profile picLorraine Riva – Multilingual working mom in marketing communication field, self-taught photographer, foodie, art lover, Francophil and history nerd, living with husband and a teen daughter in a tiny place called Huissen in The Netherlands nearby German border.

Merantau di Belanda. Setelah pacaran jarak jauh 3 tahun lamanya di jaman tanpa internet, tahun 1995 saya menikah. Sebulan setelah itu saya langsung diboyong suami ke Belanda. Saya pindah ke Belanda pada bulan September 1995.

foto 1 peta Belanda
Huissen, kota tempat kami tinggal, terletak di provinsi Gelderland hanya ditempati oleh 17,600 jiwa (data tahun 2009)

Suami saya orang Indo, bukan Indonesia tapi Indo dengan campuran Swis, Italia, Jerman, Cina dan Bangil dari pihak bapak dan Cina Bangka dari pihak ibu. Saya pindah ke Belanda karena suami warga negara Belanda. Anak perempuan kami, G, lahir di tahun 2001 silam.

“Orang Indo”. Beberapa tahun terakhir ini orang Indonesia menyingkat Indo untuk menyebut negara Indonesia, orang Indonesia dan bahasa Indonesia. Di Belanda, Indo adalah sebutan untuk orang Eurasian seperti suami saya. Menurut sejarah, sewaktu Belanda menduduki Hindia-Belanda (kala itu belum bernama Indonesia), banyak orang Eropa yang hidup bersama dengan wanita Indonesia yang disebut Nyai. Saya sebut orang Eropa, karena tidak semua orang kulit putih yang tinggal di Hindia-Belanda adalah orang Belanda. Banyak tentara atau pegawai VOC yang berasal dari negara Eropa lainnya selain Belanda. Karena itu nama belakang suami saya Riva, kakek buyutnya berasal dari Swiss dekat perbatasan Italia. Untuk lebih jauh tentang hal ini, saya tulis di sini.

Windmolen
“Windmolen” atau kincir angin.

Karakter orang Belanda. Orang Belanda umumnya anti formalitas. Berkenalan dengan orang yang lebih tua, biasanya yang lebih tua akan meminta kita untuk panggil hanya nama saja tanpa pakai embel-embel meneer/mijnheer (bapak) atau mevrouw (ibu). Dalam bahasa Belanda pun mereka sepertinya anti memakai bentuk sapaan “Anda” (dalam bahasa Belanda ‘U’), dan lebih menyukai memakai bentuk sapaan “kamu” (dalam bahasa Belanda ‘Je’ atau ‘Jij’, diucapkan sebagai “yey”). Dibandingkan dengan karakter bangsa Eropa Barat pada umumnya, orang Belanda terkenal direct, mungkin bahkan dianggap kasar oleh bangsa lain. Memang orang Belanda tidak suka berbasa-basi. Mengalami hal yang tidak berkenan, tanpa rasa sungkan orang Belanda akan menyatakan pendapatnya. Oh ya, orang Belanda juga pada umumnya percaya derajat semua orang sama, perbedaan kelas sosial tidak terlalu kelihatan. Jadi jangan harap mendapat perlakuan khusus hanya karena kamu merasa memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang lain (biasanya terkait dengan gelar pendidikan atau posisi pada pekerjaan). Dan jangan pernah memanggil pelayan di kafe atau resto dengan menjentikkan jari. Kelakuan seperti ini dianggap sangat merendahkan.

The Dutch Brain

Menurut Cultural dimensions & comparison index dari psikolog ternama Belanda Geert Hofstede, kultur di Belanda itu feminin. Pria Belanda termasuk beremansipasi. Mereka tidak segan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bersih-bersih, merawat anak, mengantar jemput anak ke sekolah dan kegiatan ekstra kurikuler bahkan belanja ke supermarket/pasar. Ini memang perlu, karena tidak ada ART, semua harus dikerjakan sendiri.

I am also grateful for my husband being a good father to our daughter. He is a firm, consequent and dotting dad. After our daughter was born he took a paternal leave a year long.

Etiket bergaul. Lain dengan di Indonesia yang sepertinya wajar untuk tanya ini-itu padahal baru kenal. Pertama kali berkenalan dengan orang Belanda, pertanyaan yang lumrah ditanyakan adalah seputar nama, tempat tinggal, asal, pekerjaan/sekolah, dan status (pernikahan). Remarks tentang berat badan atau gaya hidup itu biasanya diutarakan untuk orang yang sudah termasuk kategori teman.

Bulan Maret - Mei saat musim semi, kota-kota di Belanda cantik sekali oleh warna-warni bunga. Ini adalah Hyacinth field di daerah tempat saya tinggal
Hyacinth Field
pink tulips
Pink tulips – kedua foto di atas saya ambil ketika ke Keukenhof yang merupakan pameran bunga tahunan yang terletak di kota kecil Lisse, bagian dari Flower Bulbs Region (Bollenstreek) di Belanda.

Perhitungan. Orang Belanda memang ramah dan hospitable, hanya ada beberapa ciri khas yang membuat orang asing geleng-geleng kepala, yakni kebiasaan mereka yang sangat perhitungan. Misalkan: ketika bertamu ke rumah orang dan disuguhi kopi atau teh, biasanya kita hanya akan mendapat satu kue kering atau sepotong coklat kecil, note: walaupun semakin jarang orang yang berlaku seperti ini, tapi masih ada yang menerapkannya. Untuk orang Belanda yang masih lebih kolot lagi, stopfles (di Indonesia disebut toples atau stoples, tempat menyimpan kue) akan disimpan kembali di lemari setelah tamunya ambil satu kue. Lucunya jika teman Belanda saya main ke rumah, walaupun teman dekat, mereka masih minta izin untuk ambil kue yang ada di meja, padahal sudah saya bilang bahwa di budaya Indonesia, makanan yang ada di meja itu boleh diambil tanpa harus ditanyakan lagi.

Going Dutch. Masih perkara perhitungan, ini adalah kebiasaan orang Belanda yang terkenal seantero dunia sampai ada ungkapan dalam bahasa Inggris “Going Dutch”; itu artinya setiap orang di grup bayar sendiri-sendiri. Going dutch ini konon derogatory term dari orang Inggris; pada abad 17 – 18, khan Inggris berjaya dan Belanda negara kecil, terus orang Belanda waktu itu memang sudah terkenal perhitungan. Nah, Going Dutch ini bukan artinya pergi makan/minum berempat terus biayanya dibagi 4 plek ya seperti biasa berlaku di pergaulan Indonesia (CMIIW). Going Dutch ini ya bayar sesuai yang kita makan/minum. Di resto/cafe di Belanda kalau ada grup mau bayar, biasanya pelayan akan datang ke meja bawa rekening, kartu menu & tas pingggang isinya uang. Tiap orang akan lihat harga di kartu menu apa yang dia makan/minum, terus bilang ke pelayan, bayar deh sesuai pesanan masing-masing.

Orang Belanda terkenal sangat perhitungan. Going Dutch berarti bayar sendiri-sendiri sesuai dengan pesanan masing-masing. Hal ini berlaku juga ketika sedang dating (yang umumnya, khan, pria yang bayar)

Proses ini diulang terus sampai semua tamu kena giliran dan total biayanya terbayar semua di rekening . Atau bisa juga satu grup minta kartu menu, terus semua yang makan minum hitung sendiri apa yang dia makan/minum, setor ke yang kumpulin uang, baru panggil si pelayan. Pergi ngopi bareng tapi kamu harus pulang duluan dari yang lain? Bisa juga ke kasir, bilang duduk di meja yang mana, minum/makan apa. Kasir akan mengurangi konsumsi kamu di daftar meja tempat kamu duduk. Terus bayar, kontan atau pakai kartu. Beres kan? Mungkin risih ya kalau baru pertama kali begini, cuma kalau udah biasa ya ok. Malah lebih nyaman, daripada ngedumel di belakang. Ohya, di Belanda meninggalkan tip di kafe/resto itu tidak harus, karena pegawainya medapat gaji tetap dari employer mereka.

Tepat waktu. Orang Belanda sangat menghargai waktu. Jadi jika ada janji dengan mereka, datanglah 5 menit sebelumnya. Dan memang mayoritas orang sini biasanya 5 menit sebelum janji udah datang. Awas: Datang 10 menit sebelumnya akan dinilai berlebihan. Saya pernah datang 10 menit sebelum waktunya ke janji dengan partner kerja saya, takut dibilang berlebihan, saya duduk sebentar deh dibangku taman depan gedungnya dia.

Kalau terlambat bagaimana? Masih bisa ditolerir sampai maksimal 10 menit. Di sekolah anak saya, murid telat 5 menit masih boleh masuk kelas, tapi di berkas pribadinya, dia dicontreng sebagai telat. Telat 10 menit masih diperbolehkan untuk masuk ke dalam gedung sekolah, tunggu di ruang tunggu sambil mengisi surat telat untuk dibawa buat mentor kelas dan orang tua. Boleh masuk kelasnya pada waktu mata pelajaran kedua. Yang telat lebih dari 10 menit tidak diperbolehkan masuk ke gedung sekolah, karena gerbang sekolah digembok! Makanya si G berangkat jam 7.45 tiap hari, padahal sekolah mulai jam 8.30 dan dia hanya 15 menit naik sepeda dari rumah ke sekolahnya.

Diundang ke Rumah Orang. Pertama kali diundang ke rumah orang Belanda baik untuk koffie drinken (minum kopi, ini hanya istilah, diajak koffie drinken tapi kita juga bisa minum teh kok) maupun makan malam sebaiknya bawa buah tangan baik itu bunga, coklat, penganan atau minuman (wine, bier). Etiketnya membawa kleineheidje (buah tangan kecil), jangan bawa kado yang besar ya nanti si tuan rumah sungkan jadinya.

Koffie verkeerd, the Dutch version of a “café au lait”
Tulips bouquet

Satu lagi big no no dalam etiket pergaulan Belanda adalah bertamu ke rumah orang di saat makan malam. Biasanya (sekitar jam 6 sore) si tuan rumah akan bilang; sebentar lagi kita akan makan. Dan jangan salah ngerti ya, ini bukan ajakan untuk ikut makan malam tapi cara halus meminta kita pulang. Misalnya mengundang orang untuk makan di rumah sekalipun, masaknya pas-pasan.

Kalender ulang tahun. Bertamu ke rumah orang Belanda, jangan heran lihat kalender ulang tahun (verjaardagskalender) digantung di toilet. Ini kebiasaan unik orang Belanda yang suka sekali merayakan ulang tahun dan tidak ingin melupakan ulang tahun teman, keluarga dan orang yang dikenal. Jadi di kalender ini, tercantum nama orang di tanggal dia ulang tahun. Hanya yang sampai sekarang saya ngga ngerti, kok digantung di toilet ya? ☺

“Verjaardagskalender” (birthday calendar) yang dipajang di kamar mandi

Kupon dan stempel. Apakah masih ada aksi di Indonesia beli sabun cuci piring mendapat hadiah mangkok atau piring? Di Belanda belanja di supermarket, saat bayar si kasir tanya: “Anda mengumpulkan kupon handuk, panci, dll dsb?” Saya selalu geleng kepala. Orang Belanda senang deh mengumpulkan kupon dan stempel ini itu. Bahkan Douwe Egberts (merk kopi terkenal Belanda) punya toko khusus dengan produk yang bisa ditukar dengan kupon. Untuk stempel ini biasanya di lunchroom atau salon. Eh, tukang reparasi sepatu saya juga pakai stempel: biasanya mengumpulkan 10 stempel, nanti dapet sandwich gratis atau 25% korting di salon. Bahkan saya pernah dapet hadiah buku karena 25 kali check in ditoko buku langganan saya lewat Foursquare. Lumayan ya.

Kumpulan kupon Douwe Egberts yang bisa ditukar untuk beli produk kopi mereka

Cuaca. Mau mulai ngobrol dengan orang Belanda? Coba mulai ngomong tentang cuaca. Pasti nyambung deh. Kedinginan orang sini ngomel, kepanasan rese, banyak hujan takut tanggulnya jebol, kemarau panjang marah karena tamannya jelek. Dari hasil saya tanya-tanya ke teman-teman Londo (Londo= orang Belanda) saya, yang ideal menurut mereka temperatur 25 derajat Celsius, ada matahari tapi ngga terik. Sebetulnya dibandingkan dengan negara-negara Skandinavia, di Belanda ngga dingin-dingin amat temperaturnya, tiap winter belum tentu turun salju. Yang membuat dingin itu adalah anginnya yang kencang sekali dan tanahnya datar. Gunung di Belanda hanya hitungan ratusan meter, di Indonesia kita sebut ini bukit.

Tamat riwayatnya
After the storm
Foto ini saya ambil tahun lalu bulan Oktober di samping rumah saya setelah badai angin kencang.

Cium pipi 3x. Kebiasaan orang Belanda kalau ketemu adalah cium pipi 3x!  Cium pipi ini bukan hanya untuk orang yang lama ngga ketemu ya..! Berlaku juga untuk mengucapkan selamat (ulang tahun, nikah, promosi kantor, natal, tahun baru) & menegur orang yang baru kenal (yang ini saya semakin malas).

Gefeliciteerd! Selamat! Sehubungan dengan cium-mencium. Ini asli kebiasaan yang sampai sekarang saya ngga ngerti juga padahal sudah hampir 20 tahun tinggal di sini. Jadi gini, kalau kamu ulang tahun dan bikin pesta, semua orang yang datang, akan kasih selamat ke kamu dan suami, istri, pacar, orang tua, adik, kakak, teman dekat kamu dan SEMUA tamu lain yang hadir juga! Dan ini diiringi dengan cium pipi 3x (!). Walaupun ngga ngerti, karena menurut saya ngga logis, saya ikutan lah nyelametin berjamaah gini, cuma saya pilih-pilih juga siapa yang mau saya cium pipinya 3x. Parahnya lagi kalau di pesta ultah, kamu harus keliling dan menegur semua orang plus cium pipi 3x bukan hanya waktu datang, waktu pulang juga (!!!).

Kus, kus, kus: kanan – kiri – kanan lagi. Kalau belum terbiasa, pasti awalnya agak canggung dengan aksi cium pipi 3x ini…!

Pesta. Sebagai orang Indonesia, bagi saya datang ke pesta itu identik dengan jamuan makanan…yang banyak! Di Belanda, lain ceritanya. Saya ingat betul waktu pertama kali menghadiri pesta di sini, pada waktu itu saya baru tiga bulan tinggal di Belanda dan mendapat undangan untuk hadir ke pesta ulang tahun pacar teman dekat suami saya, namanya Jolanda. Datanglah kami jam 8.30 malam ke pestanya dia, belum makan malam pula Ikke (ohya, ini spelling yang bener untuk kata “saya” dalam bahasa Belanda dari ‘Ik’, bukan Eke atau Eyke) dan suami. Ternyata hidangannya hanya cemilan! Jadi asli, malam itu saya makan kacang, keripik, keju, crackers pakai salad dan kawan-kawannya. Ada sih, bitterballen yang enak itu, tapi walaupun lapar, saya malu lah kalau ambil terus, nanti tamu lainnya ngga kebagian. Karena kelaparan, akhirnya kami beli Dönner Kebab di perjalanan pulang. Ah, di saat gitu saya sangat kehilangan makan di tenda malam Jakarta yang buka 24 jam. Roti Bakar, Sate, Bubur Ayam & the gang di Blok S, I miss you….!

Itu baru kebiasaan pesta ulang tahun ya. Nah, ini cerita tentang pesta pernikahan. Jadi ada empat macam undangan pesta pernikahan:

  1. Hanya diundang di catatan sipil/gereja
  2. Diundang ke makan malam dan resepsi
  3. Hanya diundang ke resepsi
  4. Diundang seharian dari catatan sipil sampai ke resepsi

Kategori terakhir biasanya untuk keluarga dan teman dekat. Yang makanannya paling OK sih, biasanya yang ikut makan malam. Tamu di catatan sipil/gereja ngga dijamu, paling hanya disuguhi kopi, teh & cake. Makanan di resepsi pernikahan biasanya buffet berupa penganan kecil. O ya, orang Belanda juga selektif undang orang. Selain biaya yang mahal untuk mengundang banyak orang, mereka juga hanya ingin berbagi momen intim perayaan ini untuk yang mereka kenal dekat saja. Saya sih ngga heran lagi sekarang. Dulu, awal tinggal sini sempat bingung dan kecewa juga rasanya – karena masih Indonesia banget pola pikir saya; saya pikir ngga diundang berarti orang ngga suka sama saya, ternyata ngga demikian kok.

Pakaian. Orang Belanda secara umum memilki gaya berpakaian yang santai atau casual. Untuk perempuan, mungkin juga agak ribet ya kalau mau dandan rapih, karena kemana-mana kebanyakan naik sepeda, belum lagi angin di sini kencang.

Tapi….saking santainya, ada yang tega pakai jeans ke pesta pernikahan orang. Kalau saya sendiri, terkadang masih suka overdressed ke pesta kawinan. Awalnya sih karena ngga tahu, tapi sekarang memang sengaja, karena prinsip saya: kita sebagai tamu harus menghormati yang punya hajatan. Lagipula, kapan lagi saya dandan seru, karena orang Belanda jarang yang menikah. Dan sepertinya juga teman Londo seumuran saya sudah pada menikah semua. Jadi kalian jangan gampang percaya kalau melihat adegan di film-film, yang pesta pernikahan mewah; digambarkan para wanitanya mengenakan gaun malam yang panjang, dandanannya rapih, para pria memakai setelan jas bahkan tuxedo. Ini tidak selalu bener saudara-saudara…! Kecuali bangsawan, orang kaya banget, atau snob yang memang pestanya jor-joran, pesta pernikahan di Belanda itu biasa saja, kelihatan dari adanya penganten (ya iya lah), ada keluarga si penganten yang biasanya memakai corsage (korsase), perempuan pakai baju rapi (tidak selalu gaun panjang, lebih ke cocktail dress gitu), yang lelaki memakai setelan jas bukan tuxedo. Tamunya sih ngoboi…!

Selain itu, berbeda dengan wanita Indonesia yang koleksi bajunya ada beragam: baju santai, baju kantor, baju ngemall, dan baju pesta, wanita Belanda kalau diundang pesta pernikahan seharian, beli baju yaa yang dia bisa pakai untuk kerja juga; biar ngga rugi judulnya. Tentu ada juga fashionista di Belanda, hanya kebanyakan orang sini ya bergaya kasual semua. Eh, tapi imigran dari Turki, Maroko, Suriname, Antillen, dan Indonesia kalau dandan rapi ya dan sesuai dengan kesempatan. Kadang saya kalau lagi centil dan ada presentasi di kantor di mana saya harus meyakinkan orang, saya dandan rapi lah. Kolega saya biasanya komen, “Eh Lorraine, nanti pulang kantor ada date ya sama suami?”.

Makanan. Kuliner Belanda lumayan enak tapi tidak spektakuler, menurut saya ya. Kebiasaan mereka, sehari hanya satu kali makan yang panas. Makan siang berupa sandwich, salad, dan kadang sup. Keluarga Londo asli yang masih tradisional dan belum kena globalisasi, tiap hari makan malamnya adalah kentang rebus/pure kentang, satu potong daging/ikan/ayam, seporsi sayur rebus dan saus.

“Stamppot” adalah hidangan tradisional Belanda yang terbuat dari kombinasi mashed potatoes dengan satu atau beberapa sayuran lainnya, kadang-kadang juga dengan daging.

Kadang saya sering ngeyel sama teman kantor yang maunya hanya masak maksimal 30 menit untuk makan malam. Dan dia maunya makanan yang sehat pula, bukan yang dihangatkan di microwave. Dia sering takjub kalau denger saya masak tiap hari dan habis waktu lebih dari 45 menit. Nah, setelah makan malam, Londo ngemilnya paling kacang (Londo suka makan semua jenis kacang goreng, kacang pedes seperti di Indonesia itu, hazelnuts, walnuts, almond, kacang mete), keripik, biskuit atau keju sambil ngopi atau minum wine.

Ada nih cerita lucu tentang ini. Istrinya adik ipar saya yang paling kecil Londo banget..! Padahal bapaknya dia orang Italia, tapi Ibunya membesarkan istri ipar saya ini dengan cara Londo. Kalau ipar saya berulangtahun, ibu mertua saya bikin aneka jajanan Indonesia: lemper, risoles, pastel goreng, dsb. Nah, waktu itu kita udah makan malam (erwtensoep aja pakai baguette/roti Perancis), ibu mertua saya mulai memanaskan semua jajanan. Ehh…ibunya istri ipar saya bilang: “Kalian belum kenyang?”. Oops. Sampai sekarang pun kadang saya pergi ke pesta ulang tahun orang Indo yang pastinya menyajikan makanan. Biasanya ada beberapa tamu Belanda yang pamitan pulang sebelum makanan dihidangkan atau ada juga yang datang jam 8 malam setelah acara makan selesai.

Oh ya, orang Belanda yang punya anak kecil rata-rata makan malamnya jam 5 sore! Paling malam yaa sekitar jam 6 atau 6.30 malam. Anak saya memperhatikan selagi liburan di Eropa, ada keluarga yang pesan makan lengkap jam 5 sore di restoran, menurut dia keluarga ini pasti berasal dari Belanda 🙂

Masih tentang makanan, sekedar informasi, keluarga Belanda yang pergi liburan dengan mobil ke Italia, Perancis, Spanyol dan Portugal biasanya membawa sendiri bahan makanan sebagai berikut: pindakaas (selai kacang), keju, kopi bahkan sampai kentang mentah pun ada yang bawa pula! Kira-kira bisa disandingkan dengan orang Indonesia yang tidak bisa lepas dari sambal dan nasi.

Berlibur ala Londo: benda yang wajib dibawa
Aneka macam “Hagelslag”: Orang Indonesia makan pagi berupa roti putih, mentega, dan meses adalah warisan kolonial Belanda. Chocolate Hagelslag atau “Muisjes” sendiri berarti “little mice” karena bentuk meses yang menyerupai ekor tikus kecil.
Rijsttafel. Makanan Indonesia populer ditemui di kota-kota baik besar maupun kecil di Belanda. Salah satunya adalah hidangan rijsttafel, yang merupakan temuan orang Belanda dan orang Indo Belanda di Hindia-Belanda. Rijsttafel itu arti kata per kata meja (tafel) nasi (rijst) yang merupakan campuran dari hidangan Indonesia dan hidangan Indo (Indisch dengan pengaruh Eropa). Hidangan Indonesia yang selalu ada di rijsttafel kala itu: nasi putih, nasi goreng, sayur buncis, sayur lodeh, rendang, opor ayam, urap, gado-gado, serundeng, sate ayam, sate babi, babi kecap, kerupuk udang, emping, acar kuning, bermacam sambal. Hidangan Indo di rijsttafel: semur daging (semur asalnya dari bahasa Belanda, smoren artinya merebus dengan sedikit bahan cair), sup kacang merah (bruinebonensoep, lafal bahasa Indonesia sup brenebon), macaroni schotel, pastel tutup (idenya dari shepherd’s pie dari orang Indo keturunan Inggris), perkedel (dari fricandelle yang populer di Belanda masa itu dan asal aslinya dari Perancis), huzarensla, pudding dengan vla, risoles, kroket, klappertaart.
Menurut sejarahnya, Rijsttafel ini ditemukan di Hindia – Belanda karena para orang Belanda dan orang Indo Belanda yang tinggal disitu mau memanjakan atau ingin pamer ke  tamu mereka. Dulu itu bahkan jadi rijsttafel ukuran gengsi dan prestige orang. Konon rijsttafel terdiri dari 40 – 44 macam hidangan! Tiap satu macam masakan dibawa ke ruang makan oleh satu bediende (bediende = penyaji, di bahasa Indonesia sekarang artinya jadi pembantu/ART) lelaki atau perempuan. Terbayang lah betapa kayanya orang Belanda tempo doeloe yang mengundang tamu untuk menikmati rijsttafel di kediamannya. Berarti masa itu perlu 40 – 44 bediende untuk menyajikan rijsttafel.
Foto pada tahun 1935 di Hotel des Indes (Batavia, sekarang Jakarta) – bagaimana rijsttafel disajikan.
Cerita lain tentang rijsttafel adalah orang Belanda dan orang Indo Belanda yang biasanya memang makan menurut courses yang terpisah. Mereka datang ke Hindia-Belanda konon bingung dengan banyaknya jenis makanan di sana. Untuk mudahnya, konon lahir lah rijsttafel itu. Jadi semua hidangan disajikan bersamaan di meja. Sekarang ini di Belanda masih banyak restaurant yang menyajikan menu rijsttafel ini tapi disebutnya mini rijsttafel dengan 10 – 12 hidangan termasuk condiments dan snack sampingan lainnya. Selain di restaurant, banyak orang Belanda yang merayakan pesta dengan tema Indo/Indisch dan memesan catering rijsttafel. Lebih gampang karena semua orang sudah tahu.

Dutch wife. Tau kah apa yang dimaksud dengan “Dutch wife”? Artinya adalah…..guling..! Guling ditemukan di Hindia-Belanda supaya tidur lebih nyaman. Dulunya dipakai oleh orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda karena adem. Istilah Dutch Wife dalam bahasa Inggris itu hanya ledekan saja, karena pria Eropa yang di Hindia – Belanda sering kali kangen dengan istri/pacar/tunangan mereka, dan biasanya mengambil perempuan untuk dijadikan Nyai-nya. Jadi mereka ada ‘guling hidup’. Sekarang guling di Belanda dipake oleh orang Indo seperti suamiku itu. Orang Belanda kulit putih pake guling biasanya untuk dekorasi di rumah, idenya dari guling hias dari Thailand & Jepang.

Sekian dulu cerita tentang kebiasaan orang Belanda, serba-serbi di Belanda, dan kilas sejarahnya. Untuk cerita selanjutnya, saya akan membahas tentang transportasi umum di Belanda dan budaya bersepeda di negeri ini. Sebagai teaser, coba liat gambar ini:

———-

Online journal Chez Lorraine  http://chezlorraine.wordpress.com/ Foodblog Lo Foodie https://lofoodie.wordpress.com/ Instagram @yoyen2008/ Twitter @yoyen/ Flickr chezlorraine https://www.flickr.com/photos/chezlorraine/

Foto pada laman ini adalah karya pribadi Lorraine (dengan watermark) dan gambar-gambar penunjang  yang terhubung langsung dengan link pada gambar tersebut.

73 thoughts on “Kebiasaan Orang Belanda

  1. Jadi teringat sama cerita tuan rumah waktu saya ke Munich kapan itu. Geleng2 kepala dia melihat kebiasaan orang Belanda tiap summer. Liburan ke Jerman bawa trailer/van, menuh2in park-nya, tapi makanan bawa sendiri semua! Jadi berusaha nggak ngeluarin duit banget di Jerman, tapi ninggalin sampah di taman2 Munich. 😀

    Like

      1. Di tong sampah tentunya. Tapi menuh2in. 😀 Dan di mata teman Jerman itu, sudah cukup membekas kesannya tiap summer, “Dasar orang Belanda.”

        Like

      1. Txu Buat artikelnya..sangat bermanfaat Buat Saya yg sedang menjalin hubungan dgn orang belanda…

        Like

      2. Soal perhitungan dan pelitnya luar biasa benar adanya. Suami ku org Belanda tapi untungnya jauh dari pelit dan perhitungan, karena mungkin sdh terbiasa berbaur dengan kultur Indonesia yg terutama sharing makanan tanpa batas, dan setiap kita liburan Ke Jakarta juga dia sudah terbiasa dengan treat2 enak dari keluarga saya. TAPI, lain dengan mertua saya alias ibu dari suami saya, wahhh kalo tidak terbiasa bisa ngambek deh kita yg setiap berkunjung minim suguhan 😛

        Like

      3. Maaf ya mba,..menanggapi pendapat mbah itu memang baik juga.Tapi bagaimana ya kita harus melihat bhawa setiap bangsa disemua negara berbeda adat dan cultur.Untruk baiknya
        kita juga hrs mencoba mempelajari dan mengenal sesuatu yg blm kita ketahui atau rasakan.
        Sayapun dulu begitu merasa heran sekali kok mereka itu sangat memperhitungkan sesuatu yg bersangkut dengan ekonomi.Tapi kita juga hrs bisa mengajari mereka tata cara kehidupan kita
        pasti mereka akan mengerti.Oke,sampai disini dule dan salam sejahtera….

        Like

      4. Hai…sekedar tanya,,bagaimana kebiasaan pria belanda yang tidak nikah (tidak punya anak dan istri) sampai dia tua hidup sendiri.
        Bagaimana tentang harta dia,,pajak dan surat warisan jika dia sudah meninggal nanti…
        bagaimana jika dia ingin mewariskan kekayaannya utk orang lain,,apakah ada yang mengurus semuanya ?? apakah ada institusi yang bisa dipercaya untuk mengurus warisan tersebut…?
        Demikian, mohon maaf sebelumnya

        Like

    1. Opa saya orang belanda terkenal keras kepala dan disiplin hampir semua yang dituliskan sama dengan karakter serta kebiasaan yang kami lakukan .. Saya menuruni karakter opa saya … Termasuk keras kepala dan tidak suka basa basi sayangnya kami keturunannya tidak bisa holland spoken karena tidak diajarkan opa saya mengetahui dulu sangat RASis

      Like

      1. Pengalaman yang bagus dan sedikit menarik juga.Hal2 serupa hampir saya temui dan juga saya juga sering berpikir dengan pola kehidupan di Belanda.Banyak yang saya lamai selama
        tinggal di Belanda itu akan menjadi kenangan buat saya.Ok,salam buat semua pembaca atau
        teman2 semua dari Indonesia yang berada di Belnada,Jikaa ada yang ingin berkenalan dengan saya bisa kontak kealamat saya.Saya setia selalu menerima dan menjwawab semuanya.Salam dari saa.

        Like

      2. saya juga mempunyai opa belanda dan sangat mewarisi sifat tidak suka basa-basinya dan keras kepalanya hehe

        Like

    2. Orang Belanda itu pelit, hitungan. Pakaiannya sembarangan, lebih sembarangan dari pada orang Cina di Indonesia. Merokok banyak. Tidak mengenal sopan santun. Semua klass sama saja. Terkenal criminal mind.
      Dibandingkan dengan orang Vlaams di Belgie, Vlaams tidak sombong. Sebab mereka lama menjadi warga klass dua., diatasnya orang Waals yang berbaha Perancis.
      Orang Belanda menjajah banyak negara, dan lama. Bayangkan 350 tahun. Kalau dilihat kekayaan mereka itu berasal dari penjajahan itu, bukan dari jerih payah sendiri.
      Kehidupan social sangat sempit, kecil hati, lain dengan orang Vlaams lebih terbuka dan social, hospitable.
      Contoh ini akan membuat semuanya jelas: jalan raya mereka itu satu meter lebih sempit daripada di Belgie. Orang harus hati2 dan ahli dalam menyetir mobil, kalau tidak sering tabrakan. Orang Belanda itu sombong, kalau mengendarai mobil di Belgie, mereka selalu lewat dari batas maximal kecepatan. Sebab jalannya lebih lebar. Bikin kegi orang.
      Orang pelit, rumah2 mereka kecil, juga mobil mereka kecil.
      Orang Belgie lebih sopan dan sicial.
      Yang menjajah Congo itu raja Belgie, dianggap rumah sendiri, Orang Vlaams itu bawahan, atasannya orang Waals.

      Like

      1. Maafkanlah mas kalau disini saya memberi sedikit tanggappan ulasan yg ditulis mas itu.
        Sedikit banyaknya memang jg benar,tapi janganlah mas menganggap semua orang Belanda bersifat begitu.Belanda terbagi dari beberapa provinsi dan dari situlah kita harus melihat segi dan karakter masyarakatnya.Satu contoh kalau saya boleh sebut orang Belanda yang berada di Amsterdam karakternya jauh sangat berbeda dgn oarng Belanda dibagian Selatan provinsi Limburg,Dalam arti kata pelit itu dismeua negara pasti ada tergantung sari sifat orangnya,
        Masalah yang anda singgung tentang penjajahan,sebaiknya kita jauhkan dan lupakan tiu karena sekarang kita harus melihat hidup kedepannya, Oke,sekilas tanggapan saya ini menyinggung atau menyakitkan hati mas mohon sekali lagi maafkan sebesar besarnya.Saya bukan type orang rasis tapi marilah kita melihat masa depan kita,.Hormat saya,terimah kasih.

        Like

  2. seru ya ceritanya Mbak. Btw mengenai kalendar di toilet, sy kira itu karena:
    1. tiap hari pasti ke toilet
    2. selama “waktu tunggu” hampir pasti lihat kalendar , jadi kecil kemungkinan “miss” nya.

    sekian…
    deddy

    Liked by 1 person

  3. Hallo Mba Lorraine
    kebetulan niy saya baru menjalin hubungan dengan perempuan yang berasal dari belanda juga. dy sedang berkunjung di Indonesia .
    ada beberapa hal yang mau saya tanyakan,
    1. bagaimana menurut Mba untuk sifat atau watak rata2 perempuan Belanda (Seperti Kestiaan, Kejujuran)
    2. Bagaimana mayoritas Pergaulan di Belanda ? yang saya takut kan seperti di negara Eropa lain yang kebanyakan sangat melakukan pergaulan Bebas.
    3. menurut Mba, hal apa yang kiranya bisa saya lakukan agar bisa membuat dya sangat jatuh cinta kepada saya? hehehhee

    Terima kasih Mba Lorraine

    Like

    1. Hallo Hengki,

      Saya baru lihat komen kamu makanya agak terlambat balas. Sayangnya saya ngga bisa jawab pertanyaan nr. 1 dan 3 karena itu kan personal, setiap orang beda-beda.

      Pergaulan bebas di pertanyaan nr. 2 maksud kamu itu apa ya? Seks sebelum menikah? Banyak pasangan tanpa menikah yang tinggal bareng. Mereka berbuat begini karena tidak percaya dengan institusi perkawinan dan angka perceraian di Belanda itu tinggi: 1 dari 3 pasangan menikah atau tidak, akhirnya bercerai.

      Walaupun tinggal bersama tanpa menikah begitu bukan berarti moral mereka bejad dan tidur dengan orang lain selain pasangannya sendiri. Pasangan tinggal bersama tanpa nikah di Belanda ya sama seperti pasangan suami istri di Indonesia; yang berrumah tangga dengan atau tanpa anak.

      Btw, pergaulan bebas juga ada kok di negara Asia bukan hanya di negara Eropa dan Belanda pada khususnya. Kalau kamu ada waktu silahkan ini https://chezlorraine.wordpress.com/2015/02/28/seks-bebas-di-belanda/

      Dateng aja dulu ke Belanda untuk lihat dengan mata kepala sendiri hidup di sini bagaimana.

      Salam dan sukses LDRnya ya Hengki.

      Like

  4. Hallo Mba Lorraine,

    Aku seneng sekali baca artikel mba ini, kebetulan aku juga sekarang punya cowok orang belanda. Saya mau tanya kalau untuk urusan financial orang belanda itu bagaimana mba soalnya dari yang saya denger katanya orang belanda itu walaupun tinggal 1 rumah dengan istri maupun partner nya tapi tetap saja masalah biaya hidup sangat perhitungan 😛 , apa iya mba ? Mohon infonya.

    Terima kasih Mba Lorraine!

    Like

  5. Hallo mbak,

    Mbak lorraine aku butuh sekali sarannya mbak nih. jadi begini mbak, belum lama ini aku lagi dekat dengan pria belanda. Singkat ceritanya dia mengajak aku untuk hangout brg dengan dia.. ya aku siy nangkepnya mungkin itu ajakan kencan.. tapi ga tau juga bener atau engga tafsiran aku ini.. nah yang aku ingin tanyakan ke mbak “etikanya kalo diajak hangout dengan pria belanda, si cewenya itu musti gimana ya mbak?” Apa saat pertemu pertama dan selanjutnya (kalo jodoh) hehehe… kita bayar sendiri2 atau si prianya yg membayar..

    Masih terkait yg di atas, biasanya ada ga siy “kode2” saat hangout gitu

    Like

    1. Hallo Santa,

      Ini hanya tanya etiket bayar sendiri-sendiri kan selagi ketemu pertama kali? Kalo ngga yakin mau gimana, tanya aja apakah bayar rekeningnya bareng atau sendiri-sendiri. Gampang toch?

      Like

  6. Reblogged this on Chez Lorraine and commented:
    Ini tulisan gw yang bulan Maret lalu dimuat di Mama Rantau. Blog kumpulan cerita para wanita Indonesia yang tinggal di luar negri. Pos ini kompilasi dari beberapa pos tentang Belanda yang lebih dahulu terbit disini.

    Gw reblog pos ini karena beberapa hari terakhir ada yang tanya curhat dikolom komen.

    Like

  7. Mba Yoyen, semua informasi nya lengkap. Sampai ada sejarahnya dibalik semua cerita, kayak rijsttafel. Walaupun sudah mau 7 tahun tinggal di Belanda tapi aku berinteraksi dengan orang Belanda agak kurang, hanya dengan keluarga salah satu temen suami saja, atau dengar cerita dari suami dan baca dari artikel saja tentang kebiasaan orang Belanda. Makasih banyak jadi nambah bekal untuk survive tinggal disini.

    Like

      1. bagus banget blog nya, mbak. sepertinya banyak kesamaan sifat yg khas Belanda bgt ini, saya mengalaminya. karena saya punya family disana.. 😳😃 menambah wawasan baru.. dan paham, ohhh emang begini ini toh asline e Wong Londo… 😅😃😄 . Tapi tidak serta merta juga saya mencap Orang Belanda semua seperti itu, tidak…

        Like

  8. Oh.. Ternyata masang birthday calendar Di toilet itu salah satu kebiasan orang Belanda. Dulu waktu berkunjung ke rumah camer lihat ada birthday calendar mikirnya kreatif dan aneh.. Karena dipasang di toilet hehee

    Like

    1. Tanya boleh tapi saya ngga tahu jawabannya. Pertanyaan kamu ini menurut saya ngga ada hubungannya dengan ras/asal orang. Pertanyaan ini lebih relevan dengan karakter orang itu sendiri.

      Like

  9. Lengkap banget Yen..Top 🙂 Going Dutch itu emang bikin kaget banget pas awal di Belanda, sama juga dengan kebiasaan “rondje” di bar/pub, sebenarnya prinsipnya ya “Going Dutch”, intinya beli minuman buat semua teman dalam grup, lalu bergilir ke teman berikutnya. Kalau ke cafe/bar dengan 10 orang dengan sistim rondje, ya siap-siap minum 10 kali 😀 😀

    Like

  10. saya, tahun depan mau menikah dgn orang belanda
    tapi untungnya dia mau tinggal di indo, karna dia sdh lama tinggal di indo

    Like

    1. Halo sdr/i Sonymahyaji,kalau saya boleh tanggapi disini itu bagus deh kalau calonnya mau
      tinggal di Indonesia.Mungkin dianya juga senang dengan kehidupan serta kebudayaan ditanah air.Semoga bahagia dan sukses ya en salam saya.

      Like

  11. Wah mba makasih bgt infonya,ini persis bgt kaya pengalaman saya yg saat ini pacaran dg pria belanda,klo ada family nya yg ultah itu acara ‘selametan’ bisa smp 2x hahaha
    Dan klo pas saya pake baju dress pokonya makeup ala2 kita or Indonesia tp ga menor ya 😁 itu dia amazed bgt mungkin krn disana sll liat yg kasual2 ya?
    Dan iya bnr saya salut mrk laki2nya ga gengsi kerjain urusan rmh malah saya kalah urusan dapur pacar saya lbh lihai sementara saya cuma bs nonton dia 😄
    Anyway salam kenal mba,thank u for sharing

    Like

    1. Oh ya lupa,paling kocak itu yg kebiasaan kiss 3x.pertama kali hang out sm tmn2nya da dibilang siap2 di kiss 3x dan saya lupa jd malah julurin tangan mau salaman gt kan pas kenalan eh yg ada malah lgsg disosor 3x 😆 antara malu dan kaget

      Like

  12. Hallo mba,pengalaman dan ceritera yang bagus bisa menjadi tauladan buat saudar/i kita di
    tanah air jika kana ke Belanda/luar negeri.Apakah mba tidak merasa rindu atau kangen akan tanah air?Saya sudah puluhan tahun tinggal di Belanda selalu saja rindu akan tanah air.
    Perbedaan cultuur itulah yang membuat kita pertama kali membuat kita sulit untuk secepatnya
    menyesuaikan keadaan.Ok,maaf ya mba kaau ada kata2 yang salah disini.Salam dari saya
    dan semoga tabah selalu.

    Like

      1. Halo mba,makin lama makin betah ya di Belanda.Saya bukan makin betah malah tambah sedih,habis kalau sudah musim dingin ngurung melulu sih.Enakan ya kalau ditanah air,malam bisa keluar nyari sekoteng biar ngak masuk angin.Ngomong2 apa nga ada rencana atau
        cita2 buat baik ketanag air?Ok,mba,saya harap kita tetap kompak selalu dinegeri orang.
        Semoga Tuhan selalu melimdungi kita semua.Amin.

        Like

      2. Salam kenal mb looking. Mb saya kan barusan kenal dengan pria Belanda, agama saya muslim dia Kristen. Di Belanda adakah masjid mb. Saya bingung dia mau masuk muslim, tetapi saya harus mempelajari dia, sedangkan saya masih berada di Indonesia, bagaimana menurut mb loraine tentang pendapa mb.

        Like

      3. Hai Emma, Lebih baik tanya ini ke orang yang dekat dengan kamu. Walaupun saya tinggal di Belanda dan kamu dekat dengan orang Belanda bukan berarti saya ahli dalam hubungan inter ras orang Indonesia – Belanda.

        Like

  13. Hoi mbah,kalau gitu sudah lama juga so pasti toh kangen sama tanah air.Saya hampir tak pernah bertemu orang kita di Belanda.Gimana ya,maksud saya orang kita yang bukan lahir
    atau besar di Belanda tapi yang kebetulan studi atau kawin of usaha.Kalau orang tsb so pasti
    rame deh sebab bisa tahu seluk beluk negri kita yang jelas.Untuk saudara/i yang mau tinggal
    di Belanda pikir dulu matang2 dong,kalau coco okelah,Jika tidak jangan sampai nyesal deh.
    Ok,salam buat konco2 en kalau mau kontak sama gue boleh deh tetap layani.
    Salam sejahtera.

    Like

    1. Kalau saya tidak kangen atau saya kangen tanah air kenapa? Apa benefit kamu untuk tahu hal ini?

      Lama tinggal di luar negri pasti toch kangen tanah air. Ini asumsi kamu ya. Ngga semua orang begini, mereka punya alasan masing-masing. Please mind your own business.

      Like

      1. Hoi mbah Lorainne,betul juga tanggaan mbah,setiap orang punya karakter sendirir dan
        pandangannya.Tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Natal dan Thaun baru 2016 nanti.
        Semoga dalam memasuki tahun2 yad ini membawa banyak kebahagian dan rejeki.
        Panjang umur dan sehat selalu.

        Like

    2. Menanggapi pertanyaan mbha Emma,Mengenai perbedaan agama itu kadang juga membuat
      banyak pemikiran.Tapi mungkin kalau saya sedikit memberi saran,tapi maaf ya jangan tersinggung kalau itu ada salah.Begini saya juga ada kenalan yang sekaran sudah berada dan tinggal di Belanda.Suaminya oarng Belanda Kristen dan dia Islam.Mereka berkenalanpun
      tidak lama tapi slelaki Belanda mau masuk Islam dan mereka menikah di Indonesia secara
      Islam dan syah.Setelah itu kembali membawa istrinya dan mereka hanya mendaftar di Ge-
      meente dengan bukti2 pernikahannya.Tanpa ada kesulitan semuanya,yang penting bagaima
      na dengan mbha Emma sendiri apa itu si lelaki betul2 seritus masuk Islam?Sekian dan salam
      hormat.

      Like

  14. Gw kagum dengan anda yang mampu menulis secara rinci tapi praktis dan applicable sekali.
    Andai gw boleh kasih mark, maka anda gw kasih nilai A+
    Terimakasih, dan gw ingin mengundang anda makan bareng …suatu saat jika kita berjumpa di indo ato di Holland ato di mana saja kelak

    Like

  15. Salam. Artikelnya bagus sekali. Saya sudah 3 tahun ini tinggal di Groningen bersama anak dan istri. Anak saya malah lahir disini.

    Soal perhitungan dan pesta, setuju banget. Jadi inget waktu pertama kali diundang pesta disini sengaja ngosongin perut. Ternyata cuma disuguhin chips dan kacang, hihihi.

    Tetapi saya juga salut dengan pria-pria Belanda yang egaliter dan ringan tangan membantu pekerjaan istri. Patut dicontoh tuh oleh bapak-bapak di Indonesia. Bukannya memang rata-rata pria Eropa memang menjunjung emansipasi ya?

    Like

    1. Sdr.Rully Tri Cahyono,
      Betul apa yang anda sebutkan tentang kebiasaan orang Belanda.Saya setuju juga denga pen
      dapat anda.Sayapun juga dulu begitu heran dan kaget sekali tapi akhirnya bisa dimenferti.
      Salam kenal dari saya buat anda sekeluarha dari saya dan keluarga.

      Like

  16. Dear Mba Loraine & Mas Rully
    Bisa minta tolong ada kenalan/kerabat yg bisa freelance untuk nemenin jalan” di holand dan sekitarnya ga., kalo ada minta kontak nya yach., saya sudah 1 minggu di amsterdam jenguk tante yang sakit,tp blum bisa kemana mana karena ga ada yg nemenin., kalo pake dari travel sini luar biasa muahal banget/hari nya.., thanks ya.

    Like

  17. baru baca dan nemu ini
    sangat bermanfaat sekali Kak 🙂
    terimakasih banyak sharing nya yah 🙂
    pantes aja udah kenal lama aku sama si bule belanda ini dan baru dating sekitar 2 bulan dia emang perhitungan tapi dia orang yang sangat terbuka bgt bahkan tentang keluarganya:)
    hope kita bisa ketemu yah kak kalo suatu hari nanti aku kesana hehe

    Like

  18. wow,, seru mba tulisannyaa.. saya juga lagi skripsi penciptaan foto fashion temanya indische gitu, kalo ada info kira2 permainan apa yang suka dimainin orang belanda dan hindia belanda waktu masa kolonial belanda di indonesia, terutama perempuannya.
    thanks mba,,
    salam kenal – arief

    Like

  19. Bener kalee ya, saya dapet crita dari teman di kntr, yang kakaknya di Belanda, katanya memang orang Belanda perhitungan sekali. Pas temen mau ke sana utk berobat sekalian silaturahim ke kakaknya, sampe mendetail menjelaskan ke kakaknya brp hari di Belanda, berapa uang yang dibawa, mau pergi kemana aja. Bagus juga sih ya, jadi sudah terencana dg baik…sptnya kakak temenku sudah mengikuti budaya sono… Tks tulisannya mbak, jd nambah wawasan, meski blm pernah ke Belanda haha…

    Like

  20. Hai mba Lorraine, aku suka banget sama tulisannya (enjoy to read and easy to get the point). Jadi tau banyak nih mba tentang kebiasaan orang Belanda. Thanks for sharing, salam kenal ya mba 🙂

    Like

  21. Waduh ternyata orang Belanda kebanyakan budayanya begitu ya, berbeda dengan Indonesia, bahkan sama Amerika saja jauh berbeda.

    Kakek saya keturunan Belanda & Jawa, tapi saya ngga tau tentang dia, karena saat saya lahir beliau sudah meninggal.

    Saya cuma pernah ke Belanda seminggu, tidak tahu tentang culture sana. Yang saya ingat persis, orang sana banyak yang tinggi2. Tinggi saya 182cm, di Indonesia saya jadi pusat perhatian kalau di tempat ramai, sedangkan di Belanda, saya menjumpai banyak sekali yang lebih tinggi dari saya, mungkin 190-200cm. Saya jadi merasakan apa yang orang rasakan saat berpapasan dengan saya di jalanan Indonesia.

    Saya pernah 3 tahun tinggal di Boston, Amerika, itu karakter orang orangnya jauh berbeda.
    Terlihat cuek, padahal mereka sangat baik loh, bahkan ke stranger.

    Kalau kita bertamu, ngga akan pernah diusir, malah seringnya kalau mau pulang malah ditahan, terkadang sampai disuruh menginap. Walau makanan mereka tinggal dikit misalnya, mereka akan menyuruh tamu untuk menghabiskan, mereka tidak hitungan.

    Kalau mereka bertamu ke apartemen saya, mereka selalu membawa sesuatu, misal chicken BBQ, pizza, wine, dll. Emang budaya mereka kalau bertamu begitu.

    Saat awal saya tinggal disana, tetangga apart langsung pada mampir kenalan dan bawa hadiah2. Hanya dalam beberapa hari, langsung diundang pesta thanksgiving, saya menolak karena tidak enak, mereka maksa. Sepertinya mereka gampang percaya sama orang lain gitu.

    Kalau soal blak-blakan, tanpa basa basi, sepertinya sama seperti orang Belanda. Blak-blakannya bikin shock saat awal, tapi lama kelamaan terasa lebih klop dengan saya, enak aja, ngga baperan.

    Yang dapat dicontoh dari orang Amerika, mereka memegang teguh janji, kalau sudah berjanji, mereka akan berusaha sekuat tenaga menepatinya. Dan kalau membantu orang ngga nanggung, ngga pikir panjang.

    Like

Leave a comment