselenggarakan di Syracuse setiap tahun, Renaisance Festival yang bertema medieval times, dll.

Sterling Renaissance Festival

Me-time juga penting, karena harus kita akui, mengurus anak kecil bisa stressful juga. Ini juga ga perlu mahal-mahal. Saya suka menikmati nonton film sendiri atau main musik yang kalau ada Davino pasti diganggu hehe. Saya suka curi-curi waktu kalau Davino sedang tidur atau lagi di sekolah. Sesekali kalau lagi mau me-time dengan teman-teman misalnya nonton konser atau nonton theater, saya sengaja titip Davino dengan teman yang saya percaya.

12. Nonton teater
Ikut nonton Broadway

Tapi seringkali juga saya ajak Davino ikut hang out dengan teman-teman saya (tentunya di tempat-tempat yang appropriate untuk anak kecil hehe). Untungnya banyak teman-teman yang pengertian.

10608512_10152472232705838_1664381238472842101_o
Pergi bersama teman-teman Mommy  ke Boldt Castle, yang terletak di Heart Island, Thousand Islands of the Saint Lawrence River, NY.

Ketiga, we need to build our own supporting system. Kita perlu keluarga, teman, dan professor yang support kita emotionally. Kalau keluarga sudah tidak diragukan lagi betapa besar support yang mereka berikan kepada saya. Buat saya, punya quality talk (not quantity ya) dengan mereka sangat penting. Kami pengguna setia Skype, LINE, BBM, Path, dll.

My family are my biggest supporter
My family is my biggest supporter

Teman dan professor yang support juga perlu kita miliki karena mereka yang tau persis tantangan PhD di program kami seperti apa, dan bisa memberikan solusi secara lebih spesifik. Jangan ragu-ragu untuk bercerita kondisi keluarga atau kendala apapun kepada mereka, karena banyak teman dan professor yang open dan helpful. Profesor di sini bahkan tidak berkeberatan kalau saya ajak Davino ke kelas atau ke kantor mereka!

Selain positive mind, kita juga harus punya manajemen waktu yang baik. PhD di Amerika menuntut kita untuk bekerja keras (membaca, menganalisa, bikin paper, riset, dsb) yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Anak juga perlu perhatian yang besar dari kita. Jadi sebisa mungkin waktu di kampus benar-benar digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kampus, dan ketika waktu dengan anak benar-benar kita curahkan perhatian kita kepada dia. Mengingat hari-hari bisa sangat sibuk, maka punya planning apa yang akan dilakukan dalam hari itu sangat membantu. Saya biasanya membuat schedule untuk diri sendiri yang memasukan semua kegiatan kampus dan kegiatan dengan anak. Jadi untuk mencapai semua kegiatan itu, penting untuk kita disiplin dengan diri kita sendiri.

Kehidupan di Syracuse

Sejauh ini saya sangat menikmati tinggal di Syracuse (dengan pengecualian winter season yang lama dan salju yang tebal..!). Syracuse merupakan mid-size city, yang tidak terlalu besar, tapi tidak juga terlalu kecil. Ada beberapa kampus di sini selain Syracuse University, banyak Medical Center, dan ada Mall terbesar ke-6 di Amerika di sini.

Destiny USA – Mall terbesar di Syracuse dan ke-6 terbesar di AS

Bagi saya yang datang dari Bogor/Jakarta, pindah ke Syracuse merupakan kenikmatan luar biasa. Jarang sekali ada macet, kemana-mana gampang dan cepat, dan banyak fasilitas yang menunjang perkembangan anak (seperti playground, children’s section di library, museums, attraction center).

11150292_10153223557362145_8977284519671584966_n
Cuaca hangat (Mei – September) dimanfaatkan betul untuk main outdoor sepuasnya

543059_10150768812412145_1614108397_n

Milton J. Rubenstein Museum of Science & Technology
10. Library
Vino di Library

Selain hal-hal tersebut di atas, hal yang paling saya suka dari Syracuse adalah nature-nya yang cantik. Di Syracuse, seperti halnya kota lain di New York State banyak dikelilingi danau-danau indah. Ini salah satu yang paling saya sukai dari kota Syracuse.

7. Foliage
Fall Foliage

Danau besar yang terdekat adalah Onondaga Lake. Disana kita bisa main sepeda dikeliling danau, banyak restaurant lucu, dan menikmati park disekitarnya. Kalau lagi summer, bisa juga main kayak atau naik boat.

Aerial view – Onondaga Lake
Cycling by Onondaga Lake
Cycling by Onondaga Lake bike path

Kalau jalan 50 menit ke utara, kita bisa mengunjungi salah satu five great lakes di US yaitu Lake Ontario yang berbatasan dengan Canada. Karena danau ini sangat besar, terlihatnya seperti laut lepas.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Ontario Lake

Selain danau, Syracuse juga dikelilingi oleh air terjun- air terjun yang cantik.

Chittenango Falls is a nice 167ft waterfall in the northeast corner of the Finger Lakes area (not far from Syracuse).

Lokasi Syracuse juga menurut saya strategis ke kota-kota besar. Ke New York city bisa ditempuh dengan 4 jam (kalau menyetir di Amerika yang jalanan lancar, waktu perjalanan 4 jam tidak terlalu berat), ke Niagara Falls bisa ditempuh dengan 1.5 jam, dan ke Boston dan Washington DC bisa ditempuh dengan waktu 6 jam. Kami sering sekali ke New York City kalau kangen suasana metropolitan hehe.

10690199_10152958588107145_1108839160626909667_n
Menyambut 2015 dengan NYE di Times Sq (checked one of my bucket list! :D)
Saat di Washington DC

Hal yang tidak disukai dari Syracuse adalah cuaca winter yang ekstrim dan lamaaa. Karena lokasi Syracuse di bagian utara Amerika Serikat, dan juga lokasinya dekat dengan danau (sehingga sering kena yang namanya “lake effect snow”), maka salju disini bisa sangat ekstrim dan lama. Rata-rata winter berlangsung sejak Oktober sampai dengan April, dengan suhu ekstrim minus derajat Fahrenheit. Winter 2014-2015 kemaren sempat -12 F = -24 derajat Celsius.

16. heavy snow
Heavy snow di Syracuse

Syracuse seringkali dapat peringkat atas the snowiest city in the US. Tahun 2014, Syracuse University dinobatkan sebagai no.1 snowiest college in US oleh lembaga2 weather ternama. Sebenarnya saya suka salju, tapi kalau udah kelamaan dan terus menerus dingin, jadi kangen cuaca Indonesia yang hangat hehe.

Suasana pasca snowstorm – dan kesibukan menyekop setelahnya
Syracuse University during winter (foto taken from SU fb)
Syracuse University during winter (foto taken from SU fb)

Karena kalau salju tebal, kita repot dan bahaya juga kalau berpergian. Meski demikian, Davino senang banget dengan salju. Jadi kita nikmati saja dengan main sleigh, bikin snowman, dan kesukaan kami sekeluarga: main snow tubing!

1780778_10152240531942145_1697992068_n
Making the most of winter..!
1962601_10152240532542145_1338278640_n
Snow Tubing
1525446_10152904117587145_6955727998495820682_n
Fun with his snowman..!

Komunitas Indonesia di Syracuse

Di sini tidak banyak orang Indonesianya. Untuk students, saat ini ada sekitar 7 graduate students dan 4 undergraduate students. Lebih parah lagi waktu dulu pertama kali ke Syracuse, tidak ada graduate students sebelumnya yang di Syracuse. Tapi ada juga beberapa orang Indonesia yang menetap di Syracuse dan sekitarnya karena menikah atau pekerjaan. Untuk berkumpul kami tidak rutin dan sering, tapi dalam setahun kami selalu upayakan untuk berkumpul.

Bersama teman-teman Indonesia di Syracuse
Bersama teman-teman Indonesia di Syracuse

Untuk kebutuhan bumbu-bumbu, di Syracuse ada Asian store yang lumayan komplit ada bumbu dan makanan Indonesia (termasuk Indomie, kecap, sambal, kerupuk, syrup Marjan, dll). Selain itu bumbu-bumbu dari negara Asia lainnya cukup mirip jadi bisa diberdayakan. Tapi sumber utama perbumbuan saya adalah dari hasil bolak-balik suami dan saya NY – Indonesia hehe. Kalau restoran Indonesia, yang terdekat kayanya cuma di New York City atau Philadelphia. Di kedua kota itu, ada supermarket untuk Indonesia dan juga restoran Indonesia. Mereka juga bisa mengirimkan produknya via pos kalau kita mau. Ada juga beberapa toko Online yang menjual produk-produk Indonesia.

Tips mencari tiket pesawat AS- Indonesia dan Maskapai andalan

Tidak jarang ada yang bertanya tentang rute dan maskapai favorite untuk traveling ke AS. Buat yang hendak merantau ke AS, khususnya ke East Coast, maskapai favorite saya adalah ANA dan EVA Air. Saya lebih senang lewat jalur Pacific Ocean daripada Timur Tengah karena biasanya rute pesawatnya mudah, ga lama transitnya, dan kalau transit di Jepang atau Taiwan, makanannya enak-enak (penting! karena perjalanan sangat jauh dan lama).

2015-05-05-000525_1600x900_scrot

Tips untuk cari tiket murah adalah membandingkan situs-situs seperti Kayak, Expedia, Pricelin. StudentUniverse, dan sejenisnya secara bersamaan. Saya tidak pernah khusus pakai Website tertentu karena harganya semua kompetitif. Semua tergantung dari ketersediaan tiket masing-masing Web dan tentunya tergantung season. Karena suami schedule-nya lebih flexible ketimbang saya, maka seringkali suami datang kesini waktu low season seperti bulan Febuari/Maret. Rata-rata tiket pesawatnya bisa sekitar $1,000 pulang pergi!

Sekian dulu sharing saya tentang suka-duka merantau di Syracuse, menjadi PhD student, dan LDM..! Pada artikel selanjutnya, saya akan membahas sekilas tentang sistem daycare di Amerika, khususnya di Syracuse. Nantikan 🙂

——

Foto-foto terlampir adalah karya Adis dan keluarga. Beberapa foto penunjang lainnya terhubung langsung dengan link image tersebut.

11 thoughts on “Menjalani Program Studi Doktor (S3) dan Long Distance Marriage

  1. Cerita yang sangat menarik dan lengkap. Berkuliah di luar negeri berarti menerima semua plus dan minusnya. Saya suka dengan gaya menulis yang jujur dan mengungkap semua apa adanya, seperti ini :)).

    Liked by 1 person

  2. Cerita yang sangat menarik dan inspiratif. Kesempatan-kesempatan yang ada dimanfaatkan dengan sangat baik. Tahun depan saya sudah akan mulai merantau di AS. Tepatnya di Ithaca, NY. I’m so looking forward to meeting and sharing stories/experiences with Indonesian people who live on there (hitung-hitung juga sebagai pelajaran buat saya untuk kedepannya). Saya juga mempunyai tante yang sudah tinggal di Seattle sejak tahun 2000 bersama dengan suaminya dan sudah menetap disana semenjak itu karena pekerjaan. Terima kasih ceritanya, Ibu. Ditunggu cerita selanjutnya and God bless you. 🙂

    Like

  3. Terima kasih banyak atas kisah inspiratifnya. Tahun ini, tepatnya Agustus ini saya akan berencana kuliah Di ESF, jika ibu masih ada di syracuse saya harap kita bisa ketemu. Have a nice day 🙂

    Like

  4. Terima kasih sudah berbagi cerita disini. Tahun ini saya berencana memulai perkuliahan di ESF. Jika ibu masih tinggal di Syracuse, semoga nanti bisa bertemu. Have a nice day 🙂

    Like

  5. Keren mbak, cerita seperti ini yang perlu dibaca kawan-kawan yang akan menentukan pilihan sekolah keluar. Saya juga mengalami LDM selama hampir dua tahun, sekarang suami sudah dengan saya, tapi saat visa habis dia mau pulang aja. seperti yang mbak sampaikan…stay positive !!!

    Like

  6. Halo , saya membaca cerita kakak sngat bagus sekali dan saya sedang ada planing skolah s1 di us , bisa bantu saya untuk mendapatkan informasi ? dan bsa saya berkomunikasi dengan kakak ? thanks .

    Like

  7. Di tengah kesibukan mbak adis, terima kasih mau menulis yg panjang sharing dgn kami di dunia maya. Tulisannya jelas, komplit dan sangat menarik utk saya yg memang ingin tau spt apa kehidupan di negeri paman sam, khususnya sbg mahasiswa PhD yg mempunyai anak balita. Saya pernah tinggal di beberapa negara tetapi belum pernah di US dan belum PhD tetapi sdh ada anak. Oleh krn itu, I’m happy to read your story. It is inspiring! Thanks.

    Like

  8. Terima kasih Mbak Adis dan keluarga atas sharing pengalamannya. Banyak detail2 yang sangat bermanfaat, misalnya kiat2 tentang adanya program WIC di US untuk anak2. Semoga sukses dengan studinya. Salam kenal dan salam Fulbrighter 🙂

    Like

Leave a comment